-->








Beastudi Etos ID Aceh Bersama Sahabat Laut Lakukan Aksi Bijak Pilah Sampah di Pulo Nasi

20 Desember, 2021, 09.17 WIB Last Updated 2021-12-20T03:46:44Z
LINTAS ATJEH | ACEH BESAR - Etos ID Aceh bersama Sahabat Laut Aceh kali ini melakukan aksi nyata dalam memberikan edukasi bagi masyarakat yang berada di Gampong Deudap, Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Sabtu-Senin (18-20/12/2021).

Kegiatan kebersihan dan edukasi tersebut mengangkat tema "Pembersihan dan Pendataan Sampah Pesisir" kegiatan ini juga di suport oleh Lembaga Dompet Dhuafa dan Dompet Dhuafa Volunteer. 

"Menurut saya sampah merupakan permasalahan dimana-mana termasuk di Indonesia, tak terlepas juga pada Pulo Nasi. Sampah laut merupakan sampah yang sangat sulit diatasi yang mana sampah ini akan terbawa dan terseret oleh arus laut. Berdasarkan data yang diperoleh, Indonesia merupakan penyumbang sampah pada lautan terbesar nomor dua di dunia," ungkap Gufron Ginting, salah satu penerima Beastudi Etos ID Aceh.

Selain itu, kata dia, sampah pada laut juga bukan sekedar sampah organik namun juga terdapat berbagai sampah non organik dan susah ter urai. Sampah plastik sangat berbahaya  bahkan mikroplastik sekalipun. Apabila biota laut mengkonsumsi sampah mikroplastik maka itu akan disimpan dalam tubuh biota tersebut.

"Bahkan tak jarang bahwa kita juga mengkonsumsi biota tersebut. Sehingga apabila kita mengkonsumsi biota yang terdapat mikroplastik maka itu sangat berbahaya bagi kita. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya kebersihan dan kemampuan dalam memilih sampah merupakan suatu edukasi yang wajib dimiliki setiap warga," ungkapnya.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM

Proses pemilahan dan pengambilan sampah dengan teknik NOAA (National Oceanic and Athmospheric Administration). 

Berdasarkan hasil yang didapatkan ternyata sampah pesisir yang ada di Pulo Nasi terdapat berbagai  bentuk dan posisi terbanyak pada minuman gelas yang mana terdapat lebih dari 43 produk berbeda. Selain itu sampah yang didapatkan juga di pasok oleh sampah negara luar seperti Jepang, Afrika, Maldiv, Thailand, Malaysia dan China hal ini dapat disimpulkan bahwa laut akan membawa sampah dari berbagai daerah ke daerah lain. 
 
Afhrizal, selaku Ketua Sahabat Laut mengatakan kegiatan ini dilakukan sebagai proses pendataan sampah pesisir dalam setiap tahunnya. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan sebagai bahan edukasi kepada masyarakat dalam bijak memilah sampah.

"Seperti yang kita ketahui bahwasannya sampah laut atau pesisir  bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti sampah dari buangan kapal, sampah negara luar yang terikut oleh arus atau sampah dari wisatawan dalam suatu daerah. Berdasarkan hasil kurva selama 6 tahun pendataan, sampah laut  terbanyak adalah dari air mineral dengan merek dagang Aqua," jelasnya. 

Selain proses pemilihan  sampah, team juga melakukan aksi nyata dalam reboisasi yaitu dengan penanaman mangrove dan dikoordinir oleh Dompet Dhuafa di pantai Ujoeng Duengon dengan jumlah 200 tanaman. Kegiatan ini juga di dukung oleh komponen desa yang terdiri dari aparat desa dan masyarakat desa dari anak-anak hingga dewasa.

Menurut Arfan dari Dompet Dhuafa sebagai koordinator lapangan yang mengkoordinir kegiatan ini, mangrove merupakan tanaman yang penting, baik dalam segi penguraian minyak yang mana pada akar mangrove terdapat bakteri pengurai minyak.

"Selain itu mangrove juga dapat menghambat atau memperkecil akan tingginya gelombang air laut sehingga proses pada abrasi semakin kecil  dan mengundang akan datangnya udang dan kepiting yang dapat dimanfaatkan oleh warga. Pentingnya dalam melibatkan anak sejak bangku sekolah merupakan salah satu bentuk edukasi terhadap akan pentingnya pohon bagi kelangsungan kehidupan," tandasnya. 

"Ketika pohon terakhir telah ditebang, sungai terakhir telah tercemar, ikan terakhir telah ditangkap, alam telah hilang, dari sana manusia tersadar bahwa uang tidak bisa dimakan,' pungkas Arfan.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini