BANDA ACEH - Sadar dirilah hai para pecundang yang berada di Kantor Pemerintah Aceh, karena kalianlah yang mengambil keuntungan atas perjuangan pahit GAM. Sebab perjuangan GAM kalian memiliki jabatan, dapat tunjangan tambahan hingga dua kali lipat, yang berbeda dengan propinsi lain di Indonesia. Padahal dulu kalian yang menghina GAM, sampai sekarang kalian masih juga menghina Eks Kombatan.
Sudah banyak saudara-saudara kita yang memperoleh keuntungan dan memanfaatkan fungsi kekuasaan yang berasal dari perjuangan GAM, tapi sampai hari ini keuntungan itu sama sekali tidak disadari. Coba bayangkan betapa munafiknya mereka para kepala dinas di jajaran Pemerintah Aceh.
Mereka sama sekali tidak menghiraukan tentang kondisi mantan pasukan GAM hari ini, padahal orang-orang GAM lah yang telah membuat hidupnya mulia, hidupnya dihargai, tunjangan jabatan bertambah, bermacam dana tambahan mengalir dari APBN dan ABPA untuk masing dinas. Bayangkan berapa triliun pertahun dana tambahan dari APBN....?
Ini adalah berkat perjuangan GAM. Hari ini para orang-orang yang mengambil kesempatan dari hasil perjuangan GAM tidak ada sedikitpun rasa prihatin terhadap nasib kawan-kawan eks kombatan Aceh dan tidak ada rasa terimakasih mereka kepada mantan anggota GAM....!
Malah, kebanyakan para SKPA sering meremehkan perjuangan GAM dan sering menyepelekan mantan pejuang GAM, memandang sebelah mata jika ada kawan-kawan eks kombatan yang datang ke kantor Pemerintah Aceh, dalam keperluan informasi untuk membangun daerah atau ada hal-hal lain yang ingin di bicarakan dengan Kadis.
Padahal mereka/PNS yang dulu menghina GAM, yang dulu menganggap remeh perjuangan GAM dan sampai hari ini oknum PNS yang di Kantor Pemerintah Aceh masih suka menipu mantan kombatan GAM dengan berbagai macam alasan termasuk masalah "Pendidikan".
Buktinya anggaran Pemerintah Aceh yang di plot khusus setiap tahun untuk beasiswa pendidikan S-1, S-2 dan S-3 untuk melanjutkan kuliah anak Aceh yang punya bakat, keluar negeri tapi hanya dimanfaatkan oleh anak luar Aceh atau orang tertentu yang sama sekali tidak bermanfaat bagi masa depan generasi Aceh.
Mereka yang rata-rata menghabiskan anggaran APBA Rp. 100-120 juta per orang selama setahun. Bayangkan kalau dalam 5 tahun atau 7 tahun, berapa dana APBA yang mereka habiskan sampai kuliah mereka selesai. Al hasil yang pandai bukan anak Aceh atau anak mantan pejuang GAM.
Silahkan pembaca periksa daftar nama penerima beasiswa mulai tahun 2009, 2012 dan 2013, sudah jelas dalam daftar tersebut tidak ada nama anak-anak eks GAM atau anak-anak korban konflik Aceh. Justru anak-anak mereka yang sama sekali bukan yang lahir di Aceh dan bukan juga tinggal di Aceh yang menerima beasiswa, dari uang hasil perang Aceh, uang darah syuhada Aceh.
Cara mereka menerima beasiswa hanya dengan membuat KTP Aceh atau numpang nama di KK orang Aceh, lalu mereka usulkan anggaran beasiswa keluar negeri. Kita rakyat Aceh yang berjuang justru anak-anak kita yang diabaikan sedangkan para orang-orang pragmatis yang menikmati hasil perjuangan pahit kita, perjuangan yang mematikan.
Inilah kondisi Aceh hari ini, dalam segala hal kita dibodohi, bidang ekonomi jelas-jelas kita tertinggal, pendidikan ditutup informasi dll.
Selama 9 tahun perdamaian Aceh betapa merdekanya meraka/PNS yang sudah mencapai golongan eselon. Bisa hidup mewah dan makan uang hasil daripada perjuangan GAM dan rakyat Aceh untuk membiayai anak-anak mereka untuk kuliah keluar negeri. Sedangkan anak para pejuang Aceh , anak para syuhada Aceh sengaja dibiarkan bodoh.
Yang jelas mereka tidak menghargai orang-orang yang telah berjuang hingga Aceh mendapat dana Otsus tambahan dari APBN. Semoga dengan tulisan ini, bisa membuka mata hati para Pejabat Pemerintah Aceh dan membuka pikiran seluruh rakyat dengan kondisi perdamaian sekarang ini yang dimanfaatkan sekelompok orang saja.(ar)
Penulis Imran Nisam seorang mantan kombatan GAM pro perdamaian