-->








Sejarah Ponpes tertua Al-Muayyad di Surakarta

29 Juni, 2014, 14.52 WIB Last Updated 2014-06-30T05:26:05Z
Lintasatjeh.com - Dirintis sejak tahun 1930, Pondok Pesantren Al Muayyad merupakan ponpes Alquran yang terletak di kota Surakarta. Para pendirinya adalah KH Abdul Mannan, KH Ahmad Shofawi, dan Prof KH Moh Adnan.

Ponpes ini berjalan dengan menggunakan sistem madrasah yang terdiri dari Madrasah Diniyyah (1939), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan SMP (1970), Madrasah Aliyah (MA) (1974) dan SMA (1992) di dalam lingkungan pondok pesantren.

Al Muayyad merupakan salah satu ponpes tertua di Surakarta yang berdiri di atas tanah seluas 3.500 meter persegi yang diwakafkan oleh KH Ahmad Shofawi di Kampung Mangkuyudan Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan Kotamadya Surakarta. Pesantren ini awalnya merupakan ponpes dengan corak tasawuf.

Pada tahun 1939, pengajian Alquran dan kitab kuning makin teratur, sehingga dipandang perlu mendirikan Madrasah Diniyyah. Sekalipun beberapa madrasah kemudian menyusul didirikan. Karena pengajian Alquran menjadi inti pengajaran, sehingga Al-Muayyad dikenal sebagai Pondok Alquran.

KH Ahmad Umar Abdul Mannan dikenal sebagai ahli di bidang Alquran dengan sanad (silsilah ilmu) dari KH Moehammad Moenawwir, pendiri Pesantren Krapyak Yogyakarta.

Sebagai pesantren yang dirintis dan tumbuh di masa perjuangan kemerdekaan, riwayat panjang menyertai Al-Muayyad. Waktu itu banyak santri dan kiai yang malam hari ikut bergerilya, sementara siang hari sibuk mengaji dan belajar. Sebagian besar juga turut kerja bakti sukarela sebagai tukang dalam membangun masjid, asrama santri, dan fasilitas pesantren lainnya.

Masjid di tengah kompleks Al-Muayyad dibangun mulai bulan Maret 1942, bersamaan dengan kedatangan balatentara Jepang di tanah air. Batu penyangga keempat tiang utama (saka guru) masjid ini berasal dari saka guru bekas kediaman Pangeran Mangkuyudhan.

Tahun 1947 dibangunlah asrama putra dengan 12 kamar. Begitu selesai, meletus Agresi Belanda I. Para santri dan kiai pejuang mendapatkan informasi bahwa tentara pendudukan akan menjadikan asrama santri itu sebagai barak.

Kiai-kiai sepuh menasihati agar para santri tabah dan bersedia berkorban. Bangunan permanen yang masih baru tersebut terpaksa dirusak agar tak layak huni. Bahkan mereka mananami halaman dengan rumput, singkong, dan sayuran secara tidak teratur untuk menempatkan kesan bahwa pondok itu tak layak huni sebagai barak tentara.

Dan benar, asrama tersebut tidak jadi digunakan sebagai barak. Dalam situasi yang secara sembunyi-sembunyi dengan penerangan lampu kecil minyak tanah.

Setelah situasi tenang, asrama tersebut dibangun kembali pada tahun 1952. Sebuah kebakaran besar terjadi pada 31 Agustus 1982 yang menghabiskan kompleks pondok.

Tanggal 18 Nopember 1994, KH Abdul Rozaq Shofawi mendapatkan informasi bahwa sebuah kompleks di kampung Windan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo (kurang lebih 4 km sebelah barat Mangkuyudan) yang semula dipergunakan untuk penyelenggaraan pondok pesantren, akan dilelang oleh sebuah bank. Kompleks itu ditawarkan kepada Al-Muayyad untuk pengembangan.

Setelah cukup dibahas oleh pimpinan yayasan dan dikonsultasikan kepada para sesepuh, pada tanggal 23 Nopember 1994, Al-Muayyad resmi membeli kompleks seluas sekitar 2.050 meter persegi.

Sumber: Detik
Komentar

Tampilkan

Terkini