-->








Datok Rantau Pauh: Soal Bantuan Rumah Sehat Sederhana, Rakyat Harus Dilindungi!

31 Mei, 2015, 06.23 WIB Last Updated 2015-05-31T00:16:30Z
ACEH TAMIANG - Pembangunan seharusnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat. Selain pembangunan infrastruktur, ternyata pembangunan akhlak juga lebih penting yang harus dimiliki oleh seluruh pelaksana program.

Tanpa akhlak ternyata berimbas pada pelaksanaan pembangunan yang asal-asalan bahkan cenderung banyak timbul permasalahan. Bukan hanya pembangunan cilet-cilet bersumber dari anggaran yang diduga disunat ataupun terlalu banyak dikeluarkan fee untuk oknum-oknum tertentu.

Terkait dugaan adanya permasalahan terhadap bantuan Rumah Sehat Sederhana (RSS) yang bersumber anggaran Otsus Tahun 2013 di Kabupaten Aceh Tamiang, Datok (kepala desa_red) Desa Rantau Pauh, Siti Adnen menyampaikan keprihatinannya kepada lintasatjeh.com, Sabtu (30/5/2015).

Karena bantuan Rumah Sehat Sederhana yang diterima warganya, Amran Wijaya (57), warga Dusun Pajak Pagi, Desa Rantau Pauh, Kecamatan Rantau, diduga pembangunannya dikerjakan "semaunya".

"Untuk diketahui bahwa saya baru saja terpilih menjadi Datok Desa Rantau Pauh, Kecamatan Rantau, pada tanggal 22 Februari 2015 kemarin, dan dilantik pada tanggal 21 Mei 2015, serta mulai aktif di kantor pada tanggal 22 Mei 2015. Namun, meski demikian saya merasa sangat geram ketika mendengar bahwa ada oknum yang berani berbuat semena-mena terhadap warga miskin," ungkap datok perempuan tersebut secara blak-blakan.

Apapun alasannya, kata dia, setiap warga miskin harus dilindungi, bukan dizalimi. Oleh karenanya, saya sangat berharap kepada seluruh pihak terkait, seperti para anggota dewan yang terhormat dan juga para rekan LSM agar menyuarakan tentang permasalahan ini.

"Saya berkeyakinan bahwa permasalahan ini bukan saja terjadi pada warga miskin di desa saya saja, namun banyak warga miskin di desa lainnya mengalami hal yang sama," pungkasnya.

Sebelumnya, lintasatjeh.com, edisi Jum'at (29/5/15) kemarin, memberitakan tentang dugaan adanya permasalahan tentang bantuan Rumah Sehat Sederhana (RSS), Otsus Tahun 2013, di Kabupaten Aceh Tamiang, termasuk rumah bantuan milik seorang warga Dusun Pajak Pagi, Desa Rantau Pauh, Kecamatan Rantau, yang bernama Amran Wijaya (57).

Seharusnya, rumah yang dibangun memenuhi kriteria dan sesuai dengan anggaran yang diberikan. Namun, bukan rahasia umum lagi, kalau anggaran yang ada justru banyak "diolah" oleh oknum tertentu sehingga bangunan rumah untuk kaum miskin ini dikerjakan "semaunya" supaya bisa meraup keuntungan pribadi.

Hasil pantauan lintasatjeh.com, pada salah satu rumah rumah bantuan tersebut, yakni rumah milik Amran Wijaya (57), warga Dusun Pajak Pagi, Desa Rantau Pauh, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, terkuak informasi bahwa rumah bantuan milik Amran, dibuat asal jadi oleh pihak pemborong.

Menurut pengakuan Amran, rumah yang dihuninya saat ini sangat banyak permasalahan, namun dirinya tidak tahu harus mengadu kepada siapa? Malah, ketika dirinya melakukan protes terhadap pihak pemborong disaat rumah tersebut sedang dibangun, anak sang pemborong malah menghina dirinya.

"Pembangunan rumah bantuan milik saya jelas-jelas dibuat secara asal oleh pemborong. Seluruh pintu, jendela dan kusen-kusennya sangat tidak layak pakai. Begitu juga dengan lantai dan dinding rumah, adukan semennya diduga tidak jelas. Bahkan atap seng banyak sekali yang bocor," terang Amran sembari menunjuk titik-titik yang bermasalah.

Dianya juga menambahkan bahwa ketika baru saja dihuni (belum hitungan minggu_red), saat turun hujan, rumahnya langsung bocor di beberapa tempat.

"Pernah saya protes ke pihak pemborong, yakni Adi dari Desa Suka Ramai. Namun anaknya Adi langsung menghina saya dan mengatakan bahwa sudah dapat rumah gratis masih terlalu banyak protes," bebernya dengan nada geram.

"Sebenarnya masih banyak permasalahan lainnya yang terjadi pada rumah bantuan yang diberikan oleh pemerintah terhadap keluarga saya, seperti ukuran rumah yang kurang sedikit dari ukuran sebenarnya, dan saluran pembuangan air tidak ada. Tapi, saya tidak tahu harus mengadu kepada siapa," demikian ungkap Amran Wijaya.[zf]
Komentar

Tampilkan

Terkini