-->








Kondisi Kehutanan Aceh Pasca Tsunami dan Prospeknya di Masa Depan

30 September, 2016, 12.17 WIB Last Updated 2016-09-30T05:19:03Z
BANDA ACEH - Sebelum masa konflik Aceh hutan Aceh terus berkurang tapi selama konflik relative stabil karena perkebunan tidak aktif dan juga sebagian besar petani petani yang berkebunan di pinggir hutan juga tidak rajin kerja.

Tetapi, sesudah konflik selesai dan masa kedamaian mulai, kondisi sebelumnya telah kembali dan kerusakan dan kehilangan hutan terus terjadi lagi.

Kelihatanya juga pemerintah Aceh tidak terlalu serius dan berkomitmen tinggi terhadap kelestarian hutan dan konservasi, terbukti karena kawasan Strategis Nasional Kawasan Ekosistem Leuser sampai sekarang tidak masuk sama sekali dalam RTRW Aceh dan dengan keadaan Pergub yang jelaskan car acara untuk dapat izin konsesi di dalam KEL.

Ancaman ancaman kepada hutan Aceh saat ini terutama akibat dari konversi hutan untuk meluaskan perkebunan kelapa sawit, pertambangan dan energy, dan pembukaan jalan yang membuka akses baru untuk perambahan dan konversi, untuk perburuan, dan memotong habitat satwa melalui fragmentasi.

Tetapi, apa semua kerusakan ini dapat di bilang “untunk kepentingan pengembangan ekonomi?” Cukup banyak bukti bahwa tidak. Jumlah dan skala bencana di Aceh sangat signifikan dan kehilangan dan kerugian ekonomi juga sangat signifikan. Sebenarnya, tidak terbukti sama sekali bahwa konversi dan kerusakan ini menuntungkan ekonomi propinsi maupun daerah.

Misalnya, Bank Dunia mencatat kerugian ekonomi akibat banjir di akhir tahun 2006 di Aceh mencapai USD 210 juta. Contoh lain, Bank Dunia juga mencatat kerugian ekonomi Pemerintah Indonesia akibat kebakaran hutan di tahun 2015 mencapai USD 16,1 milyar

Sayang ini. Seharusnya perencanaan dan penataan ruang selalu berbasis ilmiah dan fakta fakta/data data yang benar, dan di Aceh sudah banyak data berkualitas tersedia, akibat kerja beberapa instansi. Maka aneh dan saying bahwa sepertinya pemerintah abaiakan semua data dan bantuan yang tersedia dalam proses perencanaan dan penataan ruang.

Garis bahwa, jika merusak semua asset dan jasa lingkungan untuk memaximalkan revenue dalam jangka pendek, potensi Aceh dalam pengembangan ekonomi jangka panjang sangat terancam.

Penulis : Ian Singleton, Ph.D (Yayasan Ekosistem Lestari-Program Konservasi Orangutan Sumatera)
Komentar

Tampilkan

Terkini