-->




Menakar OTT Rommy dan Nasib Koalisi Jokowi Jelang Pemilu 2019

16 Maret, 2019, 09.04 WIB Last Updated 2019-03-16T02:04:43Z
JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menjalankan tugasnya di Jumat Keramat yakni Operasi Tangkap Tangan (OTT). Kali ini, KPK melakukan OTT terhadap Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy alias Rommy, Jumat, 15 Maret 2019. Hari ini juga, Rommy langsung diberangkatkan menuju Jakarta setelah diperiksa di Mapolda Jawa Timur.

Kabar penangkapan Rommy oleh KPK tersebut dibenarkan oleh Kabid Humas Polda Jatim Kombes Barung Mangera. "KPK kok yang menangkap, bukan saya. Kalau membenarkan ya membenarkan, memang benar," kata Kabid Humas Polda Jatim Frans Kombes Barung Mangera kepada Asumsi.co, Jumat, 15 Maret 2019.

Kombes Frans menjelaskan secara rinci di mana lokasi penangkapan dan pada pukul berapa OTT KPK tersebut berlangsung. Menurut Kombes Frans, Rommy ditangkap di Surabaya, Jawa Timur. Lokasi penangkapannya berada di Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag), Sidoarjo, Surabaya pada jam 09.00 WIB.

"Sekarang di Mapolda Jatim, dalam rangka persiapan keberangkatan ke Jakarta," tegas Kombes Frans.

Rommy Terjerat Kasus Apa?
Lebih lanjut, dalam keterangannya, KPK akhirnya membeberkan kasus yang menjerat Rommy hingga akhirnya ditangkap. KPK menyebut OTT yang menjerat Rommy berkaitan dengan pengisian jabatan di Kementerian Agama (Kemenag). Pengisian jabatan itu untuk wilayah pusat dan daerah.

"Pengisian jabatan di Kemenag pusat dan daerah," kata Kabiro Humas KPK Febri Diansyah di gedung ACLC, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat, 15 Maret 2019.

Selain itu, Febri mengatakan ada total 5 orang yang dijerat, termasuk Rommy. Rommy dan orang lainnya yang ditangkap langsung dibawa ke Polda Jatim untuk menjalani pemeriksaan awal. Mereka kemudian akan dibawa ke Jakarta untuk pemeriksaan lanjutan. "Tim KPK mengamankan 5 orang," ujar Febri.

Dugaan KPK, transaksi haram yang menjadi latar belakang KPK melakukan OTT terhadap Rommy bukan pertama kalinya terjadi. Meski begitu, KPK belum menyebut sudah ada berapa kali transaksi. "Kami duga ini bukan pertama kali," ucapnya.

Selain itu, tim KPK yang melakukan OTT terhadap Rommy ternyata juga urut menyita uang kas dalam pecahan rupiah. Namun jumlah uang itu belum disebutkan. "Ada uang diamankan, pecahan uang rupiah diduga terkait dengan pengisian jabatan kementerian agama". Lalu, transaksi yang terjadi itu diduga berkaitan dengan pengisian jabatan di Kemenag, seperti yang sudah disebutkan di atas.

Hingga berita ini diturunkan, status hukum Rommy dan empat orang lainnya yang ditangkap KPK masih sebagai terperiksa. KPK memiliki waktu 1 x 24 jam sebelum menentukan status hukum Rommy dan yang lainnya.

Mahfud MD Kenang Lagi Fakta Soal Rommy

Setelah ramai OTT KPK terhadap Rommy, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi akhirnya buka suara terkait hal itu. Mahfud Md bicara soal penangkapan Rommy oleh KPK itu. Lewat akun Twitter pribadinya, Mahfud seperti menyinggung kembali Rommy yang dulu pernah ia ingatkan soal kasus korupsi.

"Ketum PPP Romahurmuziy Ditangkap KPK dan Langsung Menuju Jakarta - ASUMSI --> As I told you at that night, in Darmawangsa Hotel: everything is matter of time.!" kata Mahfud yang mencuitkan berita dari Asumsi.co, Jumat, 15 Maret 2019.

Lalu, apa maksud cuitan Mahfud tersebut? Tampaknya pernyataan Mahfud MD itu sepertinya terjadi beberapa bulan yang lalu, tepat setelah Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan cawapresnya di Pilpres 2019. Ya pernyataan itu muncul dari mulut Mahfud pada program acara Indonesia Lawyer Club (ILC) di TvOne pada 14 Agustus 2018 lalu.

Awalnya, dalam acara tersebut, Mahfud sempat tersinggung dengan pernyataan Rommy. Menurutnya, Rommy seolah menyebut bahwa Mahfud lah yang memutuskan sendiri bahwa ia cawapres Jokowi. Menurut Mahfud, hal itu justru berbeda, bahkan sehari sebelum deklarasi justru Rommy lah yang menyatakan keputusan Mahfud sebagai cawapres Jokowi sudah final.

