-->








Kisah Perjalanan Hidup Gadis Perguato Gorontalo [Bagian V]

19 April, 2015, 08.07 WIB Last Updated 2015-04-19T01:07:53Z
Oleh Istanjoeng


Tetapi aku tidak tau bagai mana harus memulainya. Hingga akhirnya aku tak kuasa menahan keinginan hatiku, untuk mendekatkan tanganku di dahinya untuk merabas suhu panas di tubuhnya, tetapi beberapa detik menyentuh kulit dahinya, Kak Arfan terbangun langsung duduk dan menjauh dariku, sambil berujar.

"Afwan dek?, kau belum tidur?! Kenapa ada di bawah, nanti kau kedinginan, ayo naik ke ranjangmu, dan tidur lagi, nanti besok kau terlalu capek dan jatuh sakit," pinta Kak Arfan padaku.

Hatiku miris saat mendengar semua itu. Dadaku sesak, mengapa Kak Arfan selalu dingin padaku, apakah aku orang lain di matanya, apa di hatinya tidak ada cinta sama sekali untukku.

Tanpa kusadari air mataku menetes sambil menahan isak yang ingin sekaliku luapkan dengan teriakan, hingga akhirnya gemuruh di hatiku tak bisa kubendung juga.

"Afwan Kak! Kenapa sikapmu selama ini padaku begitu dingin, kau bahkan tidak pernah mau menyentuhku, walaupun sekedar menjabat tanganku, bukankah aku ini istrimu! Bukankah aku telah halal buatmu, lalu mengapa kau jadikan sebagai patung perhiasan di kamarmu, apa artinya semua ini Kak, apa.. Artinya bagiku, apa artinya diriku, kalau kau tidak mencintaiku, lantas mengapa kau menikahi aku Kak, mengapa?!," itu ujarku disela isak tangis yang tak bisa kutahankan.

Tidak ada reaksi apapun dari Kak Arfan menanggapi galaunya hatiku dalam tangis yang tersedu itu. Yang nampak adalah? Dia memperbaiki posisi tempat duduknya, dan melirik jam yang menempel di kamar kami, hingga akhirnya dia mendekatiku dan perlahan dia berujar padaku.

"Dek?! Jangan pernah bertanya kau pada Kakak, tentang perasaan ini padamu, karna sesungguhnya Kakak begitu sayang padamu. Tetapi sebaliknya semua itu tanyaklah pada dirimu sendiri, apa saat ini di hatimu ada cinta untuk Kakak. Kakak tau, dan Kakak yakin suatu saat kau akan bertanya mengapa sikap Kakak yang begitu dingin padamu, sebelumnya Kakak minta maaf dek," ujarnya padaku sambil menatapku penuh makna.

"Bila semuanya baru Kakak sampaikan pada mu malam ini, kau mau tau apa maksud Kakak dengan sebenarnya selama ini," ujar Kak Arfan dengan sedikit gugup.

"Yah..!! Saya mau tau! Tolong jelaskan sumuanya Kak, mengapa begitu tega Kakak melakukan kepada saya Kak," ujarku menimpa tuturnya Kak Arfan.

Saat itu Kak Arfan mengawali dengan embusan nafas yang panjang,"Dek! Kau tau apa itu Pelacur?! Dan apa pekerjaan dari seorang Pelacur! Afwan dek, dalam pemahaman Kakak.. Seorang Pelacur adalah seorang wanita Penghibur, yang kerjanya melayani para pria hidung belang, untuk mendapat materi dan tanpa peduli, apa di hatinya ada cinta untuknya atau enggak. Bahkan seorang pelacur harus meneteskan air mata, manakalah dia harus melayani nafsu lelaki yang tidak dia cinta, bahkan dia sendiri tidak memiliki kesenangan dengan apa-apa yang sedang terjadi saat itu," kisah Kak Arfan kepadaku, kala itu sedang menangis tesedu-sedu.

Kak Arfan melanjutkan ceritanya tentang kisah pelacur itu, "Dan Kakak tidak mau hal itu terjadi padamu dek, karena kau bukan pelacur! Kau istriku dek, kau bukan pelacur," ucap Kak Arfan dengan nada pilu.

Rupanya Kak Arfan tidak ingin menyakiti perasaanku, "Betapa bejatnya Kakak, ketika Kakak harus memaksamu, untuk melayani Kakak dengan paksa, saat malam pertama pernikahan kita, sedangkan di hatimu tidak ada cinta buat Kakak," pungkas Kak Arfan malam itu.

Aku mendengar penjelasan Kak Arfan suamiku, yang semula tidak aku suka. "Alangkah berdosanya Kakak karena melampiaskan birahi Kakak padamu malam itu," ujar Kak Arfan, dengan suara parau.

Sementara yang ada dalam benakmu bukanlah Kakak, tetapi ada lelaki lain, kau mau tau dek!, "Sehari sebelum pernikahan kita, Kakak pernah datang ke rumahmu, untuk memenuhi undangan Bapakmu! Tetapi begitu datang tepat di pintu pagar depan rumahmu, Kakak melihat dengan mata kepala Kakak sendiri, kesedihanmu melampiaskan pada kekasihmu Boby, kau ungkapkan bahwa engkau tidak mencintai Kakak, bahkan kau bilang hanya mencintai Boby untuk selamanya," kisah Kak Arfan, tentang ku, pada saat itu sedang bersama Boby.

Kau tau dek! Bahwa saat itu Kakak merasa.. Kakak telah merampas kebahagiaan orang lain, "Kakak yakin bahwa, menerima pinangan Kakak, karena terpaksa, Kakak juga mempelajari sikapmu, saat di pelaminan, bahwa betapa sedihnya hatimu saat bersanding di pelaminan, bersama Kakak," sambung Kak Arfan suamiku.

