-->








Jadikan Aswaja Sebagai Benteng Aliran Meresahkan di Aceh

03 Oktober, 2015, 20.06 WIB Last Updated 2015-10-03T13:06:34Z
BANDA ACEH - Penandatanganan pernyataan sikap masyarakat Aceh pecinta Ahlusunnah Wal Jamaah yang ditandatangani oleh 13 perwakilan organisasi ulama, santri dan masyarakat Aceh dan disetujui oleh Plt. Gubernur Aceh Muzakir Manaf, pada 1 Oktober 2015 adalah murni keinginan untuk mewujudkan Aceh yang beri'tiqad Aswaja, dan kegiatan ini tidak berkepentingan politis.

Pergerakan massa dari berbagai daerah di Aceh ini dilakukan guna mempertegas keinginan masyarakat Aceh untuk menjadikan Aswaja sebagai sendi yang tidak tergantikan dan sebagai benteng seiring dengan masuknya beberapa aliran keagamaan yang meresahkan aqidah ummat di Aceh dalam beberapa tahun terakhir.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Lambaga Acheh Future Razali Yusuf melalui Koordinator Program Agama, Adat dan Budaya Teungku Zulfikar yang sedang melakukan study banding di Kuala Lumpur, Malaysia lewat pesat BlackBerry Messenger, Sabtu (3/10/2015).

Tgk Zulfikar manambahkan, semangat yang sesama antara ulama, santri, lembaga sipil dan tokoh masyarakat Aceh akhirnya mewujudkan parade Aswaja tersebut.

Terkait berbagai pihak yang menilai adanya kegiatan politis, dirinya menyarankan untuk berhusnuzan terhadap kesepakatan ulama, bahkan sebagian besar masyarakan yang berasal dari Kabupaten Aceh Timur menegaskan bahwa Ulama Kharismatik Aceh, menegaskan bahwa jika Parade Aswaja diperjuangkan karena lillahitaala, maka dirinya pun akan berpasrtisipasi, sedangkan asalkan ujung-ujungnya tidak ada "boh manoek mirah" kepentingan lain.

Sementara itu Teungku Juanda, salah satu santri dari jama'ah yang ikut hadir dalam aksi Aswaja mengatakan atas nama santri khusunya dari Aceh Timur sangat mengapresiasi kebijakan Plt. Gubernur Aceh yang telah menandatangani tuntutan jama'ah tersebut.

"Jangan di mimbar kampanye berorasi, kami peduli dengan aqidah ummat."

Dia pun berharap, atas apa yang telah ditandatangani tersebut agar diwujudkan, jangan sebatas tanda tangan karena masyarakat Aceh sudah belajar banyak dari para politisi baik nasional maupun lokal, ada yang merasa puas karena kebetulan sahabat karibnya dan tidak sedikit juga yang merasa kecewa sehingga terkesan bahwa janji tinggal janji ini pasti ada udang di balik batu.

"Para ulama dan santri tidak pernah menuntut janji-janji politisi yang bersifat materil, kami hanya mengharapkan aqidah dan syari'at diberlakukan sesuai Aswaja," pungkasnya.[pin]
Komentar

Tampilkan

Terkini