-->








Atas Nama Eksistensi Lahirlah Generasi Strawberry

04 Agustus, 2022, 05.37 WIB Last Updated 2022-08-03T22:37:55Z
AKSI anak-anak muda yang tergabung dalam Citayam Fashion Week (CFW) menjadi buah bibir tidak hanya  masyarakat Indonesia tapi hingga kemanca negara.

Hal tersebut bermula dari keisengan sekelompok anak-anak jalanan yang berlenggak-lenggok di area penyebrangan (zebra cross) Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Mereka memamerkan outfit baju cerminan anak muda jaman now di saat lampu merah, berusaha menarik perhatian para pemakai jalan. Aksi ini direkam dan dibuat konten yang diunggah dalam medsos, hingga ternyata viral ditonton jutaan orang.

Kehebohan aksi CFW pun menjalar di tempat lain. Aksi serupa juga ditemui di Surabaya. Bahkan, tak sedikit daerah lain juga mengadakan kegiatan serupa, baik dalam bentuk event maupun hanya sekedar segelintir orang yang diunggah ke video media sosial agar terlihat viral. Seperti yang terjadi baru-baru ini tejadi di Kota Balikpapan. Baca link disini

Dimana, sekelompok emak-emak belum lama ini viral di jagat maya dengan tingkahnya yang berjalan melenggok di penyeberangan jalan persimpangan Balikpapan Baru.

Dengan kompak, mereka berjalan menyusuri zebra cross dengan pakaian seragam berwarna putih didampingi celana jins biru muda dan sepatu putih. Kombinasi warna yang cerah itu kemudian menarik perhatian para pengendara yang tengah berhenti di pemberhentian lampu merah. Karena menarik perhatian, alhasil meramaikan media sosial. Sehingga pihak Kepolisian turut menyoroti fenomena tersebut.

Berlenggak-lenggok bak model di penyeberangan dinilai bukanlah bentuk mengekspresikan kreatifitas dengan tepat. Pasalnya, hal tersebut berakibat membahayakan diri sendiri dan pengendara yang menjadi kurang fokus dalam mengemudikan kendaraan. Ujar Kasat Lantas Polresta Balikpapan, Kompol Retno Ariani, Rabu (27/7/2022).

Potret aksi CFW semakin membuat miris, ketika mereka lebih hafal nama youtuber dibanding lafal niat shalat, atau penolakan beasiswa dari Menteri karena lebih memilih membuat konten, cepat mendapat uang dari pada belajar yang prosesnya lama untuk kaya. Generasi yang sarat dengan dunia foya-foya, dan gaya hidup hedonis tapi nihil daya pikirnya.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM

Generasi strawberry itulah  julukan bagi remaja saat ini. Satu generasi yang tampak bagus penampilan luar namun rapuh isinya. Dimana mereka lebih menonjolkan penampilan dari pada kualitas pemikiran. Mudah dipengaruhi budaya negatif yang merusak iman dan kepribadian.

Lahirnya generasi semacam ini tentu bukan tanpa sebab. Kehidupan sekuler menjadi pangkal penyebab. Bagaimana nilai kebebasan senantiasa diagungkan, mengalahkan keterikatan terhadap aturan Tuhan.

Kebebasan menurut sistem Kapitalisme sekuler akan membawa kemajuan dan kemodernan kehidupan manusia. Agama hanya untuk mengatur ibadah saja sementara pergaulan, pendidikan, berpakaian, perekonomian, dan ketata negaraan diatur menurut keinginan dan pikiran manusia.

Sungguh aneh, manusia yang lemah bersikap sombong, berdalih sanggup mencipta aturan kehidupan. Walhasil aturan yang dihasilkannya pun tidak berdaya menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat penerapan sistem/aturan buatan manusia. CFW dianggap sebagai penyaluran kreativitas yang timbul dengan adanya kebebasan berekspresi, bergaul, bersikap sesuai keinginan tanpa dibelenggu aturan.

Kebebasan berekpresi tanpa mempedulikan aturan publik apalagi agama inilah yang disuguhkan dalam aksi CFW. Banyak aksi muda-mudi bergerombol yang bisa berpeluang munculnya pergaulan bebas.

Ada pula aksi kaum L68T yang leluasa pamer penampilan untuk membuat sensasi tawa atau demi konten media sosial. Ditambah aksi yang berlangsung hingga larut malam, sampai melupakan urusan sekolah maupun pulang ke rumah.

Aksi remaja CFW menjadi bukti adanya generasi muda yang menganggap kebahagiaan hidup hanya dengan bergelimang harta, puas membeli barang impian tanpa peduli aturan agama yang memberi kelapangan hidup lebih abadi.

Mereka sudah bosan dengan mahalnya biaya sekolah, kemiskinan yang membelenggu hidup dan menghinakan sehingga memaksa mereka menjadi anak jalanan. Apalagi sistem pendidikan yang tidak membekas dalam kehidupan dan sekedar mencari nilai untuk lulus agar bisa bekerja.

Akhirnya wajar jika generasi strawberry lebih memilih kerja yang cepat mendatangkan uang tanpa susah dan lama. Maka membludaklah para pembuat konten remaja membuat video aneh/lucu hanya sekedar meraih jempol dan subcribe. Jika viral, otomatis kontennya menghasilkan uang.

Jika disistem demokrasi kapitalis  generasi muda kita dicetak sebagai mesin penghasil pundi-pundi rupiah bagi kepentingan para kapitalis. Tentunya hal ini sangat berbeda dalam sistem Islam. Dimana Islam sebagai agama sempurna dan paripurna dibawa oleh Rasulullah SAW untuk seluruh umat manusia memiliki aturan yang lengkap (syamil) dan sempurna (kamil).

Aturan dari Sang Pencipta (khaliq) dan Pengatur (mudabbir), Allah Swt. yang mengatur seluruh aspek kehidupan baik ibadah maupun non-ibadah seperti pendidikan, pergaulan, penafkahan, dan sebagainya. Pendidikan generasi dalam Islam menjadi tanggung jawab negara untuk memenuhinya. Setiap anggota masyarakat berhak menikmati pendidikan secara gratis atau murah.

Adanya akidah Islam menjadi asas, dengan standar baik-buruk, terpuji mulia menurut ketentuan Allah SWT. Penanaman akidah secara kuat menjadi pondasi awal dalam mendidik generasi. Anak dibina sampai memahami tujuan dan kebahagiaan hidup. Mereka akan dididik menjadi generasi pemimpin yang mampu dan tangguh untuk mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. 

Sebab dalam sistem pendidikan Islam tujuan dan orientasi dunia pendidikan adalah untuk mencetak generasi inteĺektual yang mampu menjadi agen-agen perubahan bagi bangsa dan negara. Yang mana tujuan dari pendidikan adalah untuk mencetak generasi yang beriman dan bertakwa. Ini dikarenakan dalam sistem Islam negara akan menjaga dan melindungi generasi mudanya dari berbagai orientasi yang dapat merusak akal dan jiwa. 

Melalui sistem pendidikan Islam para pemuda diharapkan akan menjadi generasi terbaik penerus peradapan islam yang mulia dan tentu saja generasi yang mampu menjadi agen-agen perubahan bangsa dan negara ke arah yang lebih baik dan maju. Sehingga mampu membentuk generasi yang Rahmatan Lil Alamiin. Wallahu A'lam Bishowbh.

Penulis: Rini Astutik (Pemerhati Sosial)
Komentar

Tampilkan

Terkini