-->








Subulussalam dan Singkil Langganan Banjir, Solusinya Buat Kanal!

09 Oktober, 2018, 01.05 WIB Last Updated 2018-10-08T18:05:18Z
IST
SINGKIL - Persoalan musibah langganan banjir di Subulussalam dan Aceh Singkil hanya bisa diatasi oleh orang yang berani dan mampu berkomunikasi.

Hal itu disampaikan oleh Tokoh Masyarakat Aceh Singkil dan Subulussalam, Sobirin Hutabarat melalui rilisnya kepada LintasAtjeh.com, Senin (08/10/2018).

Menurut Sobirin, untuk mengatasi banjir di Aceh Singkil itu dibutuhkan kanal. Sementara untuk membuat kanal baik itu di Lae Mate ataupun kawasan lainnya selalu berbenturan regulasi yang ada, terutama dengan BKSDA.

Dikatakannya, masyarakat tidak tahu bahwa kawasan itu kawasan hutan lindung karena sangat jarang bahkan hampir tidak ada sosialisasi. 

"Itu hutan rakyat, tempat masyarakat setempat mencari hidup. Tapi oke lah, kita bernegara, kita masyarakat yang patuh akan hukum. Kita menerobos ini, kita meminta kepada pihak KEL, BKSDA atau lembaga lainnya yang resmi untuk sama-sama berjuang, kita menghadap kementerian terkait," ujar pria yang akrab disapa Ogek Birin itu.

Ogek Birin berharap kawasan lokasi pembuatan kanal di Aceh Singkil itu dibebaskan demi kepentingan masyarakat luas.

"Ekosistem Leuser bagus untuk kepentingan dunia, tapi kepentingan masyarakat setempat yang sudah turun-temurun juga jangan dinafikan," tegasnya.

Ogek Birin bahkan menanyakan, apa salahnya meminta kawasan itu dibangun kanal yang juga tak seberapa luasnya?

"Toh, sekarang kawasan itu juga mulai jadi gundul karena investor-investor yang datang dari luar dengan bersekongkol dengan oknum elit. Itu bisa kita buktikan di kawasan Rundeng sebagian hutannya sudah habis. Kenapa kawasan Lae Matee ini tidak bisa diterobos. Ribuan orang di Aceh Singkil hidupnya sengsara, banjir seakan-akan sudah jadi langganan masyarakat disana," tuturnya geram.

Perlu diingat, tegas Sobirin, Aceh Singkil sudah punya peran yang besar jauh sebelum terbentuk nusantara. 

"Tapi kenapa sekarang ini Aceh Singkil dipandang sebelah mata terutama oleh Pemerintah Aceh. Bayangkan saja sudah tertinggal, termiskin, langganan banjir lagi," tandasnya.

Kata dia lagi, dibentuknya lembaga apapun itu pada umumnya untuk kesejahteraan masyarakat. 

"Saya rasa orang di BKSDA atau lembaga lingkungan lainnya tidak separah itulah, tapi karena sistem dan mekanismenya belum ketemu, disinilah dibutuhkan komunikasi," ucapnya.

Kendatipun pemerintah berupaya menggali muara sungai yang ada di kilangan dan kawasan lainnya tetapi itu juga tidak bisa dijadikan solusi karena di hulu sungai hutannya sudah keropos.

"Inilah yang disebut sisa peninggalan masa lalu rakyat sekarang yang sengsara," ucapnya.

Saat ini, lanjutnya, air yang turun dari hulu tidak ada lagi yang menahan karena hutan sudah mulai berkurang di kawasan hulu.

"Tidak ada cara lain,  solusinya pembuatan kanal di Lae Mante dan beberapa kawasan lainnya, titik sebesar gunung," imbuhnya.

Ogek Birin, siap menjadi orang terdepan dalam menyuarakan persoalan penanganan banjir di Aceh Singkil dan Subulussalam.

"Kalaupun saya harus berurusan dengan hukum saya siap, asalkan demi kepentingan orang banyak disana," tandasnya.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini