-->




Rumah Prabowo Subianto Berganti Nama Menjadi Rumah Pejuang Indonesia

31 Januari, 2018, 18.06 WIB Last Updated 2018-01-31T11:06:20Z
JAKARTA - Rumah Pejuang Indonesia yang sebelumnya bernama Rumah Prabowo Subianto yang disingkat RPS berubah nama menjadi Rumah Pejuang Indonesia, disingkat RPS. Perubahan nama tersebut setelah mendapat masukan dan pertimbangan dari Ketua Umum RPS Brigjen TNI (Purn) Priyo Handoko, Ketua Dewan Pembina Dr. (c) Nurcahaya Tandang, SIP., SH., M.Si, para pimpinan RPS antara lain Dr. Ir. H. M. Nizar Dahlan, M.Si, Pradipa Yoedhanegara, Faisal M. Jasin, ST., M.Si, Dra. Dadah Chalidah, M.PdI dll, disepakati RPS semula disebut Rumah Prabowo Subianto (RPS) menjadi Rumah Pejuang Indonesia (RPS).

"Ya RPS sebagai singkatan tetap, tidak berubah," hal itu dikatakan Akhmad Bumi kepada media, Rabu (31/01/2018).

Kata Bumi, adapun perubahan itu dengan berbagai pertimbangan antara lain:

1. RPS akan berbadan hukum dan berkelanjutan dalam waktu yang tak terbatas dengan skala perjuangan permanen dari berbagai program dan kegiatan sesuai bidang-bidang dan akan dibentuk lembaga-lembaga khusus seperti lembaga ekonomi dan bisnis, lembaga LBH, lembaga pers, lembaga kesehatan dll.

2. RPS berbadan hukum, bersifat independen dan berbentuk organisasi perjuangan, olehnya penggunaan nama diusahakan tidak terikat dengan siapapun dan apapun serta pembentukannya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Sikap politik RPS adalah mendukung dan berjuang untuk Prabowo Subianto menuju Presiden RI melalui Pemilu 2019 dengan berbagai pertimbangan yang telah disampaikan terdahulu berkaitan dengan kondisi bangsa dan negara sebagai pertimbangan lahirnya Lembaga RPS ini.

"Dalam logo RPS ada Bintang sebagai lambang lima sila Pancasila. Ada padi kapas sebagai lambang kesejahteraan (sejahtera rakyat Indonesia). Berjejer pulau-pulau sebagai lambang NKRI. Garis-garis 9 lambang sebagai simbol para pendiri RPS yang 9 orang. Warna hitam bermakna kedalaman berfikir. Putih bermakna tulus dan ikhlas. Merah bermakna berani dalam berjuang, lingkaran bermakna satu kesatuan dari beragam warna baik etnis, suku, bahasa, agama, budaya dll. Lengkapnya logo tsb diterjemahkan di dalam AD/ART RPS," beber Bumi.

Bumi menyoroti maraknya relawan-relawan politik yang lahir sejak Pemilu 2014 dan Pilgub DKI.

"Sebenarnya fenomena maraknya relawan politik yang menguat sejak Pilpres 2014 dan Pilkada DKI yang memenangkan Anis-Sandi itu memperkuat pilar demokrasi. Relawan tumbuh dimana-mana. Disaat Pilpres 2014, relawan pendukung Jokowi lebih dari seratus, ada Jokowi Presidenku (JPK), ada Jokowi Presiden RI (JPRI), ada Sahabat Jokowi dan lain-lain. Di kubu Prabowo juga demikian, ada Garda Prabowo, Tidar, Macan Asia dan lainnya. Di Pilkada DKI juga demikian, sebelumnya hanya dikenal relawan sosial dan kemanusiaan. Adanya relawan politik yang tumbuh di mana-mana itu jawaban atas sikap skeptis rakyat terhadap parpol. Relawan telah menjadi salah satu sumbuhnya demokrasi," urai aktivis yang juga lawyer ini.

Relawan politik yang tumbuh telah melakukan pelembagaan demokrasi karena adanya pertemuan antar kelas masyarakat dan dunia maya, telah terjadi politisasi di ruang-ruang publik dan itu memperkuat demokrasi. Fenomena tersebut berpotensi membentuk arus balik kedua bersifat antagonistik terhadap struktur hegemonik politik mainstream berbasis oligarki dan patronase.

"Dalam kencenderungan itu, kita sedang menyaksikan proses politik demokrasi baru bukan ke arah konsensus dan kompromi elite, tetapi arah disensus dan antagonisme. Setelah sekian lama ditelikung oleh kontur dan logika liberal guna memenangkan nalar politik konsensus konservatif," jelasnya.

Relawan politik dalam konteks dinamika politik Indonesia dikategorikan sebagai new social movement yang dihuni oleh kelas menengah. Kehadiran new social movement, yang bersamaan dengn kehadiran politik media sosial dapat dilihat sebagai bagian popular culture yang menitikberatkan pada penokohan.

"Banyak kalangan menilai budaya populer dalam lanskap sosial politik Indonesia merupakan arena pertentangan representasi dan rekognisi terhadap satu tokoh tertentu. Peran, figur dapat menjadi sebuah biopolitic publik berwatak konfliktual sekaligus menjadi afiliasitas publik. Fenomena ini menunjukkan tengah terjadi peningkatan partisipasi gerakan sosial, meskipun pada realitasnya masih terbatas dan terfragmentasi," tandas alumi HMI ini.

Bumi menegaskan bahwa RPS menjadikan Prabowo sebagai simbol perjuangan, sosok mumpuni yang dianggap mampu memperbaharui bangsa yang morat marit itu, olehnya pantas menjadi Presiden. Dari buku karya Prabowo dengan judul Paradoks Indonesia.

"Jika disimak isi dari buku itu, Prabowo adalah seorang Pejuang Intelektual, pemberani yang cerdas. Memahami benar Indonesia dari dalam, bukan dari luar, bukan juga hasil polesan. Dalam buku itu adalah gagasan besar Prabowo untuk Indonesia, berisi tulisan-tulisan cerdas seorang Prabowo," ungkap Bumi.[*]
Komentar

Tampilkan

Terkini