-->




Neno Warisman Tiba di Aceh, Ini Kesan dan Harapannya!

30 September, 2018, 02.15 WIB Last Updated 2018-09-29T19:15:25Z
BANDA ACEH - Deklarator #2019gantipresiden, Hj. Neno Warisman saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Tim Pemenangan Pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Sandiaga Uno. Sekitar pukul 22.00 WIB, tiba di Bandara SIM Blang Bintang, Aceh Besar, Sabtu (29/09/2018).

Kedatangannya langsung disambut panitia pelaksana dan aktivis #2019Prabowo-Sandi Presiden RI 2019 Prov. Aceh diantaranya Tu Bulqaini Tanjungan didampingi Abdullah Matyah yang akrab dipanggil Pak Wa. Kemudian Muda Balia, koordinator acara Fadhil dan Kol (Purn) Saifullah.

Kedatangan Hj. Neno, ratusan penjemput berseragam Front Pembela Islam (FPI) juga tampak berada di area kedatangan bandara. Dalam kesempatan tersebut, Hj. Neno Warisman juga sempat diwawancarai singkat  para wartawan terkait pesan dan kesannya usai tiba di Aceh dan tentang kegiatannya.

"Saya ini nggak memiliki darah Aceh, tapi saya memiliki seorang sahabat, guru sekaligus seorang sahabat memang asli Aceh. Sehingga saya pernah membuat surat, puisi yang panjang tentang Aceh. Artinya sebagai seorang anak negeri, perasaan saya, sebahagian perasaan saya mirip dengan saudara-saudara yang di Aceh pada umumnya yang menginginkan negeri ini menjadi baldatun tayyibatun wa ghofur. Kesejahteraan, keadilan, kemakmuran bisa dirasakan terutama oleh rakyat yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa seperti di Aceh," ungkapnya kepada wartawan usai tiba di Bandara SIM Aceh Besar, Sabtu malam (29/09/2018).

Ia juga bercerita dirinya pernah beberapa kali di Aceh. "Beberapa kali yaa. Hari kedua setelah tsunami, saya sudah disini. Keluarga saya, kakak saya, adik saya ikut menggotong semuanya. Saya ikut bekerja disitu. Saya sangat mencintai Aceh, saya berharap banyak negeri yang betul-betul memuliakan agama, deen ya rasul wal Islam. Amin...amin..amin. Jadi banggalah, saya sangat bangga terhadap Aceh yang menjadikan negeri ini bersyariat," tutur Hj. Neno.

Kemudian ditanya soal #2019gantipresiden, ia menjelaskan bahwa gerakan ini merupakan gerakan moral.

"Gini, gerakan 2019 ganti presiden adalah gerakan moral bukan gerakan politik walaupun kita tetap melakukan aspirasi pernyataan pendapat kita yang dijamin undang-undang. Konstitusional, apa yang dirasakan diri kita, yang akan dilakukan ini dijamin undang-undang. Kalau ada pihak-pihak yang menghalangi warga negara menyampaikan pendapatnya maka itulah yang tidak berjalan diatas konstitusi," jelasnya menjawab pertanyaan wartawan.

"Sedangkan 2019 ganti presiden ini menambahkan tagline-nya dengan sudah saatnya. Karena memang sudah masuk masa kampanye, tapi seluruh presidium 2019 ganti presiden ini adalah kumpulan dari orang-orang yang terdiri dari berbagai profesional, aktivis, ada dr. Bahar yang kepala RS Budi Kemuliaan, tidak ada orang partai, ada guru, ada kolumnis, ada dosen Prof. Gusnur Mardiah, ada banyak sekali doktor-doktor di dalamnya dari berbagai bidang. Jadi tidak ada orang partainya sehingga kita ini betul-betul gerakan non partisan, tidak berafiliasi ke partai manapun. Sehingga kita betul-betul gerakan yang berasal dari hati nurani, kok sekarang ini dibilang hati nuraninya emak-emak, hati nuraninya ibu-ibu. Jadi, insha Allah gerakan ini terus dan bisa diterima di hati rakyat Aceh masyarakat Aceh pada umumnya," tambah Hj. Neno yang diiyakan Ketua Umum Relawan Aksi Mendukung Prabowo - Sandi (Rampas), Ibu Ismaniar diikuti teriakan takbir para penjemputnya.

Hj. Neno juga menegaskan tagar 2019 ganti presiden sudah saatnya tagar Prabowo-Sandi.

"Hari ini ada dua, pertama ini adalah dijamin konstitusional. Kedua tagar 2019 ganti presiden sudah saatnya Prabowo-Sandi, sudah saatnya Prabowo-Sandi. Dan yang ketiga ingin tentu saja tetap mengajak ke semua masyarakat menjaga seperti deklarasi kita sampai saatnya pemilu yang jujur, adil tanpa kecurangan sampai pilpres nanti," pungkasnya.[LT]
Komentar

Tampilkan

Terkini