-->




Senator Fachrul Razi Parliamentary School di Unsyiah

08 Oktober, 2018, 02.50 WIB Last Updated 2018-10-07T19:50:47Z
BANDA ACEH - Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FEB Unsyiah bekerja sama dengan Senator DPD RI asal Aceh H. Fachrul Razi, MIP, melaksanakan kegiatan The Parliamentary School di Aula FEB Unsyiah, Sabtu (06/10/2018).

Kegiatan, Parliamentary School ini di moderatori oleh Ammar Fuad, SE, MM, Mantan Ketua BEM FE Unsyiah dan dibuka oleh Wakil Dekan Kemahasiswaan FEB Unsyiah, Dr. Murkhana. Adapun peserta yang hadir sebayak 250 orang dari Perwakilan DPM di Unsyiah.

Senator DPD RI asal Aceh, H. Fachrul Razi, MIP, selaku pembicara tunggal Parliamentary School menjelaskan wajah parlemen di Indonesia dan sistem keterwakilan politik di Indonesia serta sistem parlemen yang ada di dunia dan di Indonesia. 

Senator Fachrul, memberikan presentasi, motivasi dan beberapa catatan inspirasi politik dengan membakar semangat mahasiswa peserta parliamentary school.

"Kita tidak akan merubah suatu sistem jika kita tidak masuk dalam sistem," jelasnya.

Ia juga menyampaikan, bahwa sistem parlemen dan pemerintahan telah di rusak oleh perilaku korup dan kepentingan kelompok, solusinya terletak pada keberanian kaum muda untuk merebut kekuasaan. Fungsi parlemen itu bukan hanya budgeting, legislasi dan pengawasan namun juga fungsi representatif, deliberasi, rekruetmen dan sosialisasi. 

“Kita memiliki Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Namun, sesama lembaga fungsi check and balance yang lemah sehingga pemerintahan tidak memiliki visi yang jelas," tegasnya.

Lebih lanjut, pemimpin muda harus terjun dalam politik lebih inovatif dan kreatif dalam menciptakan kekuatan politik. Ia juga menggambarkan politik yang penuh dengan intrik dan fitnah namun menurutnya harus di lawan dengan politik yang cerdas dan beretika.

"Jika kita di fitnah, Lawanlah dengan Ilmu dan kecerdasan serta kemenangan yang sukses," tegasnya.

Menurutnya, wajah parlemen saat ini membutuhkan energi baru anak-anak muda yang mampu melakukan perubahan. Potret parlemen hari ini masih diisi oleh sistem yang korup dan hegemoni kelompok, solusi nya adalah lakukan perlawanan secara konstitusional. 

"Kekuasaan yang kita miliki tidak cukup berjuang didalam parlemen saja, namun juga parlemen jalanan harus menjadi jalan alternatif ketika penguasa buta dan tuli," imbuhnya.

Ia menambahkan, bahwa rakyat adalah hakim yang sangat adil dalam memberikan political punishment (hukuman politik) kepada mereka yang tidak amanah. Pemimpin muda harus memiliki kecerdasan politik, yakni integritas, kesadaran diri, empati, strategi dan eksekusi.

Ia juga menghimbau, agar politisi muda untuk tawarkan ide, gagasan dan kerja cerdas untuk merebut simpati rakyat dan kemenangan politik. 

“Miliki kecerdasan politik sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang, guna mewujudkan tujuan-tujuan kemenangan,” lanjutnya.

Politisi pemula, lanjutnya, selalu akan dikalahkan dengan money politic dan black campaign. Namun, harus di awan dengan gagasan baru dan ide perubahan. Berbagai propaganda dan fitnah akan terus mewarnai dunia politik. Yakinlah, kebenaran akan menang dan kebohongan akan dimusnahkan.

"Kecerdasan politik anak muda harus terus diasah, karena dinamika politik terus berubah sesuai zamannya," tuturnya.

Menurutnya, kecerdasan politik, adalah Kemampuan membangun ‘Kesadaran’ politik, kemampuan membentuk ‘Kekuatan’ politik, kemampuan merebut ‘Kesempatan’ politik. Wajah demokrasi kedepan akan ditentukan oleh keberanian anak muda kini yang beraksi merebut kekuasaan dan menciptakan solusi.

Dirinya mengkritik bahwa potret Parlemen hari ini diwarnai lemahnya kinerja, narkoba dan korupsi, oleh karena itu dia mengajak untuk membangkitkan gerakan politik anak muda, ditangan anak mudalah perubahan akan terjadi. 

Kepentingan yang utama adalah kepentingan rakyat, jelasnya, bukan pribadi atau kelompok. Jadilah Wakil Rakyat yang sesungguhnya. Dalam sistem demokrasi, partai politik adalah instrumen politik, kelemahan partai politik tergantung pada sumber daya manusia yang ada dalam partai tersebut.

"Kemenangan sejati bukanlah mempengaruhi suara untuk memilih kita dengan pencitraan, namun ketika kita berhasil merubah mindset masyarakat akan kebenaran," pesannya.

Sementara itu, Ketua DPM FEB Unsyiah Reza Zulfianda mengatakan bahwa pelaksanaan Parliamentary School ini bertujuan meningkatkan kapasitas mahasiswa dari lembaga perwakilan dalam rangka memperkuat fungsi dan pengalaman.

"Kita juga dalam hal ini berbagi pengalaman dengan pemateri terhadap dunia parlemen di Indonesia selama ini," tandasnya.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini