-->








Bisik-bisik Jelang Meugang dan Pilkada Aceh Selatan

18 Mei, 2017, 12.51 WIB Last Updated 2017-05-18T05:55:14Z
TRADISI Meugang sangat dinanti masyarakat Aceh, tradisi ini bisa dilihat menjelang lebaran idul fitri ataupun idul adha. Tradisi turun temurun ini, selain H-1 atau H-2 lebaran, meugang juga ada setiap H-1 atau H-2 puasa bulan ramadhan.

Meugang merupakan tradisi dimana masyarakat Aceh akan membeli daging di pasar untuk kemudian dimasak dirumahnya untuk dinikmati bersama keluarga pada setiap menjelang lebaran dan puasa ramadhan.

Momentum meugang di berbagai wilayah di Aceh hampir semua sama. Bagi keluarga yang mampu pasti akan bisa menikmati lezatnya daging lembu atau kerbau berkilo-kilo. Tapi bagi keluarga yang kurang atau bahkan tidak mampu, membeli daging ayam sepotong pun jadi alternatif menikmati tradisi meugang.

Kemudian, bagaimana anak yatim, fakir miskin dan kaum dhuafa di Aceh bisa menikmati indahnya tradisi meugang?

Kemiskinan di seluruh pelosok wilayah Aceh, hampir dipastikan ada. Jangankan untuk membeli daging meugang, untuk makan sehari-hari saja harus bekerja serabutan.

Namun biasanya, hari meugang menjelang puasa idhul fitri, hari raya idhul fitri dan hari raya idhul adha, dimanfaatkan orang-orang berkecukupan untuk beramal sholeh dan berbagi rezeki dengan anak yatim, fakir miskin dan kaum dhuafa.

Tak tanggung, ada dermawan yang biasa memberikan bantuan satu ekor lembu atau kerbau bahkan lebih ke kantong-kantong desa terpencil. Bukan itu saja, terkadang sang dermawan sudah memotong lembu atau kerbau dan tinggal dibagikan kepada masyarakat dan untuk anak yatim, fakir miskin serta kaum dhuafa.

Ada juga dari pemerintah daerah, terkadang satu kecamatan dapat jatah 1 hingga 2 ekor tergantung kebijaksanaan dan skala prioritas. Bukan hanya itu saja, perusahaan-perusahaan swasta juga turut berpartisipasi memberikan puluhan ekor lembu atau kerbau yang disumbangkan ke pemerintahan daerah untuk diserahkan kepada masyarakat sebagai wujud kepedulian.

Tak ketinggalan partai politik, turut meramaikan suasana meugang apalagi partai yang memiliki banyak wakil di parlemen baik DPR RI, DPRA dan DPRK. Sudah dapat dipastikan, akan ada lembu atau kerbau yang mampir ke konstituen di dapilnya masing-masing termasuk bantuan berkarton-karton sirup.

Biasanya, selain daging lembu atau kerbau, suasana meugang juga dibanjiri sembako gratis dengan dibukanya pasar murah. Namun, pasar murah yang ada juga sangat terbatas dan tidak semua warga bisa menikmati tergantung kupon yang tersedia.

Sesuai jadwal, awal puasa tahun ini akan dimulai tanggal 27 Mei 2017. Artinya tradisi meugang akan berlangsung tanggal 25-26 Mei yang tinggal 7 hari lagi.

Lalu, bagaimana suasana meugang di Aceh Selatan? Mengingat, tahun ini merupakan 'tahun politik' menuju suksesi Pilkada Serentak 2018. Akankah berbeda?

Sebab, sudah banyak nama-nama kandidat yang muncul ke publik dan hampir dipastikan beberapa nama diantaranya akan bertarung memperebutkan kursi nomor satu Aceh Selatan.

Akankah tokoh-tokoh itu memanfaatkan momentum tradisi meugang untuk dekat dengan rakyat ataukah akan menghilang dan menjadi cibiran rakyat? 

Lalu bagaimana pula dengan para wakil rakyat, akankah selalu setia dengan rakyat dan kontituennya yang akan membantu pemenangan pilkada nanti ataukah juga menghilang melalui nomor teleponnya?

Patut kita tunggu! 

Namun, rakyat tak perlu khawatir, tradisi meugang akan tetap indah untuk berbagi bukan karena ada suksesi pilkada namun memang sudah ada turun temurun di Bumi Aulia Aceh.
[**]
Komentar

Tampilkan

Terkini