-->








Petani Sawit di Abdya, Masih Gunakan Rakit Penyeberangan

29 Maret, 2018, 00.08 WIB Last Updated 2018-03-28T17:08:25Z
ABDYA - Ratusan pemilik dan pekerja kebun sawit di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) terpaksa menggunakan rakit sebagai alat penyeberangan, setelah jembatan baja yang sedang dikerjakan tahun lalu amblas ke sungai.

Banyaknya warga yang memakai jasa rakit penyeberangan dikarenakan jarak tempuh menuju kebun lebih dekat. Para pemilik kebun yang berlokasi di daerah Lama Tuha, Surien dan Krueng Hitam banyak dimiliki warga luar Kecamatan Babahrot dan Kuala Batee.

"Walaupun kita harus mengeluarkan ongkos Rp.6.000 setiap harinya, tetapi ini menjadi alternatif menuju dan pulang dari kebun lebih tepat waktu," sebut Lukman, warga Kecamatan Lembah Sabil kepada LintasAtjeh.com, Rabu (28/03/2018), saat sama-sama menggunakan rakit penyeberangan di Krueng Teukuh Lama Tuha Kuala Batee.

Menurut Lukman, amblasnya jembatan yang sedang dikerjakan tahun lalu membuat para pekerja kebun mau tidak mau harus memakai alat penyeberangan alternatif. Walaupun kadang-kadang harus antri berjam-jam menunggu giliran, karena rakit yang berukuran 5 × 5 hanya bisa menyeberangkan 20 sepeda motor saja.

"Kita sangat berharap pemerintah secepatnya membangun kembali jembatan Krueng Teukuh, karena manfaatnya luar biasa bagi pemilik dan pekerja ribuan hektar kebun sawit yang ada di Babahrot dan Kuala Batee," demikan ungkap Lukman.

Sementara itu, hal senada juga diungkapkan Warga Desa Krueng Batee, Nofikar Efendi. Menurutnya, pasca amblas ke sungai jembatan baja yang sedang dikerjakan tahun lalu, membuat ratusan pemilik dan pekerja kebun sawit terpaksa menggunakan rakit sebagai sarana penyeberangan. Hampir setiap hari ratusan sepeda motor memakai jasa penyeberangan rakit untuk ke kebun.

"Ya, kita sangat ingin jembatan penyeberangan Krueng Teukuh bisa dibangun kembali pemerintah, karena akan sangat membantu memperlancar transportasi saat mengangkut hasil kebun warga," jelas Fikar singkat.[ADI S]
Komentar

Tampilkan

Terkini