-->








Pilpres 2019: Dulu Dukung Prabowo Sekarang Pro Jokowi

18 Agustus, 2018, 16.14 WIB Last Updated 2018-08-18T09:14:20Z
IST
JAKARTA - Arah dukungan di Pemilihan Presiden 2019 semakin berwarna. Jika pada Pilpres 2014 sejumlah pihak mendukung Prabowo Subianto, di Pilpres 2019 mereka mendukung Joko Widodo.

Sejumlah tokoh nasional pendukung Prabowo berbalik mendukung Jokowi dan solid menginginkan mantan Gubernur DKI Jakarta itu kembali menjadi presiden di Pilpres 2019. 

Siapa saja mereka? Berikut rangkumannya.

1. Ali Mochtar Ngabalin 

Pada Pilpres 2014, Ali Mochtar Ngabali sebagai anggota tim sukses pemenangan pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Waktu itu dia memperkuat tim debat dan juru bicara pasangan tersebut.Satu ingatan yang menarik tentang sosok Ali Mochtar Ngabalin di Pilpres 2014 adalah orasinya. Politikus Partai Golkar itu menjadi sorotan setelah mendesak Allah SWT untuk berpihak kepada pasangan Prabowo-Hatta.

Ali Mochtar Ngabalin juga sempat berorasi saat acara halal bihalal. Orasi dia di depan massa simpatisan Prabowo-Hatta itu direkam, kemudian diunggah ke YouTube.

Sekitar enam menit berorasi, Ali Mochtar Ngabalin mengucapkan terima kasih dan meminta maaf kepada para simpatisan.

Ia menyinggung gugatan hasil Pilpres 2014 di Mahkamah Konstitusi menunjukkan bukti yang dimiliki pihaknya sempurna. Ali Mochtar Ngabalin meyakini Prabowo-Hatta yang akan dilantik sebagai presiden dan wakil presiden pada Oktober mendatang.

Namun, publik terganggu dengan pernyataanAli Mochtar Ngabalin yang mendesak Allah SWT.

Awalnya, ia meminta para pendukung untuk terus mendoakan perjuangan tim hukum Prabowo-Hatta.

"Kita mendesak Allah SWT berpihak pada kebenaran, berpihak kepada Prabowo-Hatta. Setuju?" ucap Ngabalin disambut teriakan setuju para pendukung.

Tahun berganti, Ali Mochtar Ngabalin kini berbalik arah, setelah Partai Golkar masuk dalam Kabinet Kerja era pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla.

Setahun menjelang Pilpres 2019, Presiden Jokowi mengangkat Ali Mochtar Ngablin sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Presiden.

Pada satu kesempatan, Ali Mochtar Ngabalinpernah menyarankan Partai Amanat Nasional tidak bergabung dalam koalisi pendukung Joko Widodo atau Jokowi di Pilpres 2019 mendatang.

Ali Mochtar Ngabalin meragukan PAN dapat berbuat banyak memenangkan Jokowi di Pilpres 2019.

"Sebaiknya tidak usah deh. Karena belum tentu Anda datang juga memberikan dukungan dari semua dukungan PAN. Bahkan, mungkin orang-orang yang selama ini mendukung Pak Jokowi malah berhenti mendukung," kata Ali Mochtar Ngabalin di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (7/8/2018).

Ali Mochtar Ngabalin berpendapat koalisi sembilan parpol yang telah dibangun untuk mendukung Jokowi sudah cukup solid. Apalagi, didukung oleh seluruh elemen relawan yang ada saat ini.

"Sudah deh, tutup pintu, cukup. Kami enggak ada masalah di sini. Relawan semua siap mendukung Jokowi dua periode. Makanya kami bilang, lanjutkan," ucap Ali Mochtar Ngabalin.

Ia pun menyasar sikap Ketua Dewan Kehormatan Amien Rais yang kerap kali berkomentar sinis atas pemerintahan Jokowi. Padahal, Ali Mochtar Ngabalin mengatakan PAN punya menteri di Kabinet Kerja.

