LHOKSUKON
– Lembaga Swadaya
Masyarakat Gerakan Rakyat Aceh Membangun (GRAM), mengkritisi peran koperasi
yang ada di Indonesia yang dinilai belum mampu menjadi soko guru perekonomian
masyarakat.
“Hingga saat ini koperasi
belum bisa menjadi soko guru perekonomian Indonesia dan hanya bersifat
pelengkap dalam percaturan bisnis nasional,” demikian
disampaikan Direktur LSM GRAM, Muhammad Azhar, A.Md, Senin (12/1).
Dia mengatakan, meskipun
konsep koperasi sudah bagus dan sudah muncul di pasal 33 ayat 3 UUD 1945, namun
dalam kenyataannya konsep koperasi itu hanya sering muncul sebagai wacana.
Sehingga koperasi sering
terdengar seperti cerita ideal tentang negeri di awan yang penuh mimpi tinggi
sekali sehingga sering tak terjangkau. Selain itu, para pengurus koperasi di
Indonesia juga ternyata belum menyandang reputasi yang baik. Bahkan koperasi
sering dikenal sebagai ajang baku hantam bagi yang bermimpi meraih kekuasaan
lebih tinggi. Tentunya dengan memanfaatkan suara terbanyak dari anggota.
Hal ini sebagaimana hasil
amatannya di beberapa tempat bahwa, masih banyak banyak koperasi yang
manajemennya masih buruk. Seperti di koperasi Gampong Buket Hagu, Kecamatan
Lhoksukon, dan koperasi Alue Leuhop, para petani kebun sawit mengeluh, karena
hasil panen sawit yang didapat semakin anjlok.
Menurut informasi petani
setempat, hail panen petani dalam dua hektar lahan sawit dari bulan ke bulan
semakin anjlok dari jutaan sampai puluhan ribu rupiah. “Ini jelas-jelas
pembunuhan petani,” ucap Azhar.
Azhar meminta kepada dinas
koperasi, untuk mendata koperasi-koperasi yang tidak berperan aktif dalam
pembangunan ekonomi masyarakat. Dan memberi sanksi administrasi yang berat
seperti mencabut izin usaha ataupun mem-black list koperasi itu. [01]