-->

Talkshow PSGA: Kesetaraan Gender dan Problemiknya di Era 5.0

27 Mei, 2024, 19.08 WIB Last Updated 2024-05-29T12:23:51Z
LINTAS ATJEH | BANDA ACEH - Dema Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, berkolaborasi dengan Duta Gender, menggelar sebuah talkshow bertajuk “Bangkit Sang Srikandi dan Problemiknya di Era 5.0” di Ruang Teater FSH. Acara ini dihadiri oleh ketua PSGA beserta stafnya, para mahasiswa, akademisi, serta pegiat gender yang antusias untuk mendalami isu-isu perempuan di era modern, Senin (27/05/2024).

Acara ini dibuka langsung oleh Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Kamaruzzaman, M.S.H. Dalam sambutannya, Prof. Kamaruzzaman menekankan pentingnya peran perempuan dalam masyarakat modern dan bagaimana teknologi dapat menjadi alat pemberdayaan yang efektif jika digunakan dengan bijak.

Setelah itu, Dr. Nashriyah, M.A., Kepala PSGA LP2M UIN Ar-Raniry, juga memberikan kata-kata sambutan. Ia menggarisbawahi komitmen PSGA dalam memajukan kesetaraan gender dan pentingnya acara-acara seperti ini untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong aksi nyata dalam mendukung perempuan di era digital.

Pembicara pertama, Ir. Suraiya Kamaruzzaman, S.T.L.LM, MT., yang juga merupakan Dosen Teknik Kimia USK dan Presidium Balai Syura, membuka diskusi dengan membahas tokoh-tokoh perempuan berpengaruh di dunia. Mengambil inspirasi dari tokoh legendaris Srikandi, Suraiya menggambarkan bagaimana perempuan dapat menunjukkan kekuatan dan ketangguhan dalam berbagai aspek kehidupan.

Suraiya kemudian menghubungkan konsep Srikandi dengan era 5.0, era yang ditandai oleh perkembangan teknologi yang pesat dan bertujuan untuk mempermudah kehidupan manusia. Namun, ia juga menyoroti problematika yang muncul di era ini, seperti ketidaksetaraan gender. 

"Perbedaan akses dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam dunia kerja serta meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan menjadi isu penting yang perlu segera ditangani," bebernya. 

Jika masalah-masalah ini terus berkembang, Suraiya memperingatkan bahwa hal tersebut akan menjadi hambatan signifikan bagi perempuan untuk berkembang dan berkontribusi secara maksimal dalam masyarakat. 

"Tantangan sosial ini memerlukan perhatian dan aksi bersama untuk menciptakan lingkungan yang lebih adil dan setara," ungkap Suraiya.

Selanjutnya, Prof. Eka Srimulyani, S.Ag., M.A., Ph.D., yang juga merupakan Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry, mengambil alih panggung dengan pembahasan mendalam tentang kebangkitan perempuan di tengah segala problematik yang ada. 

Dari sisi sejarah, Prof. Eka menyoroti konteks Aceh dan bagaimana perempuan di daerah tersebut telah menunjukkan kekuatan dan ketahanan luar biasa meski menghadapi berbagai tantangan. Seperti para sultanah, laksamana atau panglima perempuan Aceh dalam sejarah Aceh yang menggambarkan keberanian dan kepemimpinan perempuan.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM 

Dalam era 5.0 yang penuh dengan teknologi, informasi, dan inovasi, Prof. Eka mengamati bahwa perubahan sosial sering kali dipengaruhi oleh kepentingan politik yang tidak selalu memperhatikan keadilan dan kesetaraan. Kepentingan pribadi sering kali mendominasi, mengabaikan kebutuhan dan hak perempuan.

Prof. Eka juga menekankan bahwa di era 5.0, problematika semakin kompleks seiring dengan kemajuan teknologi. Banyak masalah rumah tangga muncul karena ketidaksiapan dalam menghadapi kehidupan modern.

"Generasi muda saat ini harus lebih matang dalam menyikapi masalah, baik di ranah publik maupun domestik, agar dapat membuat keputusan yang bijak dan efektif dalam menyelesaikan permasalahan," terangnya. 

Setelah sesi pemberian materi oleh kedua narasumber hebat, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Mahasiswa dengan antusias mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kesetaraan gender dan problematikanya di era 5.0. 

Diskusi yang berlangsung sangat interaktif dan mendalam ini menunjukkan tingginya kepedulian dan minat mahasiswa terhadap isu-isu gender.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencakup berbagai topik, mulai dari upaya mengurangi ketidaksetaraan gender di lingkungan masyarakat hingga solusi praktis untuk menghadapi kekerasan berbasis gender di era teknologi.

Para narasumber dengan bijak dan komprehensif menjawab setiap pertanyaan, memberikan wawasan berharga dan panduan bagi generasi muda untuk lebih matang dalam menghadapi berbagai tantangan di era modern.

Kehadiran Ketua PSGA dan stafnya, serta sambutan hangat dari Dekan dan Kepala PSGA, menambah bobot dan menunjukkan komitmen institusi terhadap pemberdayaan perempuan. 

"Talkshow ini tidak hanya membuka wawasan tetapi juga menginspirasi setiap peserta untuk berperan aktif dalam menciptakan perubahan positif," jelas Sarvika Hasmi, SH, selaku Staf PSGA.

"Dengan kolaborasi dan pemahaman yang mendalam, kita dapat bangkit sebagai Srikandi modern yang siap menghadapi dan mengatasi tantangan di era 5.0. Mari bersama-sama berjuang untuk keadilan dan kesetaraan gender demi masa depan yang lebih baik," ajaknya.

Pewarta: Sarvika Hasmi (Staff Magang Pusat Studi Gender dan Mahasiswi UIN Ar-Raniry Banda Aceh)
Editor: Ari Muzakki
Komentar

Tampilkan

Terkini