BANDA ACEH - Sikap Panitia Asean Para Games (APG) mendiskualifikasi atlet judo asal Aceh mendapat kecaman dari berbagai pihak. Tokoh pemuda Singkil-Subulussalam, Sobirin Hutabarat secara tegas mengutuk keputusan panitia Asian Para Games (APG).
"Kita mengutuk tindakan panitia Asian Para Games (APG) yang telah mendiskualifikasi Miftahul Jannah karena tidak mau melepaskan jilbabnya. Seharusnya jika ada aturan sedemikian rupa, pihak panitia sudah menyampaikan hal itu jauh-jauh hari bukan menjelang pertandingan," ungkap Sobirin Hutabarat kepada LintasAtjeh.com, Rabu (10/10/2018).
Menurut Sobirin, mendiskualifikasi atlet pertandingan judo hanya persoalan memakai jilbab bukanlah menjadi suatu alasan yang logis, pasalnya pemain pencak silat ada yang pakai jilbab, pemain volly ada yang pakai jilbab, bahkan Adinda Larasati atlet renang asal Indonesia yang berhasil mendulang 9 medali emas pada Asean School Games, juga memakai jilbab.
Masih kata Sobirin, untuk melahirkan atlet dari penyandang cacat(disabilitas) bukanlah hal mudah. Menurutnya, jika atlet normal diberikan nilai 10 maka atlet dari kalangan ini dikasih nilai 100. Karena mereka dengan segala keterbatasannya tetap bersungguh-sungguh berlatih hingga menjadi atlet membawa harum nama daerah dan bangsa dan kita bangga akan itu.
"Inikan sikap panitia terkesan aneh dan tak pantas. Perlu mereka ketahui, islam itu agama terbesar di dunia, kenapa mereka harus mempermasalahkan hanya karena persoalan jilbab, jelas-jelas ini menciderai hak azasi manusia (Ham) yang termaktub dalam piagam PBB itu sendiri," katanya.
Namun demikian, sebagai putera barat selatan Aceh, Sobirin mengaku bangga dan mengapresiasi ada puteri asal barat selatan yang siap mengesampingkan prestasi olahraganya demi nilai-nilai yang tertuang di dalam agamanya.
"Hukum Allah itu jauh lebih tinggi dari pada hukum manusia, catat itu. Tak ada tawar menawar jika itu sudah menyangkut keyakinan dalam agama, mau itu medali emas bahkan medali intan berlian sekalipun tak ada harganya jika harus melanggar aturan sang pencipta," ucap pria yang akrab disapa Ogek Birin itu.
Sungguh, kata Sobirin yang juga merupakan cucu dari kerajaan Punaga Aceh Singkil ini, para ulama besar pendahulu di Barat Selatan Aceh seperti Syekh Abdurrauf As-Singkily, Syekh Hamzah Al Fansuri, Syekh Mudawali Al Khalidy dan Abuya Ibrahim Woyla serta alim ulama lainnya akan merasa bangga melihat generasi muda yang teguh pendirian agamanya di era milineal seperti ini.
"Demi Aceh tanah bertuah, negeri seribu waliyullah. Kita berharap ke depannya akan hadir Miftahul Jannah-Miftahul Jannah berikutnya yang siap mengorbankan prestasinya demi mempertahankan nilai agamanya," tandasnya.[*/FA]