-->




Debat Capres Keempat: Diplomat di Era Digital Tidak Harus Berdasi

31 Maret, 2019, 08.13 WIB Last Updated 2019-03-31T01:13:59Z
DEPOK - Semalam kita menonton Debat Capres keempat dengan tema: Ideologi, Pemerintahan, Keamanan serta Hubungan Internasional.

Hariqo Wibawa Satria, Direktur Eksekutif Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasimengatakan, terkait hubungan internasional, kedua Capres masih beranggapan pelaku diplomasi adalah orang-orang lama. Padahal di era digital, setiap orang adalah diplomat. 

Setiap konten yang diproduksi warga negara dapat berdampak positif dan negatif bagi negaranyaDi era digital setiap orang berpotensi berbicara mewakili bangsanya dan memengaruhi masyarakat internasional.

"Diplomat di era digital bukan saja mereka yang bekerja di Kemlu RI, Duta Besar atau orang-orang yang identik dengan dasi, jas, parfum, protokoler, dll. Tetapi di era digital setiap orang adalah diplomat," kata Hariqo yang juga alumnus Pascasarjana Jurusan Diplomasi Universitas Paramadina ini di Depok, Minggu (31/03/2019). 

Hariqo mencontohkan Andrea Hirata (Penulis Novel Laskar Pelangi) dan Riri Riza (Sutradara Film Laskar Pelangi), keduanya hampir tidak pernah berdasi atau berdinas di Kemenlu dan Kemenpar, namun berkat karya keduanya dan tim kreatif mereka, sekarang Bangka Belitung dikenal luas oleh dunia sehingga wisatawan domestik dan asing berdatangan. 

"Nah wisatawan ini kemudian mengunggah foto, video mereka di medsos, sehingga menggoda wisatawan lain datang, artinya kedatangan wisatawan juga disebabkan unggahan warganet di medsos, ini salah satu relevansi setiap orang adalah diplomat," papar Hariqo.

Contoh lain kata Hariqo, di tahun 2013, anak-anak muda di Myanmar tertarik mengunjungi dealer mobil Korea, setelah mobil-mobil tersebut digunakan dalam drama Korea. Artinya sutradara, pemain drama korea terlibat dalam satu gotong royong untuk kepentingan nasional Korea. Sementara di Indonesia hampir semua sinetron, film mempromosikan mobil Jepang, Amerika, Eropa, dll. Mana mobil Esemka?

Amerika Serikat menurut Hariqo juga beberapa kali menggunakan pemain basket NBA untuk kepentingan nasional mereka. Utamanya melobi negara yang memang anak mudanya gandrung dengan basket, bahkan ada pemain NBA yang mampu berkomunikasi dengan Presiden Korea Utara Kim Jong Un.

Setelah Pilpres menurut Hariqo yang harus digalakkan adalah peningkatan gotong royong antar warganet untuk kepentingan nasional lewat media sosial. Tim medsos capres, baik yang kalah maupun menang harus gotong royong dalam isu-isu terkait kepentingan nasional. Jika saat Pilpres mereka mampu membuat trending topik dunia yang menjelekkan salah satu capres, harusnya mereka juga mampu membuat trending topik yang membela kepentingan nasional Indonesia.

"Memang sampai hari ini, Indonesia belum mempunyai blueprint diplomasi digital seperti negara lain, namun membangun kesadaran bahwa setiap orang adalah diplomat harus terus dikampanyekan, apalagi sudah ada Inpres No 7 Tahun 2018 Tentang Rencana Aksi Bela Negara Tahun 2018-2019, meskipun Inpres itu tidak secara khusus bicara tentang Diplomasi Digital," kata Hariqo.[*/Red] 
Komentar

Tampilkan

Terkini