-->








Kata Rocky Gerung, Mardani Ali Sera dan Feri Amsari Soal Jokowi Saat Ini

23 Oktober, 2020, 05.57 WIB Last Updated 2020-10-22T22:57:27Z

Rocky Gerung (kiri) dan politikus Nasdem Irma Suryani (kanan) dalam acara Mata Najwa. /YouTube/ Najwa Shihab


LINTAS ATJEH | JAKARTA - Periode kedua pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) telah setahun berjalan, dalam setahun ini pasti ada kinerja yang naik dan juga turun.


12 bulan bukanlah waktu yang panjang namun masalah belum benar-benar hilang, mulai dari pandemi yang mematikan hingga demonstrasi yang bertubi-tubi membuat setahun terasa berkepanjangan.


Melalui acara Mata Najwa yang diunggah di kanal YouTube Najwa Shihab, berbagai narasumber dihadirkan untuk membahas setahun pemerintahan Jokowi-Ma'ruf.


Dalam satu kesempatan, Rocky Gerung memberikan penilaiannya terhadap kinerja setahun Jokowi-Ma'ruf.


"Skor untuk setahun Jokowi-Ma'ruf adalah A minus, A buat kebohongan, minus untuk kejujuran," tutur Rocky Gerung.


Menurutnya penilaiannya tersebut berlandaskan dari SMRC Polling yang dimuat Kompas waktu lalu.


"Kan sebelumnya 60 persen kepuasan rakyat terhadap pemerintahan Jokowi, sekarang sudah di bawah 50 persen, ini tahun pertama loh, udah hilang itu kepercayaannya," ucapnya.


Menurutnya, jika kepuasan sudah di bawah 50 persen, jika hal tersebut terjadi di Eropa, "Perdana Menterinya sudah pasti diturunkan," ucapnya menambahkan,


Rocky Gerung juga yakin, jika ada survei lain yang mengatakan kepuasaan masyarakat setahun Jokowi-Ma'ruf lebih dari Kompas itu artinya bohong.


Anggota DPR Fraksi PKS Mardani Ali Sera juga merasa bahwa ada perubahan terhadap pak Jokowi dalam periode kedua ini.


"Dulu waktu di Solo ketika beliau ingin mereformasi kualitas pasar dialognya bagus sekali sehingga akhirnya masyarakat bisa menerima, sekarang ini saya sedih ketika pak Jokowi bilang, kalo sampean gak setuju, ya sampean ke MK, belum lagi tanggal 8 demo gak ditemui, ini demo lo," ucap Mardani.


"Sebelumnya di Solo pak Jokowi gak perlu demo tapi mendatangi rakyatnya, jadi memang ada perubahan di sosok pak Jokowinya, tidak ingin kebisingan ingin efisiensi dan 'UU Omnibus Law' adalah buktinya," tutur Mardani menambahkan.


Menurut Mardani, seharusnya ketika menghadapi demokrasi seperti ini, Jokowi seharusnya hadir menjadi penyeimbang untuk menyehatkan demokrasi.


Tak hanya sampai di situ, Direktur Pusako Universitas Andalas, Feri Amsari juga mendukung pernyataan tersebut. Menurutnya, Feri melihat bahwa wajah Jokowi yang sesungguhnya itu adalah yang saat ini, yang lain itu yang direkayasa oleh tim mulai dari Solo hingga menjadi Presiden.


"Di dalam berbagai literasi soal hukum tata negara dan politik ada yang namanya kutukan periode kedua, di periode kedua itu tidak hanya muncul berbagai skandal, tapi watak asli seorang presiden, dan watak aslinya yaitu represif," ucap Feri.[PR BEKASI]

Komentar

Tampilkan

Terkini