-->

Penderitaan Umat, Ditengah Gemerlap Malam Tahun Baru

08 Januari, 2024, 19.40 WIB Last Updated 2024-01-08T12:40:08Z
BEBERAPA bulan lalu, dunia khususnya kaum muslim sedang berduka atas kembali terjajahnya saudara kita di Gaza Palestina oleh zionis Israel. 

Hampir 2,3 juta penduduk Gaza telah dipaksa keluar dari rumah mereka melalui serangan tanpa henti Israel selama 12 pekan belakangan. Bombardir tanpa ampun Israel terjadi setelah serangan  Hamas secara mendadak pada 7 Oktober 2023 lalu.

Sejak 7 oktober 2023 hingga hari ini, serangan bom secara membabi buta terus dilancarkan kepada warga Gaza Palestina tanpa belas kasihan. 

Dikutip dari CNCB Indonesia (31/12/23) Banyak korban berjatuhan, angka terakhir menunjukkan 21.672 warga Palestina yang meninggal atau lebih dari 21 kali lipat jumlah korban di Israel. Ada lebih dari 56.000 warga Palestina yang mengalami luka. Sedangkan, warga israel hanya 1.200 warga Israel tewas dan 240 orang menjadi tawanan Hamas. Sangat sedikit jika di bandingkan dengan banyaknya korban warga Gaza.

Tercatat dalam sejarah, penjajahan zionis israel terhadap palestina ditahun lalu hingga hari ini sebagai penjajahan terparah yang banyak menelan korban jiwa selama beberapa dekade mereka menjajah. Bahkan sampai masuk kejahatan genosida (Pembunuhan masal). 

Indonesia menjadi salah-satu negeri mayoritas muslim terbanyak, yang begitu konsen terhadap persoalan ini. Turut bersimpati dan sangat aktif sebagai penyalur donasi dalam membantu saudara kita di Gaza Palestina. Bahkan, menjadi garda terdepan dalam menyuarakan pembelaan nya di media sosial. 

Hanya saja, semakin kesini kondisinya semakin surut, seiring redupnya pemberitaan penjajahan terhadap Gaza di berbagai media yang tak lagi marak di beritakan.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM 

Partisipasi masyarakat semakin kurang terlihat, terdengar, dan terkesan abai terhadap persoalan ini. 

Suasana tahun baru dengan segudang gemerlapnya, pesta pora kembang api dengan keindahannya dinikmati oleh semua pasang mata yang ada di Dunia dengan suka cita. Namun, umat seolah lupa bahwa dibelahan bumi yang lain banyak mata menangis karena bombardir tanpa henti hingga menyisakan luka parah dan tubuh tak bernyawa. 

Penderitaan saudara muslim kita belum usai hingga kini. Padahal tahun telah berganti, tetapi luka dan air mata terus membasahi tahun baru yang seharusnya dihiasi dengan kebahagiaan baru.

Belum usai nasib saudara kita di Palestina dengan polemik penjajahannya. Kini kita beralih kepada saudara kita dibelahan Asia Tenggara lainnya. Yakni muslim Rohingya. Mereka juga adalah saudara sesama muslim kita yang hingga hari ini belum merasakan yang namanya kemerdekaan. Sebab, masih menjadi korban penjajahan oleh negaranya sendiri yaitu Myanmar.

Pengungsi Rohingya bukanlah satu-satunya pengungsi yang ada di dunia ini. Masih banyak lagi saudara kita yang bergama muslim lainnya yang juga mendapatkan status sebagai pengungsi sebab tidak mempunyai kewarganergaraan.

Kasus muslim Rohingya hari ini bukan sekali terjadi. Melainkan sudah dari beberapa tahun yang lalu, Namun kembali marak dalam pemeritaan sebab pengungsi ini mengalami pengusiran paksa oleh Mahasiswa di Aceh setelah sebelumnya mereka di terima oleh warga setempat.

Miris bukan, ketika di negaranya mereka tidak mendapatkan keadilan, akhirnya memutuskan keluar dan mencari negara yang mau menampung mereka. Ketika sudah menemukan, ada masalah lainnya yang harus mereka hadapi yaitu sekat Nasionalisme. 

Sekat yang membatasi warga negara kita untuk ikut campur terhadap urusan negara lain, inilah yang membuat masalah Muslim Rohingya dan masalah Gaza tidak terselesaikan hingga hari ini. 

Buah dari sistem kapitalisme ini membuat keretakan dan ketidakutuhan pada tubuh umat. Seharusnya umat bersatu dalam satu kepemimpinan. Hari ini terpecah belah karena terpisah oleh banyak negara dan pemimpin. 

Bobroknya sistem hari ini jugalah yang membuat banyak warga menderita, banyak nyawa berjatuhan seakan tidak memiliki nilai akibat ketiadaan pemimpin sebagai pelindung dan perisai di tengah" kita.

Padahal sejatinya umat itu satu tubuh, artinya ketika satu muslim merasakan sakit. Begitupun muslim lainnya juga harus merasakan sakit yang sama. Maka, sikap pembelaan dan pertolongan sudah seharusnya di tunjukkan secara tampak dalam sikap yang nyata.

Sudah saatnya umat berpaling dari sistem kufur hari ini yang tidak sedikitpun memberikan keadilan dan perlindungan. Justru malah sebaliknya, menjadikan umat terkhusus muslim dijadikan sebagai mangsa untuk mewujudkan kepentingan kaum elit kapitalis. Sungguh sangat buruk rupa kapitalis ini.

Maka sudah saatnya kita kembali kepada islam, dibawah kepemimpinan Daulah islamiyah. Sebuah negara yang menerapkan seluruh aturan islam di dalam kehidupan tanpa terkecuali. Ketika hukum Allah itu direrapkan, itulah yang akan menjadi tameng dan perisai bagi umat yang mengalami penderitaan hari ini. Karena negara islam mampu menyelamatkan umat yang terjajah dan tertindas dibelahan bumi manapun hari ini.

Wallahu a'lam bisawab.

Penulis: Selvy Octaviani, S.E (Pemerhati Sosial)
Komentar

Tampilkan

Terkini