Aksi demo tersebut, dilakukan dengan menempel satu spanduk yang dipasang di tiang teras kantor keuchik. Kemudian menempel karton sebanyak 14 lembar yang bertuliskan tuntutan dari pendemo yang ditujukan kepada perangkat desa Gampong Ujung Padang Rasian.
Adapun beberapa tuntutan dari sejumlah pemuda dalam aksi damai itu yakni laksanakan rapat umum, jangan lakukan pengerjaan proyek gampong sebelum rapat umum, aktifkan kembali tuha peut yang mewakili pemuda, lakukan pelelangan proyek gampong kepada masyarakat.
Selain itu, juga menolak denda sebesar 7 juta yang disanksikan kepada pemuda atas tuduhan pemukulan, serta transparansi perangkat gampong dalam pengelolaan dana desa.
Kemudian, spanduk yang bertuliskan pesan terhadap perangkat gampong salah satunya yakni kami para pemuda memikirkan gampong, jangan sewaktu musrembang saja mengadakan rapat dan setelah ada uang berdiam diri, rapat umum wajib diadakan.
Selanjutnya, kemana semua uang Gampong Rasian? Keuchik jangan tidur, perangkat gampong harus adil, dulu kami diam, kini kami bangkit, sebelum rapat umum jangan dilanjutkan pembangunan dan lain-lain.
"Sekitar jam 14.00 WIB saya ke rumah adik ayah ada yang meninggal di Lhok Salang. Jadi saya tidak tahu adanya demo," jelasnya.
Keuchik Abdullah mengakui, aksi demo yang dilakukan sejumlah pemuda itu tidak tahu dasarnya dan permasalahan apa.
"Saya pulang dari Lhok Salang sekitar jam 18.00 WIB, saya gak tahu kenapa ada demo. Nanti salah saya kasih informasi udah salah tanggapan lagi," tutupnya.
Informasi yang dihimpun LintasAtjeh.com demo berlangsung selama 20 menit, usai menempelkan spanduk dan karton yang bertuliskan pesan-pesan, pendemo langsung membubarkan diri.[FA]
