-->








Proyek Jaringan Irigasi "Asal Jadi" di Paya Bili Sa

27 Maret, 2015, 11.38 WIB Last Updated 2015-03-27T06:38:07Z
ACEH TIMUR - Masyarakat meminta pihak terkait mengusut proyek pembangunan saluran irigasi Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Aceh Timur. Pasalnya, proyek yang dikerjakan pertengahan tahun 2014 dengan pagu yang tidak jelas, saat ini kondisinya tidak karuan dan disinyalir sarat korupsi.

"Proyek itu dikerjakan asal jadi, tanpa memperhatikan mutu pekerjaan dan pekerjaan tidak sesuai spesifikasi teknis. Akibatnya saluran irigasi yang baru beberapa bulan selesai dikerjakan sudah tak berlantai," demikian dikatakan tokoh masyarakat Paya Bili Sa, M. Nasir kepada lintasatjeh.com, Rabu (26/3).

Disebutkannya, kejanggalan lainnya diperkirakan juga terdapat dalam pengerjaan proyek itu, sebab pekerjaan saluran irigasi yang asal jadi, bangunan juga sudah banyak yang retak-retak bahkan sudah roboh. 

"Dinas PU hendaknya tidak melakukan pembiaran atas rusaknya proyek saluran irigasi itu. Karena proyek itu tidak dapat bermanfaat bagi petani, justru mengakibatkan kerugian keuangan negara," tegasnya.

Masyarakat menyesalkan rusaknya saluran irigasi yang baru dibangun itu. Menurutnya, rusaknya saluran irigasi mencapai lebih dari 30 meter. Proyek ini terkesan dikerjakan asal-asalan. Rusaknya proyek irigasi sepanjang ± 30 meter karena kurangnya campuran semen dan juga minimnya pengawasan dari dinas PU Aceh Timur.

"Oleh karena itu, ia meminta keseriusan pihak terkait untuk memeriksa proyek yang terancam tidak dapat dinikmati masyarakat. Kita butuh keseriusan para pihak terkait dalam memeriksa proyek itu, karena saluran irigasi itu sangat dibutuhkan masyarakat banyak," harapnya. 

Sebelumnya, Bahrum (46), salah seorang petani di desa tersebut mengaku, apabila dinas terkait tidak segera memperbaiki saluran irigasi, diperkirakan bangunan akan runtuh. Padahal saluran irigasi tersebut sangat dibutuhkan ratusan petani di desanya.

"Kalau hanya beberapa bulan saja bangunan ini dapat kami nikmati, untuk apa pemerintah membuat proyek ke desa ini. Baru tiga bulan saja sudah rusak, bangamana nanti kalau sudah berumur satu tahun, pasti bangunan ini sudah runtuh. 

"Bagaimana tidak roboh, kalau dikerjakan asal jadi dan pada pinggiran juga tidak dilakukan penimbunan," ujar Bahrum kesal. 

Sementara pihak dinas PU Kabupaten Aceh Timur, Pak Talfi baru-baru ini saat dihubungi melalui selularnya mengatakan pihaknya telah menerima laporan bahwa pekerjaan itu telah selesai dan mengenai yang roboh itu dikarenakan bencana atau banjir. 

Sedangkan Aktivis LSM FAKTA, Wiranata kepada lintasatjeh.com mengatakan kondisi dilapangan, plang proyek dilaksanakan oleh CV. Langsa Contruction. Pada plang juga tidak dicantumkan volume fisik, serta nominal anggaran proyek. Sebahagian pada dasar yang akan dicor untuk dinding saluran juga tidak dibersihkan sehingga pada saat pengecoran dinding tidak langsung ketanah tetapi terdapat batang rumbia yang hampir membusuk.

"Ini sebagai pembuktian, disarankan kepada para pihak terkait agar segera dapat menindaklanjuti hal tersebut, guna mengusut secara tuntas dugaan proyek asal jadi yang telah rusak," katanya. 

"Sebagai jaringan irigasi, sudah jelas selalu berurusan dengan air jadi kalau dikatakan karena banjir lalu roboh memang masuk akal dan sudah bisa diprediksi. Tapi sesuai ungkapan tokoh dan masyarakat, selain rusak dan roboh karena air tapi juga diakibatkan kurangnya adukan serta campurann semen. Selama dalam pekerjaan, dinding-dinding proyek itu juga sudah banyak yang retak-retak," ungkapnya lagi mengakhiri. [ar]
Komentar

Tampilkan

Terkini