-->








Aceh Sadar Wisata, Belajar dari Masyarakat Thailand!

23 November, 2018, 17.31 WIB Last Updated 2018-11-23T10:31:32Z
SIAPA yang tidak tahu Thailand? Negara berkembang yang menjadi idaman bagi para penikmat wisata. Thailand merupakan sebuah negara tropis yang terletak di Asia Tenggara, satu regional dengan Indonesia. Negara ini tidak hanya terkenal dengan hasil pertaniannya yang bagus namun juga pariwisata yang sangat populer hingga mancanegara.

Kepopuleran wisata yang ditawarkan oleh Thailand bahkan menjadikannya sebagai lokasi syuting beberapa film Hollywood seperti The beach, The Impossible bahkan Rambo. Pantai-pantai indah yang pernah hancur pada bencana tsunami 26 Desember 2004 kini telah kembali indah, mengingatkan pada Kota Banda Aceh dan sekitarnya yang memiliki dampak terburuk.

Kini Phuket, Pattaya, Phi-phi Island bahkan Bangkok tidak asing terdengar bagi pelancong dari berbagai negara. Disini wisatawan akan dimanjakan oleh keelokan alam dan dipadu dengan berbagai kuliner khas yang menggugah selera. Wisatawan juga dengan mudah mendapatkan akses informasi maupun transportasi bila berada di negara ini.

Bahkan kini, Thailand yang mayoritas masyarakatnya beragama Budha juga memiliki paket wisata syariah bagi wisatawan muslim yang berkunjung. Bagaimana Pariwisata Thailand bisa sangat maju? Pada Juli 2017 lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Phattalung dan Songkhla, provinsi yang terletak di Thailand bagian selatan untuk mengikuti Agri-relationship of Asian Universities Network di Thaksin University bersama mahasiswa asal beberapa perguruan tinggi dari Indonesia, Thailand, Malaysia dan Jepang.

Pariwisata di kedua provinsi ini tidak sepopuler yang telah saya sebutkan sebelumnya tapi disini kita juga akan menemukan banyak wisatawan asal mancanegara, terutama di Kota Hatyai yang merupakan kota terbesar di Thailand selatan dan tentunya masuk lima besar di seluruh daratan Thailand. Di Phattalung, kami mengunjungi berbagai fasilitas pertanian, perikanan, peternakan dan industri yang berhubungan dengan ketiganya sebagai studi bagi peserta.

Namun kegiatan yang paling ditunggu tetaplah berwisata, selama 2 minggu kami diajak ke berbagai lokasi wisata di Phattalung seperti belanja di pasar tradisional Kwanjai bamboo garden yang dikelilingi oleh pohon bambu. Kemudian menikmati Thale Noi yang memiliki hamparan bunga teratai yang mekar di pagi hari, menjelajahi taman nasional yang ditumbuhi berbagai flora khas negara tropis. Juga mengunjungi kuil Budha untuk melihatnya lebih dekat, sampai ikut arung jeram mengarungi sungai yang jernih.

Tidak hanya Phattalung, di Songkhla dan Hatyai kami juga diajak untuk menikmati pantai Samila yang terkenal dengan patung putri duyung serta mempelajari perpaduan budaya etnis Thai dan etnis Melayu di Southern Thai Forklore museum yang terletak diatas perbukitan. Selain daripada itu tentunya kami juga diajak untuk mencoba berbagai makanan khas Thailand setiap harinya, bahkan diajari cara membuat salah satu makanan khasnya yaitu Chor Muang.

Sejatinya Indonesia dan Thailand merupakan dua negara di Asia tenggara yang memiliki potensi wisata yang besar. Apalagi Indonesia dengan ribuan pulau yang berbeda suku, bahasa, adat, alam dan agama tentunya menjadi aset besar negara untuk menjadi destinasi wisata dunia.

