-->

Muhammad Harun "Raja Pantun" Bumi Muda Sedia Sudah Satu Tahun Menderita Stroke

23 Juni, 2015, 23.30 WIB Last Updated 2015-06-24T08:51:42Z
Nama asli Muhammad Harun
Anak almarhum Mude Bante
Kurangkai kate melalui pantun
Yang kurang santun ma'af kupinte

Untaian kata pembukaan saat memperkenalkan diri yang dirangkai dalam bentuk pantun seperti tersebut di atas, sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Tamiang, yakni kabupaten yang terkenal dengan julukan Bumi Muda Sedia.

Bahkan, kata salam pembukaan untuk memperkenalkan diri yang disampaikan secara lisan melalui pantun oleh Muhammad Harun (58), warga Kampung (desa_red), Muka Sei Kuruk, Kecamatan Seruway, sudah pernah didengar secara langsung oleh Ahmad Sujudi ketika masih menduduki Menteri Kesehatan, Bahctiar Chamsah saat menjabat Menteri Sosial, Mayjen TNI Endang Suwarya saat menjabat Pangdam Iskandar Muda.

Kemudian, Abdullah Puteh saat menjabat Gubernur Aceh, Mayjen Sulaiman AB saat menjabat Danpuspom TNI, Kolonel H. AY. Nasution saat menjabat Danrem Lilawangsa, Mar'ie Muhammad saat menjabat Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat, dan sejumlah menteri serta para pejabat lainnya yang pernah melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Aceh Tamiang.

Maklum, Muhammad Harun yang merupakan Ayah dari enam putri dari hasil buah cinta kasih bersama sang isteri, Marlini (53), sudah menjadi "langganan" tetap bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang untuk menampilkan kakek dari lima cucu tersebut untuk membaca pantun menyambut kedatangan tamu-tamu penting yang melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Aceh Tamiang.

Pantun yang dibacakan oleh Muhammad Harun, selalu diawali dengan perkenalan dirinya, lalu dilantunkan kalimat-kalimat yang menggambarkan tentang situasi daerah Aceh Tamiang serta berbagai kekayaan alam dan berbagai potret ataupun warna lainnya yang memang ada di kabupaten yang terkenal dengan julukan Bumi Raja Muda Sedia tersebut.

Pantun atau karya sastra lama yang dibaca secara spontanitas (tanpa teks_red), oleh lelaki bertubuh tinggi dan tegap itu membuat para pendengar merasa terhibur dan selalu tertawa terbahak-bahak.

Jadi, sangatlah tidak mengherankan, jika di lokasi acara penyambutan tamu yang berkunjung ke daerah itu selalu diwarnai dengan gemuruh suara tawa, baik dari para tamu yang hadir, maupun para warga yang menonton saat Muhammad Harum membaca pantun.

Selain membaca pantun ketika menyambut tamu-tamu penting yang berkunjung ke Kabupaten Aceh Tamiang, dirinya sering di undang untuk membaca pantun di arena pesta perkawinan yang berlangsung di berbagai kampung di beberapa kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh Tamiang.

Namun semenjak tanggal 6 Juni 2014 kemarin, masyarakat dan juga para tamu yang berkunjung ke Kabupaten Aceh Tamiang, tidak pernah lagi mendengarkan rangkaian pantun yang terucap dari mulut seorang Muhammad Harun.

Lelaki yang punya nama gelaran Bill Clinton tersebut telah setahun menderita stroke, sehingga kedua kakinya mengalami kelumpuhan dan sulit berbicara. Setiap harinya Muhammad Harun hanya bisa berbaring dan duduk di rumah.

Ingin berobat tapi terkendala ekonomi. Untuk menopangi hidupnya saat ini, terpaksa bergantung belas kasih sang isteri yang sehari-harinya mengambil upah cucian pada beberapa tetangga serta jualan di kantin sekolah dasar dekat rumahnya.

Saat dikunjungi wartawan lintasatjeh.com, Selasa (23/6/15), dengan mata berkaca-kaca Muhammad Harun, menyampaikan bahwa selama ini dirinya ingin sekali untuk berobat agar dapat sembuh kembali. Tapi, dengan bahasa yang terbata-bata dan berlinang air mata, dirinya mengaku bahwa terkadang diterpa oleh rasa putus asa karena keadaan hidup yang serba kekurangan.

Belum lagi memikirkan beban tentang dua anaknya yang masih duduk dibangku sekolahan. Selama ini dia mengaku hanya isterinya yang menjadi tulang punggung keluarga.

Ketika ditanya, apakah selama dirinya menderita sakit, adakah pihak pejabat dari Pemerintahan Kabupaten Aceh Tamiang yang datang dan menjenguk dirinya? Dengan nada lirih Muhammad Harun menyampaikan bahwa selama dirinya sakit selama setahun ini, tidak ada satupun pejabat yang menjenguknya.

Saya nggak akan pernah memimpikan hal tersebut bang. Saya sangat paham sekali watak sebagian besar pejabat di Kabupaten Aceh Tamiang. Mereka hanya menjalin pertemanan dengan rakyat jelata seperti saya ini, jika ada perlunya saja. Dulu saya pernah dijanjikan oleh H. Abdul Latief (Bupati Atam periode yang lalu_red) dan Ir. Rusman (Ketua DPRK Atam_red), merekomendasi anak sulung saya sebagai pegawai honorer di Pemkab Aceh Tamiang, namun sampai saat ini janji mereka tersebut tidak pernah mereka tepati. Saya tidak akan pernah mau bersedih hati karena saya memahami hakikat hidup ini.

Saat ini yang mewakili Muhammad Harun untuk membaca pantun saat menyambut kedatangan tamu-tamu penting yang melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Aceh Tamiang serta memenuhi undangan perkawinan adalah anak pertamanya yang bernama Rizki Ramadhani.[zf]
Komentar

Tampilkan

Terkini