-->








Teroris Brenton Tarrant Terdoktrin Radikal Sayap Kanan

16 Maret, 2019, 08.59 WIB Last Updated 2019-03-16T01:59:49Z
ABC News via Kompas.com

Inilah Brenton Tarrant. Terduga teroris penembakan masjid di Selandia Baru yang menewaskan 40 orang pada Jumat (15/3/2019).

Teroris Brenton Tarrant sempat bekerja sebagai pelatih atau personal trainer di pusat kebugaran Big River Gym di New South Wales Utara, Grafton, Australia.

JAKARTA - Insiden penembakan yang terjadi di dua masjid, Masjid Al Noor dan Masjid Linwood kota Christchurch, Selandia Baru, menelan puluhan korban jiwa.

Update terkini yang dilansir dari ABC News, Jumat (15/3/2019) pukul 19.00 WIB, korban penembakan bertambah menjadi 49 orang. Puluhan orang lainnya luka-luka dan masih dalam perawatan di rumah sakit setempat.

Pihak berwenang Selandia Baru sudah memastikan pelaku penembakan merupakan Brenton Tarrant. Pria itu secara terang-terangan merekam dan menyiarkan aksinya saat menembak melalui Facebook Live pada Jumat, (15/3/2019) sekira puku 14.00 waktu setempat.

Brenton Tarrant sendiri mengklaim sebagai teroris yang bertanggung jawab atas serangan keji itu.

Namun Brenton Tarrant tak melakukan sendirian. Pihak kepolisian juga menangkap tiga orang lainnya, dua laki-laki dan seorang perempuan.

Dilansir Kompas.com, sebuah manifesto setebal 37 lembar yang dikutip dari AP menyatakan Tarrant memang sengaja datang dari Australia untuk merencanakan dan melakukan aksinya.

"Menuju masyarakat baru kita maju pantang mundur dan membicarakan krisis imigrasi massal," demikian salah satu petikan manifesto berjudul "The Great Replacement" itu.

Manifesto itu juga menuliskan bahwa serangan itu adalah balasan untuk para penyerang di Tanah Eropa dan mereka yang memperbudak jutaan warga Eropa.

"Kita harus memastikan eksistensi masyarakat kita dan masa depan anak-anak berkulit putih," demikian bunyi dari manifesto tersebut.

Sementara itu, manager pusat kebugaran Big River Gym Tracey Gray mengonfirmasi pria yang merekam secara live aksi penembakannya di dua masjid Selandia Baru merupakan Brenton Tarrant.

Dilansir dari ABC News, Gray mengungkapkan Brenton Tarrant merupakan mantan pegawainya, tepatnya sebagai pelatih atau personal trainer.

Brenton Tarrant dilaporkan pernah bekerja setelah dia lulus sekolah dari 2009 hingga 2011 di pusat kebugaran yang berlokasi di New South Wales Utara, Grafton, Australia itu.

Setelah itu, Brenton Tarrant dilaporkan meninggalkan tempat itu dan menjelajahi sejumlah negara di Asia dan Eropa.

Gray pun memberikan kesaksiannya saat satu tempat kerja dengan Brenton Tarrant.

Ia menyebut Brenton Tarrant sempat memberikan program pelatihan gym gratis kepada anak-anak.

Selama mengenalnya pun, ia tak pernah melihat Brenton Tarrant ada kecenderungan memakai senjata api.

Namun melihat aksi brutal penembakannya itu, Gray merasa Brenton Tarrant sudah banyak berubah.

"Saya pikir ada hal yang mengubahnya selama bertahun-tahun ia menjelajahi beberapa negara saat itu," ucap Gray dikutip dari ABC News, Jumat (15/3/2019).

Seperti yang disinggung di atas, Brenton Tarrant sempat mengunjungi beberapa negara. Di antaranya negara-negara Eropa, Asia Tenggara dan Asia Timur.

Ia juga dilaporkan sempat ke Korea Utara, yang terdokumentasikan dalam sebuah foto bersama sekelompok tertentu saat mengunjungi Samjiyon Grand Monument.

Tak Merasa Bersalah

Tarrant diduga sudah didoktrin oleh kelompok radikal sayap kanan untuk membenci imigran dan orang-orang di luar ras Eropa atau kulit putih.

Di Twitter, ia memberikan sikap bahwa serangan terhadap orang-orang non-Eropa adalah sah.

Tarrant sempat ditanya, apakah dia tak melihat orang-orang yang terbunuh adalah orang-orang tak berdosa.

Tarrant menjawab, serangan terhadap orang-orang non-Eropa adalah perang.
Menurut Tarrant, dalam sebuah perang, tidak ada yang namanya 'orang tak berdosa'.

Tarrant juga sempat ditanya, apakah dia berencana selamat atau melakukan bunuh diri setelah melakukan serangan.

Tarrant menjawab, dia siap mati sebagai risikonya.

Tapi dia berniat untuk tetap hidup, sehingga dia bisa terus menyebarkan ajaran supremasi kulit putih yang dia yakini.

Keluarga miskin

Lewat manifestonya, Brenton Tarrant hanya menyebut dirinya pria biasa saja.

"(Aku) hanya orang kulit putih biasa, 28 tahun," tulis Tarrant di manifestonya.

"Aku lahir di Australia di keluarga miskin, kalangan pekerja kasar,"

"Orangtuaku berdarah Skotlandia, Irlandia, dan Inggris,"

"Masa kecilku berjalan biasa saja, tanpa ada hal-hal hebat,"

"Aku tak terlalu punya minat dengan sekolah, aku sangat jarang punya nilai bagus,"

"Aku adalah orang kulit putih biasa saja, dari keluarga biasa, yang akan melakukan aksi untuk memastikan masa depan orang-orang dari kaumku," tulisnya.

Terlalu khawatir soal kulit putih

Belum diketahui apakah Tarrant bertindak seorang diri, atau bergabung dengan kelompok sayap kanan kulit putih.

Tapi, lewat tulidsan-tulisannya di Twitter, Tarrant diduga melakukan aksi biadab karena khawatir berlebihan dengan nasib kulit putih.

Tarrant khawatir, jumlah orang kulit putih akan semakin terdesak.

Ia menyebut soal rasio kelahiran kulit putih yang rendah, di banding dengan jumlah imigran, terutama muslim, yang datang ke Eropa.

"Bahkan andai kita mengusir semua orang Non Eropa dari tanah kita, orang Eropa murni tetap akan menuju kepunahan," tulis Tarrant.[Tribun Jakarta] 
Komentar

Tampilkan

Terkini