"Yang mungkin agak saya sedikit tersinggung justru pernyataan Ketum PPP, Rommy. Begitu keluar dari ruangan itu dia bilang, 'loh Pak Mahfud itu kan maunya sendiri, bikin baju sendiri, siapa yang nyuruh'. Saya agak tersinggung itu. Padahal Rommy justru sehari sebelumnya yang memberi tahu saya bahwa saya sudah final. 'Siapa yang bikin baju? Itu kan kerja tim suksesnya aja'," kata Mahfud yang menceritakan kembali perihal pernyataan Rommy tersebut.

Lebih lanjut, Mahfud membeberkan soal perbincangannya dengan Rommy tentang siapa yang akan mendampingi Jokowi sebagai cawapresnya. Mahfud pun menjelaskan bahwa sejak awal Rommy justru sudah mendekat pada dirinya daripada ke sejumlah nama bakal cawapres lain, misalnya saja seperti Ma'ruf Amin atau Din Syamsuddin.

"Nah jadi Rommy sejak awal sudah ke saya. Bahkan sehari sebelumnya itu saya sudah komunikasi dengan (Suharso) Monoarfa, 'Pak Mahfud, saya sama Rommy sudah menghadap presiden dan Rommy mengatakan bahwa kalau pasangannya Pak Prabowo, Salim Assegaf, nanti lawannya Pak Mahfud. Kalau pasangannya AHY, biar sama-sama milenial, cawapresnya Rommy'. Tapi dia (Rommy) sudah tahu kalau Jokowi pilih saya, gitu," ucap Mahfud.

Mahfud pun langsung mengingatkan Rommy yang ternyata memberikan pernyataan Rommy yang berbeda-beda dan malah membingungkan. "Ya saya agak anu juga. Saya ingatkan, saya bilang, 'Mas, Anda ini ngomongnya kok beda dengan yang waktu ketemu saya? Jangan main-main lah'," kata Mahfud.

Lebih keras lagi, Mahfud pun mengingatkan Rommy soal kasus korupsi yang menjerat mantan Ketua DPR RI Setya Novanto. Ia mengatakan kepada Rommy bahwa ia merupakan sosok yang 'memburu' Setnov kala itu. Bahkan, Mahfud mengatakan tahu catatan-catatan tokoh yang digadang-gadang menjadi cawapres Jokowi.

"Saya bilang, 'dulu saya', saya bilang, 'Setya Novanto itu punya kasus korupsi, dia senyum-senyum aman, bilang dilindungi oleh presiden'. Saya bilang ke presiden melalui Pak Pratik (Pratikno), 'apa betul presiden lindungi Setya Novanto?' 'Nggak (jawab Pratikno)'. (Mahfud ke Pratikno) 'ya tolong nyatakan bahwa presiden netral dalam urusan hukum. Lalu saya buru dia, Novanto, masuk bui saya bilang. Jadi jangan main-main saya bilang, karena saya tahu catatan-catatan semua calon itu, tahu," ucapnya.

Bagaimana Nasib Koalisi Jokowi Jelang Pemilu 2019?

Perlu diingat, Rommy sudah menyatakan dukungannya untuk berkoalisi bersama kubu Jokowi-Ma'ruf Amin dalam pertarungan Pilpres 2019 ini. Tentu, banyak yang berspekulasi bahwa OTT KPK terhadap Rommy ini bakal berimbas kepada koalisi dan elektabilitas Jokowi jelang Pilpres 2019. Namun, menurut Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bakir Ihsan, kasus korupsi memang jadi isu seksi yang bisa menjerat kubu mana pun, baik kubu 01 atau kubu 02.

"Sebagai sebuah isu, kasus korupsi bisa menjadi "seksi" untuk dipertarungkan di jagad wacana. Masalahnya semua parpol termasuk di kubu 02 juga tak bersiih dari korupsi. PKS juga pernah Ketumnya terjerat korupsi," kata Bakir kepada Asumsi.co, Jumat, 15 Maret 2019.

Namun, Bakir memprediksi kasus korupsi yang menjerat tokoh politik atau petinggi partai, seperti Ketum PPP Rommy, justru tak berpengaruh banyak terhadap elektabilitas calon presiden yang didukung di Pilpres 2019. Kasus korupsi dinilainya hanya seksi di isu saja, namun tak berpengaruh terhadap elektabilitas.

"Terhadap elektabilitas tidak terlalu berpengaruh karena korupsi cenderung seksi di isu tapi lemah sanksi sosialnya. Sikap permisif masyarakat terhadap korupsi menyebabkan kasus korupsi tidak banyak berpengaruh terhadap elektabilitas. Seperti sering saya sebutkan beberapa kasus calon kepala daerah yang jelas-jelas tersangka masih dipilih oleh masyarakat," ujar Bakir.[Asumsi.co] 
Komentar

Tampilkan

Terkini