-->




Badan Siber dan Sandi Negara Bersama IHP Serta Unsyiah Gelar Workshop Honeynet

23 Oktober, 2018, 14.49 WIB Last Updated 2018-10-23T07:49:04Z
BANDA ACEH - Pada saat ini, ancaman keamanan informasi mempunyai spektrum ancaman yang cukup lebar, salah satu ancaman yang terbesar adalah ancaman yang berbasis pada malware (malicious software). Dalam dunia siber.

Malware merupakan senjata yang ampuh untuk merusak sistem target ataupun mencuri informasi yang dimiliki oleh target. Malware dapat dilakukan analisis yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik, behaviour, dan kemampuan malware sehingga memungkinkan dilakukan deteksi dini terhadap ancaman malware.

Berdasarkan laporan yang dimuat pada vaksin.com diinformasikan bahwa insiden malware pada kuartal 3 di tahun 2018 di Indonesia terdapat 4 kategori malware seperti Malware generik, Adware, Trojan dan Worm menguasai lebih dari 90 % insiden malware di Indonesia. Sisanya tercatat PUA Potentially Unwanted Application (sejenis Adware) dan Miner yang marak menjalankan aksinya guna menambang uang kripto secara ilegal menggunakan perangkat keras yang diinfeksinya.

Satu hal yang perlu menjadi catatan adalah maraknya malware kategori generik pada kategori Adware, Trojan dan Malware generik menunjukkan makin pintar dan cepatnya malware membuat varian baru dan mereplikasi dirinya sehingga makin sulit terdeteksi oleh program antivirus.

Sebagai contoh ransomware dan malware penyerang internet banking, rumah sakit akan melakukan penyerangan bergelombang dan mengandalkan malware generik baru dan tidak terdeteksi dalam setiap gelombang serangannya karena menggunakan malware yang lama dan terdeteksi oleh antivirus tidak akan efektif dan sama saja dengan usaha yang sia-sia.

Hal ini dilakukan untuk mengeksploitasi kelemahan program antivirus tradisional yang mengandalkan update definisi dimana ada rentang waktu 7-14 hari dari malware baru pertama kali diluncurkan sampai terdeteksi oleh program antivirus di komputer klien. Karena itu diperlukan terobosan untuk mengantisipasi hal ini.

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mempunyai tugas melaksanakan keamanan siber secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan, mengembangkan, dan mengonsolidasikan semua unsur yang terkait dengan keamanan siber. Dengan salah satu fungsi dari BSSN, yaitu melakukan deteksi dini, dengan mampu mengenali segala potensi ancaman dan serangan siber yang mungkin akan menyerang Indonesia, baik di sektor pemerintah, infrastruktur kritis, maupun ekonomi digital.

Maka sebagai bentuk komitmen dan keseriusan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bersama IHP dan Universitas Syiah Kuala melakukan kolaborasi dalam menyelenggarakan kegiatan seminar dan workshop Honeynet, yang bertujuan menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran dan kapabilitas penggiat teknologi informasi Indonesia dalam mendeteksi serangan keamanan siber yang membahayakan baik individu dan organisasi.

Diharapkan dengan tumbuhnya kesadaran akan bahaya serangan siber akan dapat menciptakan sebuah kebudayaan siber (cyberculture) yang mampu memeberikan nilai positif terhadap ketahanan dan pertahanan Nasional.

Kegiatan Seminar dan Workshop Honeynet dilaksanakan pada tanggal 23 hingga 24 Oktober 2018 di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda Aceh, Selasa (23/10/2018). Adapun tema yang akan diangkat dalam kegiatan tersebut, adalah "Honeynet: Peningkatan Kolaborasi Deteksi dan Tanggap Darurat Insiden Keamanan Serangan Siber secara Nasional".

Kegiatan Seminar dan Workshop Honeynet menghadirkan pembicara handal di bidang teknologi informasi, khususnya keamanan siber dari BSSN, IHP praktisi dan akademisi, antara lain Sulistyo, S.Si., S.T., M.Si. (Direktur Deteksi Ancaman, BSSN) Charles Lim, M.Sc., CHFI, EDRP, ECSA, ECSP, ECIH, CEH, CEI (Leader IHP) Digit Oktaviano, ST, GCIH, GICP, GMON, CEH, ECSA, ECIH, CHFI, CEI dari IHP IGN Mantra, M.Kom, CEI dari ACADEMIC-CSIRT Dr. Ir. Lukas, MAI, CISA, IPM dari IHP Ade Yoseman Putra, S.Si dari OWASP Hilmansyah dari Aruba Indonesia System Engineer Mario Marcello, B.Eng, M.Kom, CHFI, EDRP (GSK) Williams, CEH, CHFI, CSCU, CEI, E-MAPT.

Kegiatan seminar dan workshop hanya dibatasi untuk 150 peserta seminar dan 100 peserta workshop dengan tujuan agar dapat memberikan pemahaman menyeluruh dan mendetail akan materi yang diberikan oleh para pembicara.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini