Lintasatjeh.com - Puluhan tahun lamanya kondisi Aceh hampir tak tersentuh pembangunan baik sarana jalan, pertanian dan sektor lainnya. Tapi, setelah adanya partai lokal di Aceh kondisi Aceh berubah 180 derajat.
Demikian yang diutarakan Muhammad Yahya, kakek kelahiran tahun 1941 warga Gampong Buloh, Kecamatan Trienggadeng, Kabupaten Pidie Jaya, saat disambangi Lintasatjeh.com di rumahnya, Minggu (4/5/2014).
Puluhan tahun di bertani sendirian di pegunungan Panton Seulimeng. Sekarang, setelah ada Partai Aceh (PA) sangat mudah untuk mengangkut hasil taninya.
Menurut dia, sebelum adanya Partai Aceh di Nanggroe Aceh ini pembangunan jalan belum maksimal. Namun sesudah adanya PA pembangunan jalan hampir di seluruh pelosok pengunugan sudah bagus dan makin maju.
"Saya di sini sudah bertani semasa zaman PKI, dan dulu belum ada jalan untuk menembus ke kebun ini. Tapi sekarang sudah mulus," ungkap Yahya.
Dia mengatakan, jalan menuju ke kebunnya dulu hancur dan bahkan tak jarang menjumpai binatang buas. Adapun jarak tempuh menuju kebunnya mencapai 5 km dari gampong mengunakan jalan yang dilewati ternak.
Tambahnya, pembangunan saat ini lebih bagus dibanding sebelum terjadi konflik di Aceh. "Ia, setelah dipimpin oleh orang Partai Aceh ada perkembangan pembangunan di segi jalan," ujarnya.
Namun saat disinggung masih banyaknya masyarakat yang tidak mensyukuri pembangunan tersebut, dia mengakatan, karena orang Aceh saat ini banyak yang tidak suka negera dipegang sama orang Aceh sendiri.
"Takut banyak dihabiskan uang, kalau orang lain habiskan boleh. Padahal sebelum konflik unag Aceh cuma satu persen, tetapi saat ini puluhan persen sudah ada uang di Aceh selama dipegang sama Partai Aceh," terang dia.
"Cuma orang kita masih banyak yang suka jual Nanggroe (Peubloe Nanggroe_red). Padahal PA baru pegang tingkat gubernur sudah merata pembangunannya, apalagi Presiden?," katanya.[la/pang]
