-->

Mengais Rezeki di Balik Jeruji Besi Demi Sebatang Rokok

08 Desember, 2014, 13.13 WIB Last Updated 2014-12-08T06:16:14Z
Di ruang yang lebarnya tiga kali empat meter itu, duduk termenung memikirkan nasib diri sendiri, pasal apa dan ayat berapa yang dituntut oleh pak Jaksa dan pak Hakim di Persidangan nanti? Nasib yang  belum jelas dan terkatung-katung  menunggu ketukan palu di tangan pak Hakim dan pak Jaksa, yang  bermacam-macam kasus dari pembunuhan, pencabulan, pencurian, penipuan hingga Narkoba yang sangat merajalela.

Walaupun Penjara adalah bukan jalan satu-satunya yang terbaik, tetapi apa hendak dikata nasib sudah dikandung badan. Akan tetapi penulis yakin, dirinya dan kawan-kawan di sini tidak akan selamanya berada di dalam jeruji besi ini, suatu saat pasti akan kembali ke tengah-tengah masyarakat untuk menghirup udara segar kembali dan bergabung bersama keluarga seperti orang lain juga.

Sore itu  Jum’at 20 September 2011, dia terlihat begitu ceria dengan sebuah senyuman yang bersahabat. Maun (47) merupakan salah satu dari sekian banyak warga  penghuni Blok A (Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kajhu), yang tak sungkan berbagi sumringah menatap saya. Lalu, segelas kopi hitam yang aromanya menyengat tak sungkan dihidangkan sebagai penawar dahaga serta bukti penghormatannya terhadap pendatang atau penghuni dari kamar lain dan pendatang dari Blok B yang bermain-main ke blok A.

Di  Rumah Tahanan Negara  yang berkontruksi tembok kiri kanan  pintu dan jendelanya desainer dari plat besi semuanya. Dari itulah rumah itu mendapat julukan jeruji besi sepeninggalan Belanda tempo doeloe, di situlah Maun bercerita banyak tentang kehidupannya di balik tembok derita, yang belum bisa menghirup udara segar meskipun sudah bertahun ia mendekam di rumah tahanan Negara. Perjanjian damai di Helsinki juga tak memberikan pengaruh besar baginya karna dia bukan tersandung dengan kasus makar atau narkoba dan pencurian serta bukan juga penipuan, melainkan sang penjahat kelamin.

Hari-harinya dia menghabiskan dengan mencari kesibukan sendiri dari mencari plastik bekas kemudian dicuci kembali sampai bersih, niatnya tidak lain adalah untuk tukar dengan sebatang rokok Dji Sam Soe atau dia jual kepada siapa saja yang mau beli, biasa digunakan untuk dijadikan bahan bakar pengganti kayu atau minyak gas saat memasak air untuk secangkir kopi. Selain  mecari plastik bekas, ia juga membuka jahitan “Si Maun” namanya, yang menerima jahitan baju dan sarung bantal yang sudah koyak ataupun dimakan usia.

Di depan kamar dia tinggal yaitu kamar 19 terpampang papan nama yaitu “Maun Toilor”, di situ juga menyediakan aneka pakaian bekas.

Pada waktu jam istirahat, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan baik itu untuk mencari plastik bekas yang masih bercampur dengan  sisa-sisa makanan di dalam tong sampah, dia bersihkan kemudian dijemur sampai kering untuk dijual atau pun ditukar dengan sebatang rokok Dji Sam Soe.


Penulis: Razali
Komentar

Tampilkan

Terkini