PROVINSI ACEH merupakan salah satu wilayah yang sangat kental dengan tradisi islam. pada ritual-ritual keagamaan, bumi serambi Mekkah ini memiliki tradisi yang unik dalam menyambut bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Dalam perayaan maulid, momentum ini menjadi sakral bagi masyarakat Aceh yang menjadi kehidupannya sehari-hari melekat dengan nilai-nilai adat dan budaya. Maka tidak heran bagi kita apabila memasuki bulan Rabiul awal, perayaan maulid di Aceh sangat meriah.
Pada umumnya, perayaan maulid tidak hanya digelar pada hari yang di tetapkan dalam kalender saja. Namun di Aceh perayaan maulid tetap digelar 4 bulan berturut-turut, dapat dikatakan bahwa perayaan maulid di Aceh merupakan perayaan kenduri dengan waktu terlama.
Berdasarkan penanggalan dalam kalender islam tradisi perayaan maulid dimulai dari bulan Rabiul awal Rabiul akhir, dan Jumadil awal. Pada bulan Rabiul awal perayaan maulid disebut dengan meulod awai. Kemudian pada Rabiul akhir disebut meulod tengoh dan Jumadil awal disebut maulod akhe.
Di Aceh, bulan memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal dengan istilah ‘’Bulen Maulod". Yang menarik dalam pelaksanaan maulid di Aceh, masyarakat menggelar kenduri besar di meunasah dengan mengundang anak yatim dan warga yang berasal dari kampung-kampung terdekat untuk makan kenduri bersama.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM
Perlu diketahui, tradisi perayaan maulid di Aceh dengan kenduri besar. bagi masyarakat yang mampu melakukan kenduri, maka akan berkenduri dan membagikan kepada kepada masyarakat lain yang berkumpul-kumpul di meunasah.
Bagi masyarakat Aceh, jika tidak melakukan kenduri maulid merasa ada sesuatu yang kurang. sehingga tidak mengherankan apabila pada bulan maulid masyarakat berbondong-bondong membawa makanan yang sudah dimasak ke meunasah.
Nah, sebelum menyantap hidangan maulid, masyarakat mengelar zikir dan doa bersama diiringi salawat kepada baginda nabi besar Muhammad SAW. Setiap perayaan maulid di Aceh, kenduri digelar pada siang hari kemudian malamnya dilanjutkan dengan ceramah agama.
Kemeriahan pelaksanaan maulid ini menjadi tradisi yang turun temurun yang harus kita jaga dengan baik. Pelaksanaan maulid merupakan contoh semangat kecintaan kita terhadap Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa perubahan dalam hidup manusia ke jalan yang benar.
Bahkan kemeriahan maulid Nabi di Aceh memiliki dasar sejarah yang kuat ini sebagaimana termaktub dalam sebuah surat wasiat Sultan Aceh yang di terbitkan pada 12 rabiul awal 913 hijriah atau 23 juli 1507, oleh Sultan Ali Mughayat Syah yang ditemukan di Tan Sri Sanusi Jinid. Salah satu poinnya adalah mengenai pelaksanaan maulid yang dapat menyambung tali silaturrahmi antar gampong di Kerajaan Aceh Darussalam.
Penulis: Khalil Gibran (Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan Program Studi Ilmu Administrasi Negara UIN Ar-Raniry)