Lantas haruskah Kakak egois dengan mengabaikan, apa yang kau rasakan saat itu, "Sementara tanpa mempedulikan nasibmu, Kakak dengan paksa menunaikan kewajiban Kakak di malam pertama sebagai suamimu, sementara kau sendiri hanya mematung menderai air mata, seperti seorang pelacur," ujar Kak Arfan.

Kau istriku dek, kau bukan pelacur dek, sekali lagi kau istriku, kau tau?!, "Kakak begitu sangat mencintaimu dek, dan Kakak menunaikan semua itu. Manakala di hatimu telah tumbuh cintamu kepada Kakak, agar kau tak merasa diperkosa hak mu, agar kau bisa menikmati apa yang kita lakukan bersama," ungkap Kak Arfan.

Alhamdulillah, bila hari ini kau telah mencintai Kakak, dan Kakak sangat bersyukur, jika kau telah melupakan mantan kekasihmu, dan beberapa hari ini, "Kakak melihat kau telah mengenakan busana yang syar'i, pinta Kakak padamu dek, luruskan niatmu, kalau kemaren kamu mengunakan busana yang Syar'i itu, hanya untuk menyenangkan hati Kakak semata, maka sekarang luruskan niatmu, niatkan semua itu untuk Allah SWT, setelahnya tentunya untuk Kakak," pintanya padaku.

Pembaca Nurani lintasatjeh.com, yang budiman. Mendengar semua itu. Aku langsung memeluk Suamiku, aku merasa bahwa dia lelaki yang terbaik selama hidupku, aku bahkan telah melupakan Boby. Aku merasakan bahwa malam itu aku wanita yang paling.. Bahagia, karena meskipun dalam keadaan sakit.

Untuk pertama kalinya Kak Arfan mendatangiku sebagai seorang Suami, hari-hari kami lalui dengan penuh kebahagiaan. Kak Arfan begitu Kharismatik, terkadang seorang Kakak buatku, terkadang seperti orangtua.

Darinya aku banyak belajar, perlahan aku meluruskan niatku. Aku benar-benar menggunakan busana Syari'i semata-mata karena Allah, dan untuk menyenangkan suamiku.

Sebulan setelah malam itu. Dalam Rahimku, telah tumbuh benih-benih hasil buah cinta kami berdua. Alhamdulillah aku merasa sangat bahagia bersuamikan dia, darinya aku belajar Agama yang banyak. Aku menjadi Mutarabbinya.

Hari demi hari kami lalui bersama dengan kebahagiaan. Ternyata dia mencintaiku melebihi dari apa yang aku bayangkan, dan hampir saja melakukan tindakan yang piling bodoh, dengan menolak pinangan dia.

Pembaca lintasatjeh.com yang baik. Aku fikir kebahagian itu berlangsung lama diantara kami. Setelah lahir Abdurrahman, hasil buah cinta kami berdua, anak pertama kami berdua, di akhir tahun 2008, Kak Arfan mengalami kecelakaan, dan usianya tidak panjang.

Kak Arfan meninggal dunia sehari setelah masuk rumah sakit, setelah tabrakan tersebut. Aku sangat?! kehilangannya, aku seperti kehilangan penompang hidupku. Aku kehilangan kekasihku, aku kehilangan Murobbiku, aku kehilangan Suamiku.

Pembaca Nurani yang budiman. Tidak pernah terbayangkan, bahwa kehidupan kami bersama begitu singkatnya, yang tidak pernah aku mulupakan di akhir kehidupannya Kak Arfan, dia masih sempat menasehatkan sesuatu padaku.

"Dek! Pertemuan dan perpisahan itu adalah Fitrahnya kehidupan, kalau ternyata kita berpisah, besok atau lusa, Kakak minta padamu Dek?! Jaga Abdurrahman dengan baik, jadikanlah dia sebagai Mujahid, yang senantiasa membela Agama Allah, dan senantiasa menjadi yang terbaik untuk Ummat, memberikan yang terbaik untuk Ummat, didik dia dengan baik dek. Jagan kau sia-siakan dia, satu permintaan Kakak, kalau suatu saat ada seorang pria yang melamarmu. Pilihlah pria yang tidak hanya mencintaimu, tetapi juga yang mau menerima kehadiran anak kita. Maafkan Kakak dek! Bila selama bersamamu, ada yang kurang yang telah Kakak perbuat untukmu. Senantiasalah berdo'a, kalau kita berpisah di dunia saat ini, Insya'Allah kita kan bersua kembali di Akherat kelak, kalau Allah meng kehendak kalau Kakak yang pergi dulu, meninggalkan dirimu, Insya'Allah Kakak senantiasa menantimu," demikianlah pesan terahirnya Kak Arfan suamiku.

Sebelum keesokan harinya Kak Arfan meninggalkan dunia ini. Hatiku sangat sedih saat itu. Aku merasa sangat?! Kehilangan. Tetapi aku berusaha mengujutkan harapan terakhirnya. Wasalamu'alaikum wr.wb.

Pembaca setia lintasatjeh.com semoga Kisah Perjalanan Hidupnya Nuraini Gadis Perguato Gorontalo agar bisa menjadikan sebagai Inspirasi bagi kita semua. Aamiin?

Bila ada kekurangan kesilapan dan kekhilafan, baik itu dalam tulisan, yang membuat pembaca tersinggung. Disini  Penulis memohon sangat agar sudi kiranya dimaafkan.


Tamat
Komentar

Tampilkan

Terkini