Lalu berbicara tentang Aceh yang juga memiliki potensi besar dalam wisata dengan branding The Light of Aceh, tentunya menjadi modal besar dalam mewuudkan hal ini. Apa yang membuat Thailand berbeda?  Pemerintah dan masyarakat merupakan satu kesatuan dalam bahu membahu mengembangkan pariwisata. Kita tidak akan menemukan sampah yang berserakan di lokasi wisata hingga kota di Phattalung dan Songkhla.

Masyarakatnya memiliki kesadaran bahwa sampah adalah tanggung jawab masing-masing. Bahkan untuk ukuran pasar tradisional Kwanjai Bamboo Garden juga sangat bersih. Padahal tempat ini merupakan surga kuliner karena semua makanan tradisional yang memanjakan lidah dapat dinikmati disini. Setiap sudut pasar dapat ditemui tempat sampah dengan mudah dan setiap pengunjung seperti enggan untuk membuang sampah sembarangan.

Apalagi dengan wisatawan asing yang tentunya tidak akan berani melakukan perbuatan ini. Kita juga akan dibuat kagum dengan kebersihan rumah sampai kebun warga. Semuanya terlihat terpelihara dengan baik dan teratur sehingga membuat nyaman berada didalamnya. Masyarakat setempat juga memiliki wawasan pengelolaan sampah yang baik dengan menjadikan sampah organik sebagai kompos dan memisahkannya dengan sampah non organik.

Tidak hanya itu, pertanian di Phattalung juga telah menggunakan mesin pencacah serasah tanaman yang hasilnya akan digunakan sebagai pupuk organik. Selain kebersihan, karakter masyarakat Thailand yang terbuka menjadikan wisatawan yang datang menjadi lebih nyaman. Masyarakatnya yang ramah dan suka tersenyum membuat negara ini dikenal sebagai "The land of the smile".

Sebagai negara Asia yang menggunakan bahasa Thai sebagai bahasa nasional, sebagian besar masyarakat Thailand tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik, dengan pengecualian di beberapa tempat seperti lokasi wisata. Padahal Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional sebagai media komunikasi antar bangsa. Walaupun dengan kemampuan berbahasa asing yang seadanya, masyarakat Thailand tetap memiliki usaha untuk berkomunikasi seperti dengan bahasa tubuh atau menggunakan penerjemah Google.

Satu lagi yang dapat dipelajari dalam peran masyarakat bagi kemajuan wisata Thailand yaitu keharmonisan adat dan agama yang menyatu dengan keindahan alam. Ya, Thailand merupakan negara yang didominasi oleh penganut agama Budha dari bangsa Thai, sedangkan di wilayah selatan seperti Pattani, Yala dan Narathiwat didominasi oleh bangsa Melayu yang beragama Islam.

Berbicara tentang Phattalung yang mayoritasnya Budha, Kuil Budha tentunya dapat ditemui di berbagai sudut provinsi. Semua kuil di Provinsi ini terjaga dengan baik dan bersih. Kesan unik dari arsitekturnya juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Hal ini tentu menjadi sisi lain dari Thailand.

Melihat Thailand yang sudah maju dengan pariwisatanya, sudah saatnya Aceh juga menapaki kemajuan yang serupa. Apalagi karakter masyarakat Aceh yang ramah menjadi daya tarik pariwisata. Disisi lain, syariat Islam sebagai bagian dari nafas masyarakat Aceh juga memberi warna tersendiri bagi pariwisata. 

Kini Aceh terus berbenah untuk menjadi lebih berkembang dari berbagai infrastruktur, termasuk sarana dan prasarana di lokasi wisata. Dengan terus bertambahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan kota, tentunya Aceh juga bisa seperti Thailand.
Penulis: Mulkan Kautsar (Duta Wisata Bireuen 2018/Duta Wisata Aceh Intelegensia 2018/Warga Pante Pisang, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen)
Komentar

Tampilkan

Terkini