-->








Akibat Kemarau, Enam Kecamatan Aceh Besar Gagal Panen

25 Juli, 2017, 14.01 WIB Last Updated 2017-07-25T07:01:38Z
ACEH BESAR  - Sekitar 5.000 hektare tanaman padi di enam kecamatan dalam wilayah Aceh Besar mengalami puso. Sehingga, petani di Kuta Cot Glie, Indrapuri, Sukamakmur, Simpang Tiga, Ingin Jaya dan Kecamatan Kuta Baro dipastikan gagal panen. Karena itu, sebagian besar petani sudah memotong padi yang sedang berbulir tersebut untuk makanan ternak.

Hal tersebut merupakan salah satu ekses dari kekeringan yang melanda Provinsi Aceh, termasuk Aceh Besar dalam beberapa bulan terakhir.

Untuk melihat kondisi itu, Kadis Pertanian Aceh Besar, Ir. Ahmad Tarmizi, SP, MM, Senin (24/07/2017), meninjau tanaman padi yang fuso di enam kecamatan tersebut. Dalam kunjungan itu, Ahmad Tarmizi didampingi Yusri, SP (Kabid Produksi Pertanian) dan Burhanuddin, SP (Kabid Sarana Prasarana Pertanian) Dinas Pertanian Aceh Besar, Kol Inf Ate Ajat W dari Serapan Gabah (Sergab) Mabes TNI Angkatan Darat, serta Muspika bersama Danramil dan Babinsa setempat.  

"Untuk setiap hektare tanaman padi yang puso itu kita perkirakan petani sudah mengeluarkan biaya sekitar 4 juta rupiah. Jadi, jika ditotal kerugian yang dialami petani di enam kecamatan itu mencapai 20 miliar rupiah. 

"Jumlah itu bisa bertambah lagi jika luas tanaman padi yang puso juga terus bertambah," ungkap Ahmad Tarmizi kepada sejumlah awak media usai peninjauan ke sawah masyarakat. 

Biaya yang sudah dikeluarkan petani, sebut Ahmad Tarmizi, antara lain untuk benih, pupuk, biaya olah tanah, biaya tanam dan biaya perawatan. Dikatakan, tanaman padi yang kekeringan itu umumnya merupakan sawah tadah hujan. 

"Tapi, jika kekeringan terus berlanjut, bukan tak mungkin sawah yang memiliki juga akan mengalami hal yang sama. Sebab, dari hari ke hari debit air dalam irigasi semakin berkurang," timpal Ahmad Tarmizi.

"Jika ada sumber air terdekat dengan sawah yang tanaman padinya masih ada kemungkinan untuk diselamatkan, kita akan bagikan mesin pompa air kepada petani agar mereka bisa mengairi sawahnya. Tapi, jika tak ada sumber air, kita hanya bisa pasrah sambil sama-sama berdoa agar turun hujan," kata Tarmizi seraya menyatakan masyarakat di sejumlah desa di Aceh Besar sudah melaksanakan shalat minta hujan atau shalat Istisqa.

Dengan gagalnya panen pada areal 5.000 hektare tersebut, tambah Ahmad Tarmizi, petani di enam kecamatan itu dipastikan kehilangan pendapatan sekitar Rp 139,5 miliar. Jumlah itu menurutnya, dengan asumsi setiap hektare tanaman padi dalam kondisi normal akan menghasilkan gabah 6,2 ton.

"Dengan harga gabah saat ini Rp 4.500.000 per ton, maka pendapatan petani yang hilang setiap satu hektare tanaman padi adalah Rp 27.900.000. Jadi, jika 5.000 hektare, pendapatan petani yang hilang mencapai 139,5 miliar rupiah," rincinya.

Sebelumnya, Kadis Pertanian Aceh Besar dan rombongan bersama Muspika Indrapuri juga meninjau saluran irigasi yang melintasi Gampong Meureu hingga ke Gampong Limo, Kecamatan Indrapuri. 

"Kami juga berkunjung ke gudang Bulog untuk melihat stok beras," pungkas Ahmad Tarmizi.

Kol Inf Inf Ate Ajat W ikut prihatin saat melihat langsung ekses kemarau di Aceh Besar sehingga petani hampir dipastikan 100 persen gagal panen. 

Ia berharap Kadis pertanian dan instansi terkait di kabupaten itu dapat terus berkoordinasi dan bekerja sama agar masalah itu dapat diatasi dan ke depan target hasil panen para petani dapat tercapai.[DW]
Komentar

Tampilkan

Terkini