"Hari-hari maki orang, hari-hari menyebutkan tidak ada baiknya Jokowi, tidak ada baiknya pemerintah. Kalau Anda sebut pemerintah itu tidak benar, berarti anda kirim orang salah. Kan pemerintahan itu ada wakilnya PAN. Jadi, sudah deh enggak usah (gabung)," tandas Ngabalin.

2. Partai Golkar

Partai Golkar merupakan partai pengusung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Pilpres 2014.

Saat itu ada banyak politikus Golkar yang menjadi timses kubu Prabowo, di antaranya Airlangga Hartarto, Agung Laksono, Nurul Arifin, Syarif Cicip Sutardjo, Fadel Muhammad, Theo L. Sambuaga, Idrus Marham, dan Tantowi Yahya.

Aburizal Bakrie saat itu yang menjadi Ketua Umum Partai Golkar.

Namun sejak akhir 2015 lalu, Golkar berbalik mendukung pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.

Dalam pidatonya saat silaturahmi nasional di hadapan ratusan kader dan elite senior Partai Golkar, Agung Laksono menyampaikan pengumuman penting dan mengejutkan.

Agung Laksono mengaku sudah bersepakat dengan Aburizal Bakrie untuk mendukung pemerintahan Jokowi-JK yang diusung Koalisi Indonesia Hebat.

Pada 2016, melalui Rapimnas, Golkar memutuskan mendukung Jokowi di Pilpres 2019.

Kini sejumlah kader Golkar menduduki jabatan sentral di pemerintahan Jokowi-JK, di antaranya Airlangga sebagai Menteri Perindustrian, Idrus Marham sebagai Menteri Sosial, dan Tantowi Yahya sebagai Duta Besar RI untuk Selandia Baru.

3. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) resmi memutuskan arah koalisinya ke Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Pilpres 2014 lalu.

Saat itu Ketua Umum PPP adalah Suryadharma Ali.

Terdapat sejumlah kader PPP menjadi timses Prabowo di Pilpres 2014, di antaranya Lukman Hakim Saifuddin, Dimyati Natakusuma, Romahurmuziy dan Emron Pangkapi.

Romahurmuziy bahkan mengakui salah satu tulang punggung di timses Prabowo yang pernah mengingatkan agar cara menurunkan elektabilitas Jokowi-JK tidak menggunakan isu hoax seperti dilakukan Tabloid Obor Rakyat.

Tapi di Pilpres 2019, Romahurmuziy yang menjadi Ketua Umum PPP memutuskan koalisi dengan pasangan petahan Jokowi-Ma'ruf Amin.

4. Hary Tanoesoedibyo

Sosok berikutnya yang beralih dukungan pada Pilpres 2019 adalah Ketua Umum Perindo, Hary Tanoesoedibyo.

Pada Pilpres 2014 lalu, bos MNC Grup itu masuk barisan pendukung Prabowo-Hatta.

Nama Hary Tanoesoedibyo masuk dalam susunan timses Prabowo-Hatta saat itu. Tepatnya menjadi salah satu Dewan Pakar prabowo-Hatta.

5. Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang

Nama Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) dua periode itu menjadi santer dibicarakan di tanah air setelah sikapnya berbalik mendukung Jokowi di Pilpres 2019.

Menurut TGB, Jokowi merupakan tipikal pemimpin pekerja keras. Karena itu layak mendapat kesempatan maju di periode berikutnya.

Sebelumnya, pada Pilpres 2014, TGB tercatat sebagai Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta.

TGB berhasil membawa Prabowo-Hatta jauh mengungguli Jokowi-JK di NTB. Total sebanyak 72 persen suara diraih Prabowo-Hatta di NTB.

Angka tersebut merupakan kemenangan terbesar Prabowo selain di Jawa Barat dan Sumatera Barat di Pilpres 2014 lalu.[Tribun Jakarta]
Komentar

Tampilkan

Terkini