-->

Mantan PM Malaysia Usul Myanmar Dikeluarkan dari ASEAN

18 Juni, 2015, 17.51 WIB Last Updated 2015-06-18T10:52:36Z
Migran Rohingya
MALAYSIA - Pandangan kontroversial diutarakan mantan perdana menteri Malaysia, Mahathir Mohammad kepada Myanmar terkait aksi mereka terhadap warga muslim Rohingya.

Dikutip melalui situs berita Turki, Anadolu Agency, Kamis (18/6) Mahathir mengatakan sudah seharusnya Myanmar dikeluarkan dari Asosiasi negara Asia Tenggara (ASEAN) karena persekusi terhadap etnis Rohingya.

Pernyataan keras Mahathir terlontar akhir pekan lalu ketika mengisi konfrensi internasional mengenai Rohingya di Kuala Lumpur.

Mahathir menilai apa yang dilakukan Myanmar terhadap Rohingya adalah kejahatan pembantaian masal atau genosida terhadap populasi umat muslim.

"Dahulu saya sangat keras dalam meminta dukungan negara-negara ASEAN ketika meminta Myanmar untuk bergabung menjadi anggota ASEAN, namun kini kasusnya berbeda," kriktik tegas Mahathir.

"Saya sudah menyurati seorang pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, namun sangat disayangkan dia tidak memberikan respon baik," imbuh politikus 89 tahun itu.

Direktur Pemerintahan Myanmar untuk ASEAN, U Hau Khan Sum, sangat terkejut mendengar pernyataan keras Mahathir yang menilai negaranya tidak lagi pantas berada di ASEAN terkait kasus rohingya.

"Saya tidak mengerti mengapa Mahatir melontarkan pernyatan tersebut, dalam posisinya Myanmar telah bekerja sama baik dengan semua negara ASEAN, dan tidak seharusnya usulan mencabut Myanmar dari keanggotaan ASEAN menjadi solusi," ucap Khan Sum.

"Seperti diketahui ASEAN tidak akan mengabulkan sebuah putusan tanpa konsesus terlebih dulu, maka sangat mustahil untuk mengusir keberadaan Myanmar dari keanggotaan ASEAN," lanjutnya.

Pemerintah Malaysia juga menolak mengomentari pernyataan kontroversial Mahatir itu. Sejak 2012 dalam data PBB tercatat kaum Rohingya sebagai etnis minoritas tertinggi yang berusaha kabur mencari suaka ke luar negeri.

Kasus Rohingya mencuat kembali ketika pada awal Mei lalu. Kala itu, Thailand menolak lebih dari 8 ribyu pengungsi masuk ke wilayah mereka. Hidup mereka terombang-ambing di laut lepas sampai akhirnya berlabuh di perairan Indonesia dan Malaysia.[Merdeka]
Komentar

Tampilkan

Terkini