-->








Peusaba Aceh: Jangan Sampai Aceh Bernasib Sama Seperti Granada Andalusia

27 Juli, 2020, 14.37 WIB Last Updated 2020-07-27T07:37:53Z
LINTAS ATJEH | BANDA ACEH -Ketua Peusaba Aceh Mawardi Usman mengingatkan seluruh rakyat Aceh dan pemimpin di Aceh jangan lalai dalam melindungi peninggalan Aceh di masa lalu. Jangan terlalu mengejar duniawi namun melupakan negeri akhirat kelak. 

Di Gampong Pande terdepan bukti besarnya peradaban Kesultanan Aceh Darussalam sehingga diakui pada zamannya sebagai 5 imperium besar dunia. Namun bukti peradaban Aceh Darussalam itu sekarang hendak dilenyapkan tanpa bekas, dengan sengaja ditimbun dengan berbagai macam dalih. Sama seperti yang dilakukan Belanda dulu tahun 1874 ketika menguasai kawasan Istana Kesultanan Aceh Darussalam. 

Penimbunan makam dan penghancuran makam para raja, ulama dan umara kesultanan oleh Belanda, serta melenyapkan Istana dan Mesjid Baiturrahim tempat salatnya para Raja di kawasan Darud Donya, karena berniat memusnahkan sejarah Aceh hingga akhir masa. 

Dalam catatan bagaimana perpustakaan Baiturrahim dibakar Belanda, itu adalah pemusnahan sejarah secara besar-besaran. Kemudian seluruh makam para Raja, Ulama dan Umara diratakan dihancurkan atau ditimbun. 

Setelah tsunami banyak makam era Kesultanan Aceh Darussalam yang sebelumnya ditimbun di dalam tanah, muncul kembali dan ditegakkan kembali oleh rakyat Aceh yang mencintai Negeri Aceh Negeri Islam. 

Namun kebencian Kaum Yahudi Belanda terkutuk itu bangkit kembali dengan berbagai macam cara akhirnya dicarilah cara agar dapat menimbun kembali makam para Raja, Ulama dan Umara era Kesultanan Aceh Darussalam.

Peusaba mengingatkan Rakyat Aceh bagaimana dulu Islam pernah demikian kuat di Andalusia Spanyol, bahkan ada dua kekhalifahan dunia saat itu. Bani Abbasiyah di Baghdad dan Bani Ummayah di Cordoba Andalusia Spanyol. 

Namun apa yang terjadi ketika umat Islam sudah mulai meninggalkan ajaran Islam, akhirnya Raja Kastilia dll dapat menaklukkan Qordoba dan menjadikan Masjid Qordoba yang demikian indah, dirubah menjadi gereja, kemudian umat yang bertahan hanya tinggal Granada.

Namun pemimpin Granada saat itu sudah sangat lemah dengan adanya konfliknya internal dan korupsi yang merajalela serta lemahnya semangat kekuatan, akhirnya Kerajaan Kastilia dan Aragorn yang sudah bersatu berhasil mengusir umat Islam dari Andalusia. 

Ketika Portugis menginjakkan kakinya di Malaka pada tahun 1511 orang Malaka sudah tahu betul siapa lawannya. Namun dalam perang dahsyat, Malaka kalah kemudian Istana Malaka dikuasai dan Portugis menghancurkan makam Raja-raja dan Ulama Malaka kemudian mendirikan benteng diatasnya. 

Hanya Kesultanan Aceh Darussalam yang berhasil menghancurkan Portugis. Sehingga ketika Belanda menguasai Istana Aceh tahun 1874, maka Belanda menghancurkan makam para Raja-raja, Ulama dan Umara Aceh sebagai balas dendam atas kebencian mereka kepada Kesultanan Aceh yang merupakan lawan tangguh Imperialisme barat. 

Sampai hari ini anak cucu mereka dengan gigih juga masih melanjutkan usaha untuk menghapuskan peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam karena bencinya kepada kisah para Raja, Ulama dan Umara Aceh Darussalam yang memenangkan Islam di Asia Tenggara ini.

Namun sebagaimana Mesjid Hagia Sophia di Istambul Turki yang dijadikan museum oleh kaum anti Islam, dan kemudian akhirnya Mesjid Hagia Sophia berhasil kembali kepada umat Islam. 

"Maka sebagaimana Hagia Sophia yang berhasil dimenangkan oleh Turki, insya Allah Aceh juga memenangkan untuk melindungi peninggalan nenek moyang Kesultanan Aceh Darussalam," pungkas Mawardi.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini