-->




Peusaba Peringati 1055 Tahun Hubungan Aceh Turkistan 

25 Juli, 2017, 15.02 WIB Last Updated 2017-07-25T08:02:35Z
BANDA ACEH - Hari ini konsorsium Peusaba untuk kesekian kalinya membuat acara bertema sejarah, momen kali ini tentang Aceh Turkistan. 

Ketua Panitia, Mawardi Usman kepada LintasAtjeh.com, Selasa (25/07/2017), mengatakan acara ini dibuat sebagai pembelajaran bagi generasi muda Aceh. 

Mawardi menyayangkan sikap pemerintah yang menjadikan titik nol Banda Aceh yang dulu bekas istana Darul Makmur dan bekas balai pelatihan haji menjadi tempat pembuangan sampah dan tinja.

"Kami mengharapkan proyek itu dihentikan, apalagi masih banyak ulama yang makamnya masih ada dalam kompleks itu," ujarnya. 

Dijelaskannya, dalam hikayat yang dibawa oleh Muammar Al Farisi kelakuan orang yang menjadikan makam ulama sebagai tempat buang tinja hanya dilakukan oleh para "Pasukan Salib" yang menguasai Palestina sebelum dibebaskan Sultan Salahuddin Al Ayyubi. 

Dia juga menceritakan silsilah Sultan Ilako Khan hingga anak cucunya Abdurrauf As Saljuki datang ke Aceh. Kemudian anaknya Sultan Johan Syah jadi Sultan di Banda Aceh tahun 601 H atau 1205 M. 

Sedangkan Dr. Kamal Arif selaku pemateri mengatakan tentang sejarah dibangunnya plakat titik nol dan juga sejarah singkat Sultan Johan Syah.

Beliau mengatakan situs harus dilindungi dan mungkin di Aceh dapat dikembangkan sistem GEO Radar yang dapat melihat isi dalam tanah. Jadi tiap tempat ada makam lama jangan didirikan bangunan disana. 

Penjelasan beliau amat mengagumkan para tamu terutama anak-anak SMA yang hadir dalam acara itu. 

Abu Raman Kaoy menegaskan dosa besar menjadikan makam Sultan dan ulama Islam menjadi tempat sampah dan tempat pembuangan tinja. 

"Jika tidak tahu masih diterima taubatnya oleh Allah, jika tahu tapi sengaja maka dia akan dikutuk Allah. Kewajiban saya menyampaikan jika sudah tahu namun masih saja membuang sampah dan tinja di kompleks makam ulama maka Allah yang maha perkasa yang akan menghukumnya," ucapnya penuh amarah. 

Acara diisi juga dengan diskusi dan foto bersama guru dan siswa siswi SMA 1 Banda Aceh, Kapolsek, Koramil, dosen, ahli sejarah, BPCB, insan pers dan masyarakat umum.[Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini