-->








Elektabilitas Parpol Mulai Merangkak Naik Dipengaruhi Pergerakan Caleg

14 Januari, 2019, 09.45 WIB Last Updated 2019-01-14T02:45:53Z
JAKARTA - Memasuki empat bulan masa kampanye, pergerakan elektabilitas sejumlah parpol menengah mulai kelihatan. Pergerakan ini tidak terlepas dari mulai bergeraknya para calon anggota legislatif (caleg) mengampanyekan pencalonan mereka dalam Pemilu 2019.

Dari hasil survei terbaru yang dilakukan Alvara Research Center, diketahui elektabilitas paling tinggi masih didapatkan PDIP (28,3%), disusul Partai Gerindra (17,3%). Adapun posisi berikutnya Partai Golkar (9,9%), Partai PKB (7,3%), dan Partai Demokrat (6,4%). Di urutan berikutnya ada Partai NasDem (4%), PKS (3,3%), PPP (2,8%), PAN (1,7%) dan Partai Perindo (1,3%). Sementara itu undecided voters mencapai 16,1%.

"Ada hal yang menarik pada akhir 2018 ini, jumlah undecided voters pada pileg hampir tidak berubah bila dibandingkan dengan Oktober 2018. Seiring dengan kampanye parta-partai dan calegnya, terlihat ada pergerakan kenaikan dari partai-partai menengah, sementara partai kelas atas mulai mengalami stagnasi," ujar CEO Alvara Hasanuddin Ali saat merilis hasil survei di Jakarta akhir pekan kemarin.

Menurut Hasanuddin, partai politik tetap perlu mewaspadai swing voters karena masih ada 54,8% pemilih yang masih akan mengubah pilihannya. Kerja politik dalam pileg juga perlu diperhatikan. Termasuk performa caleg menjadi faktor utama yang memengaruhi pemilihan pada Pemilu Legislatif 2019.

Dijelaskan, PDIP meski masih berada di urutan teratas. Namun dibandingkan hasil survei dua bulan sebelumnya, yakni Oktober 2018, ada kecenderungan penurunan. Pada survei Oktober lalu, perolehan suara PDIP sebesar 29,9%. Begitu pula Partai Gerindra juga mengalami penurunan dari 18,4% pada Oktober menjadi 17,3% pada survei Desember 2018.

Sementara Partai Golkar justru mengalami kenaikan dari 9,5% menjadi 9,9%. Begitu pula PKB dari 7,2% menjadi 7,3%. Demokrat pun demikian dari 6,3% menjadi 6,4%; NasDem dari 3,4% menjadi 4,0%; PKS dari 2,9% menjadi 3,3%, PPP dari 2,2% menjadi 2,8%, dan PAN dari 1,6% menjadi 1,7%.

Menurut Hasan, memang selama ini perhatian publik banyak tersedot ke pilpres, padahal sebenarnya dinamika pileg juga sangat penting. "Kita lihat berdasarkan survei yang kita lakukan, partai menengah mulai menunjukkan pergerakannya. Ini saya kita ada konfigurasi kampanye yang dilakukan para caleg mulai menunjukkan hasilnya. Ini nanti terus bergerak sampai April 2019. Nanti konfigurasinya akan kelihatan partai-partai menengah mana yang akan masuk ke parlemen," katanya.

Menurut Hasan, lima parpol di atas PDIP, Gerindra, Golkar, PKB, dan Demokrat sudah pasti aman. Tapi yang bawah-bawah masih belum. "Jadi kuncinya memang seberapa keras usaha para caleg ini untuk bergerak. Saya lihat semua caleg bekerja keras," paparnya.

Hasanuddin juga menyoroti fenomena di berbagai daerah ada banyak caleg yang tidak tertarik untuk memasang foto capres-cawapres di baliho yang mereka pasang. "Ini wajar saja karena ada banyak pemikiran di kalangan para caleg yang mengatakan 'saya tak peduli dengan presidennya siapa, yang penting saya jadi'. Kalau sudah begitu kan dia melihat di mana basis dia berada.

Pasti di beberapa dapil, misalkan dapil Jatim, pasti caleg dari Gerindra, PKS, dan parpol Koalisi Adil Makmur lainnya jarang yang memasang foto Prabowo. Sama juga yang di Depok, misalkan yang PKB, PPP nggak memasang foto Jokowi. Ini tak hanya di Jawa, tapi juga di luar Jawa, jadi menyesuaikan kondisi dapilnya. Dan itu saya kira strategi yang wajar saja," paparnya.

Menurut Hasan, berapa banyak parpol yang akan masuk ke Senayan tergantung dua hal. Pertama, seberapa besar suara yang diperoleh PDIP dan Gerindra. "Semakin besar persentase PDIP dan Gerindra, parpol yang masuk ke Senayan akan lebih sedikit karena tersedot ke situ semua.

