-->

 



 


Ini Tanggapan LABANG BANGSA Soal Bantuan Beras Busuk di Aceh Jaya

07 November, 2014, 23.17 WIB Last Updated 2014-11-08T01:25:00Z
LHOKSEUMAWE - Para korban banjir dan longsor yang saat ini berada di tempat pengungsian di Lamno, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya, seolah-olah seperti ayam ternak ketika mereka menerima bantuan dari yang dibagikan oleh pemerintah melalui Sub Rayon Bulog setempat.

Pasalnya, pemberian bantuan beras itu tidak layak konsumsi dan kondisinya butiran beras sudah kehitaman dan berjamur.

Pemerintah mendapat sorotan dari berbagai kalangan atas persoalan tersebut, meski beras busuk yang telah disalurkan itu dijanjikan akan diganti dengan yang baru.

"Sebenarnya apa yang telah dilakukan pemerintah secara tidak langsung telah menoreh hati para korban, meski kondisi pengungsi dalam keadaan darurat bukan berarti mereka bisa diberikan bantuan apa saja termasuk beras busuk, sudah seharusnya mereka mendapat bantuan yang layak, mereka itu manusia bukan ayam ternak," begitu disampaikan Direktur Eksekutif LSM LABANG BANGSA, Hery Safrizal, melalui telepon selularnya kepada lintasatjeh.com, Jum'at (07/11/2014).

Menurut amatannya, beras busuk yang diterima para pengungsian itu pertama kali ditemukan oleh Tim Tanggap Darurat Korban Bencana Banjir dan Tanah Longsor dari berbagai unsur yang dipimpin Kadishubkomintel Aceh, Rizal Aswandi, Rabu (5/11) saat memantau kondisi terkini ruas jalan Gunung Paro, Kulu, dan Geurutee yang sedang dalam proses pekerjaan pasca-bencana beberapa hari lalu.

Saat singgah di Posko Kantor Camat Jaya (Lamno), Kabupaten Aceh Jaya, secara tak terduga tim mendapat laporan dan melihat langsung adanya beras tak layak konsumsi yang diperuntukkan bagi korban bencana. Bahkan, dari pengakuan Ketua Posko Kecamatan Jaya Muhadi SE kepada tim itu ada 1,5 ton beras bantuan untuk korban banjir di Kecamatan Jaya (Lamno) tidak layak konsumsi, dengan kondisi butiran beras sudah kehitaman dan berjamur. Meski beras tersebut berjanji untuk diganti

Dalam perkara ini, LABANG BANGSA meminta pemerintah terkait bertanggungjawab terhadap persoalan itu dan memberi perhatian sepenuhnya terhadap kondisi korban banjir dan longsor tidak hanya berbatas pada pasokan bantuan makanan, juga segi pelayanan kesehatan seperti MCK, pengobatan dan penampungan yang layak.

"Korban itu sudah susah jangan di tambah susah, apa jadinya jika anggota keluarga mereka semua mengkonsumsi sampah (beras) itu? Bukankah akan ada persoalan baru lagi? Hery juga menuturkan dengan nada tinggi, "pejabat nyan yang ulok-ulok" (pejabat itu asal-asal) dimana hati nuraninya jika bangsanya sendiri diumpani dengan makanan yang mungkin hewan saja sudah tidak mau memakannya lagi, persoalannya tidak pada masalah ganti mengganti, tetapi kenapa tega dan berani? Jelas ada unsur kesengajaan disini, padahal mereka kan tahu dari kapan beras itu masuk gudang? disimpan dengan jangka waktu yang sudah berapa lama?," tukas Hery.

"Kemudian setelah itu apakah kualitasnya masih layak atau tidak? khan bisa di chek, bukan main angkut-angkut  saja, begitu ketahuan dan dikomplain eh dengan gampang menjawab, "iya akan di ganti", nah kalau tidak ada yang tahu dan masyarakat memasak kemudian memakannya? Astagfirullah sudah sebegini bergesernya moral pejabat pejabat kita," tutup Hery. (01-02)






Komentar

Tampilkan

Terkini