-->

Parpol Belum Berani Jujur Usung Kandidat Cagub Aceh

25 Juli, 2016, 15.11 WIB Last Updated 2016-07-25T14:10:51Z
IST
MEDAN – Hiruk pikuk politik menjelang Pilkada Aceh 2017 semakin terasa aromanya, semerbak hingga pelosok-pelosok dan penjuru Aceh bahkan hingga tercium ke luar daerah. Dinamika lobi-lobi politik makin terasa dan menjadi bumbu ‘Ngopi’ para penikmat kopi Aceh yang sudah mendunia.

Mencuatnya sejumlah nama Kandidat Cagub Aceh sudah menginspirasi orang untuk mendukung, berpartisipasi dan menjadi bagian tak terpisahkan sebagai tim pemenangan para kandidat yang dielu-elukan. Bukan hanya itu saja, sejumlah partai politik juga sudah berusaha bertamu, menjamu bahkan diskusi untuk melakukan tawar-menawar dan bargainning sebagai ‘Mahar Politik’ sebelum dipinang atau meminang untuk saling berpasangan sebagai calon pasangan menuju Pilkada Aceh mendatang.

Bukan hanya itu saja, ternyata munculnya nama-nama tenar mantan petinggi GAM seperti Zakaria Saman, dr. Zaini Abdullah, Irwandi Yusuf serta Muzakir Manaf telah menginspirasi kader, simpatisan dan pihak-pihak tertentu untuk melancarkan isu murahan, fitnah, dan provokasi yang ujung-ujungnya untuk kampanye hitam, menjegal popularitas lawan politik serta menaikkan elektabilitas kandidat.

Bahkan sejumlah partai politik juga tidak segan-segan menebar ‘umpan politik’ menawarkan survey internal dan membuka pintu pendaftaran calon kepala daerah namun enggan untuk mengumumkan hasilnya dan memilih untuk menyimpan rapat dijadikan ‘rahasia’ internal.

Tarik ulur surat dukungan juga dimainkan sebagai jurus dagang sapi hanya sekedar untuk menguji publik. Perpecahan internal sengaja dihembuskan agar saat situasi aman didamaikan kemudian berharap akan dianggap bak pahlawan oleh rakyat.

Maju melalui partai politik maupun independen sejatinya tidak perlu diperdebatkan, karena semua sudah diatur dan sesuai dengan perundang-undangan di negeri tercinta Indonesia. Seharusnya tak perlu dipergunjingkan karena sejatinya seluruh kandidat Cagub Aceh sudah berjanji ya sekali lagi ‘Ber-JANJI’ untuk membuat perubahan menuju Aceh yang makmur, aman, damai dan sejahtera. Tak perlu menunjuk siapa kamu siapa dia?

Pilkada Aceh ini merupakan proses demokrasi pasca perdamaian Helsinki, namun yang membuat miris proses penjaringan calon kepala daerah hampir semua parpol belum berani jujur dan terkesan masih bermain petak umpet untuk mengusung calon kandidat dan cenderung tidak melihat kapabilitas dan kredibilitasnya.

Parpol sebagai pemegang tiket untuk masuk ke arena pilkada semakin kehilangan kepercayaan diri untuk mencalonkan kader-kader terbaiknya yang harusnya sudah dipersiapkan kapabilitasnya untuk masuk ke arena pilkada. Faktanya, sejumlah partai politik yang memiliki jumlah kursi lumayan banyak di DPRA takut untuk mencuatkan nama kadernya, dan lebih memilih ‘wait and see’ untuk mendukung kandidat yang memiliki peluang menang lebih besar untuk di dukung. Kalaupun ada pimpinan parpol yang namanya digadang-gadang akan maju baik menjadi calon gubernur atau wakil gubernur justru malu-malu untuk dekat dengan rakyat, atau memang takut kalau ketahuan tidak punya massa?

Hari ini partai politik terkesan hanya mencari “untung” dan hanya ingin menikmati bagian dari kekuasaan tidak peduli lagi untuk memperjuangkan konstituen dan rakyat. Kalau memang berjuang untuk rakyat, seharusnya partai poltik bisa menyiapkan kader terbaiknya atau partai politik memang sudah kehilangan ruhnya sebagai wadah kaderisasi dan agregasi yang harusnya menghasilkan kader-kader potensial yang siap secara pengetahuan dan pengalaman untuk memimpin suatu daerah.

Perlu diingat, kalau partai politik mengajukan calon yang tidak mempunyai kapabilitas akhirnya pembangunan terhambat karena menyusun RPJMD saja tidak mampu, memilih pejabat-pejabat teknis tidak sesuai kompetensi, jangankan berfikir inovasi yang rutin saja tidak terselesaikan dengan baik. Untuk itu, kandidat Cagub Aceh dari independen dan partai politik silahkan turun ke masyarakat untuk menggali informasi bagaimana kondisi rakyat yang sebenarnya, apa masalah yang ada di masyarakat mulai dari tingkat desa, kecamatan sampai kabupaten.

Berdasarkan informasi tentang berbagai permasalahan dan tipe pemimpin yang diinginkan masyarakat, maka partai politik bisa mencari dan melamar sosok-sosok yang sesuai dengan harapan masyarakat. Bila calon yang dianggap kapabel hanya satu, maka segera dideklarasikan. Apabila calonnya banyak maka bisa menggunakan mekanisme konvensi. Dan setelah dideklarasikan, jangan pula memaksakan kehendak dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan. Karena sejatinya pilihan hati nurani rakyat akan tetap dipertanggungjawabkan.

Kita berharap kepada orang-orang yang masih “waras” mau membisikkan kepada elit-elit parpol untuk mengedepankan kapabilitas dalam proses penjaringan serta terus memberikan pendidikan politik kepada masyarakat agar menjadi pemilih yang cerdas untuk memilih calon kepala daerah yang mempunyai kapabilitas.

Penulis : Ali Sahniur, S. Pd (Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Simeulue/IPPELMAS Medan)
Komentar

Tampilkan

Terkini