Proyek yang menghabiskan anggaran milyaran rupiah itu sampai hari ini belum berfungsi, akibatnya pengendara mengeluh lantaran jalan dua jalur gelap pada malam hari.
"Kalau kita lihat lampu di trotoar itu memang belum berfungsi sampai sekarang, untuk penyebabnya kita tidak tahu. Seharusnya lampu tersebut harus difungsikan untuk penerang jalan biar tidak gelap," kata Musliadi.
Pemuda yang kerap disapa Mus alumni STIT itu juga menyayangkan karena pasca selesai dikerjakan pada tahun 2020 jalan dan lampu tersebut yang sempat dibanggakan oleh masyarakat Abdya itu ternyata belum berfungsi.
Dia menduga, pembangunan infrastruktur tersebut dengan kisaran anggaran Rp.15 Milyar hanya menguntungkan segelintir orang saja.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM
"Tahap pertama, pihak Kementerian PUPR telah membangun dua ruas jalan nasional sepanjang satu kilometer pada tahun 2019 yang lalu, yaitu dari jembatan Pulau Kayu sampai depan Rumah Sakit Umum Daerah Tengku Peukan (RSUDTP), itu tidak ada lampunya," terangnya.
Untuk tahap kedua lanjutnya, pada tahun 2020, Pemerintah Pusat melalui pihak Kementerian PUPR menambah satu kilometer dimulai dari depan SMK 1 Abdya sampai ke Desa Iku Lhung.
"Ini yang kita sayangkan karena lampu di jalan tersebut tidak berfungsi. Kita berharap lampu tersebut segera difungsikan agar jalan tersebut terang dan desa di sana pun terlihat indah di malam hari," harap Musliadi.
Sementara Kadis Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (Perkim) Abdya Armayadi saat dikonfirmasi LintasAtjeh.com menjelaskan, pihaknya belum mengetahui kepastian apa penyebab lampu di jalan dua jalur itu belum berfungsi.
"Kemarin pihak kami juga sudah turun ke lokasi, pas kami cek ternyata ada kabel yang tidak lengkap, mungkin itu salah satu penyebab lampunya tidak hidup," pungkasnya.[WA]
