-->








Muhammad Nazar: Caleg Partai SIRA di Aceh Tamiang 'Tinggalkan' Demokrasi Murahan!

30 September, 2018, 11.39 WIB Last Updated 2018-09-30T04:39:32Z


ACEH TAMIANG - Ketua Umum Partai SIRA, H. Muhammad Nazar menghadiri halal bihalal yang digelar oleh DPW Partai SIRA Aceh Tamiang, di Cafe Sawah, Kampung Pahlawan Kecamatan Karang Baru, Sabtu (29/09/2018).

Pada acara halal bihalal tersebut, Muhammad Nazar turut menyaksikan penandatanganan 'Pakta Integritas' yang dilakukan secara simbolis oleh calon legislatif untuk DPRK Aceh Tamiang asal Daerah Pemilihan I (Satu), bernama Bukhari, SE.

Saat menyampaikan arahannya, Ketua Umum Partai SIRA H. Muhammad Nazar menyampaikan, jika kelak caleg dari Partai SIRA tidak menepati janji dan mengecewakan masyarakat di daerah pemilihan mereka maka akan dilakukan pergantian sesuai mekanisme. 

"Kita Partai SIRA berupaya menghindari PAW terhadap Anggota DPRK dan DPRA, tetapi jika ada yang tidak peduli terhadap kepentingan pembangunan serta sibuk dengan kepentingan pribadi maka akan kami ganti," ungkap Nazar.

Ia juga menegaskan bahwa tidak ada ampunan jika mengkhianati rakyat. Aceh butuh Anggota DPRK dan DPRA yang bermoral, berintegritas dan berkapasitas sekaligus yang punya loyalitas tinggi kepada rakyat dan Aceh.


Nazar menambahkan, Partai SIRA sengaja datang kembali menjadi peserta pemilu untuk menjadi jembatan yang dapat menghubungkan dan mengakses rakyat dengan kesejahteraan, perubahan dan pembangunan beradaban Aceh.

Lanjutnya, setelah hampir sepuluh tahun mencermati kondisi Aceh, Partai SIRA menilai bahwa saat ini ada problem akut tentang integritas, moralitas dan kapasitas anggota DPRK dan DPRA. Pasalnya setelah mendapat kekuasaan sebagai anggota parlemen lokal, tidak memerankan diri sebagai wakil rakyat. 

"Orang-orang yang terpilih menjadi anggota dewan selama ini hampir tidak ada nilai loyalitas kepada rakyat, bahkan cenderung menjadikan rakyat sebagai komoditas politik jangka pendek," terang Nazar secara blak-blakkan.

Bahkan, terangnya lagi, mentalitas demokrasi sebagian masyarakat di Aceh juga telah dirusak dengan transaksi suara atau politik uang sehingga muncullah berbagai anekdot baru seperti ungkapan 'Boh Sireutoh', yakni pada saat pemilu rakyat diberikan uang seratus ribu untuk satu suara. Akhirnya rakyat sendiri yang mengalami kekalahan.

Pengalaman masa lalu dan keadaan kekinian yang terjadi di Aceh harus menjadi pelajaran sangat berharga bagi Anggota Partai SIRA. Para caleg maupun masyarakat di Aceh tidak menjadikan demokrasi 'turun' pada level murahan.

Pelaksanaan demokrasi haruslah berakhlak, berkualitas dan damai. Rakyat harus dimenangkan. Oleh karena itu Partai SIRA harus hadir untuk membangun sesuai kebutuhan rakyat dan pembangunan peradaban Aceh bukan memproritaskan untuk kepentingan pribadi.

"Selama ini banyak oknum wakil rakyat yang semestinya terhormat, menjadi tidak terhormat di mata rakyat dan sering berdampak menyusahkan dalam pelaksanaan pembangunan," sebut Muhammad Nazar.
"Partai SIRA beserta rakyat harus sama-sama mengembalikan demokrasi yang bernilai dan mampu menghasilan kemenangan untuk rakyat dan untuk pembangunan. Bukan hanya sekedar berjuang meraih kursi parlemen dan setelah itu akan menjadi musuh rakyat," pungkasnya.[ZF]
Komentar

Tampilkan

Terkini