Tapi kalau PDIP dan Gerindra suaranya relatif nggak terlalu besar, kemungkinan partai yang masuk ke Senayan saya kira tak jauh beda dengan yang ada sekarang," katanya.

Hasan memperkirakan pada Pemilu 2019 nanti akan ada sedikitnya dua parpol lama yang akan hilang. "Tapi apakah ada penambahan parpol baru ya kita belum tahu. Tapi dua parpol lama kemungkinan akan hilang. tergantung PDIP dan Gerindra memaksimalkan coattail effect nggak dari Pak Jokowi dan Prabowo," katanya.

Menurutnya, faktor caleg bisa membuat hasil survei saat ini berbeda karena survei nasional yang dilakukan sejumlah lembaga survei tidak memotret elektabilitas para caleg, tapi hanya memotret elektabilitas parpol. "Padahal pada kenyataannya, pemilih itu ada yang memilih parpol, tapi ada yang memilih caleg," katanya.

Karena itu, hal yang perlu dilakukan parpol adalah lebih banyak menonjolkan figur parpolnya. "Figur itu tidak hanya satu orang, bisa dua, tiga lima, hingga 10 tergantung konteks wilayahnya dan juga berkait isunya. Di daerah ini yang kuat yang jadi ikonnya siapa?" paparnya.

Survei nasional Alvara ini di seluruh Indonesia pada 11–24 Desember 2018. Riset ini menggunakan multi-stage random sampling dengan melakukan wawancara terhadap 1.200 responden yang berusia 17 tahun ke atas.

Sampel diambil di 34 provinsi di Indonesia dengan jumlah sampel tiap provinsi proporsional terhadap jumlah penduduk. Rentang margin of error sebesar 2,88% dengan tingkat kepercayaan 95%. Sebelumnya Alvara Research Center juga telah melakukan survei nasional pada Agustus 2018 dan Oktober 2018.

Sementara itu politikus Partai Perindo Arya Sinulingga optimistis partainya akan lolos ke Senayan. Dengan masa kampanye yang masih tersisa tiga bulan, politikus yang juga maju sebagai caleg DPR RI dari dapil Sumut III ini sangat yakin partainya bisa menggenjot elektabilitas. Cara yang dilakukan adalah dengan melakukan kampanye turun ke lapangan dari rumah ke rumah.

"Ini infanteri nempel langsung, ketok pintu dari rumah ke rumah. Saya berani ngomong karena gue lakuin. Ibu-ibu gue kunjungin. Spanduk saya pasang di mana-mana. Kalender gue begitu banyak turun," katanya.

Senada dengan Hasan, Arya juga mengatakan berdasarkan Pemilu 2014 di mana sebelum pemilu survei PDIP yang memenangkan pemilu saat ini jauh lebih tinggi dari hasil pemilu meskipun PDIP tetap menjadi pemenang pemilu. Menurutnya, hal ini karena faktor caleg sangat berperan besar.

"Itu yang disurvei kan perpolnya, bukan calegnya. Di pileg ini faktor caleg sangat luar biasa. Di tempat saya survei Perindo masih kecil, tapi survei Arya Sinulingga beda," tuturnya. Yang jelas, kata Arya, Partai Perindo akan mengoptimalkan peran caleg dan sisa waktu kampanye yang ada untuk menggenjot perolehan suara.

Sementara itu Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri meminta seluruh kader PDIP untuk bekerja keras memenangkan pasangan calon presiden (capres)-calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin (KMA), sekaligus memenangkan PDIP sebagai satu tarikan napas. Perintah tersebut disampaikan Megawati kepada ribuan kader partai moncong putih se-Indonesia saat penutupan perayaan puncak HUT ke-45 dan Rakornas PDIP di Jakarta, Jumat (11/1).

Megawati juga meminta para kader Moncong Putih untuk terus berjuang, berpegang teguh, menjaga dan membumikan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan kebinekaan Indonesia dalam seluruh gerak hidup bangsa. "Terus lakukan otokritik, perbaikan ke dalam, dan sempurnakanlah tugas utama Partai di dalam menjaga kokohnya persatuan Indonesia," tuturnya.

Di tengah dinamika politik yang cukup panas belakangan ini, dirinya juga meminta para kader untuk bisa menampilkan wajah politik yang penuh dengan kegembiraan. "Untuk rakyat, kobarkan harapan rakyat untuk bangkit dan berdikari. Hadirkan politik santun, penuh etika, dan budi pekerti," paparnya.

Poin terakhir yang menjadi perintah harian Megawati adalah agar para kader selalu bekerja dan bertindak di jalur hukum dan terus perkuat budaya tertib hukum serta mewujudkan pemilu yang demokratis.[Sindonews]


Komentar

Tampilkan

Terkini