-->

Ini Tanggapan IKAT Aceh Soal Dosen IAIN Ajak Mahasiswa Belajar Gender di Gereja

07 Januari, 2015, 18.24 WIB Last Updated 2015-01-07T11:24:12Z
BANDA ACEH - Menanggapi pemberitaan terkait dosen membawa mahasiswa ke gereja, Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh mengajak seluruh “aneuk nanggroe” alumni luar negeri untuk bermuhasabah dan senantiasa berdakwah dengan hikmah dan mauidhah hasanah dengan nilai dan norma yang baik sesuai kepakaran masing-masing.

“Mari kita saling mengingatkan dalam kebaikan. Sadarilah kita sebagai aneuk nanggroe yang sudah ditanamkan dasar keislaman sebelum hal-hal yang lain,” ujar H.M.Fadhil Rahmi, Lc, Ketua IKAT Aceh sembari menyanyangkan metode pendidikan yang diinisiasi oleh dosen tersebut. “Sangat tidak patut, jauh dari nilai islam dan local wisdom (kearifan lokal) keacehan. Idealnya, nilai-nilai tersebut harus tertanam pada setiap “aneuk nanggroe” dalam mengembangkan keilmuan diberbagai bidang dan dimanapun dia menuntut ilmu,” tambah Fadhil, Rabu (7/1).

Kepada masyarakat luas, IKAT Aceh juga mengharapkan agar senantiasa menjaga setiap perkataan dan prilaku. Jangan sampai terjerumus kepada tindakan yang tidak syar’i baik dalam berkata maupun tindakan. Sebagai Negara hukum, serahkan kepada yang berwenang untuk menangani persoalan ini. ”Sangat wajar emosional, namun hendaknya tidak harus mengeluarkan kata-kata yang jauh dari nilai syar’i apalagi sampai merencanakan tindakan anarkistis yang tidak sesuai dengan nilai agama,” pungkas Fadhil

Kepada pemerintah (ulama dan umara) dan terutama pihak kampus untuk segera menyiapkan langkah-langkah antisipatif terhadap kemungkinan terjadi kembali prilaku-prilaku yang “menyimpang” dari para dosen maupun mahaiswanya. IKAT juga memandang bahwa pernyataan maupun tindak tanduk serta prilaku ‘menyimpang’ tersebut tidak menggambarkan dan mewakili alumni luar negeri secara umum, khususnya alumni Australia. “Info yang saya dapat, teman-teman alumni sang dosen juga mengecam hal tersebut,” kata Fadhil.


Selanjutnya, IKAT juga berharap kepada lembaga advokasi HAM/Gender untuk tidak melihat kasus ini sebagai hal yang negatif belaka, namun ini adalah bentuk reaksi dan respon kolektif masyarakat Aceh dalam mempertahankan eksistensi dan identitas keislamannya. “Mari kita sama-sama mengambil hikmah dari kejadian ini,”katanya. [Rilis]
Komentar

Tampilkan

Terkini