-->

Pengamat: Tembak Mati Terduga Kelompok Din Minimi Timbulkan Trauma Masyarakat

22 Mei, 2015, 17.39 WIB Last Updated 2015-05-22T10:39:45Z
BANDA ACEH - Pengamat Politik dan Keamanan Aceh, Aryos Nivada menilai penembakan mati terhadap dua warga yang diduga kelompok Din Minimi atas nama Ibrahim Yusuf  (42) dan Subki (32) dapat menimbulkan efek trauma tehadap masyarakat. Sebaiknya, operasi di Aceh menggunakan operasi pelumpuhan dengan cara mendeteksi gerak dan penangkapan.

“Bukan operasi eksekusi dengan menembak mati. Dengan operasi pelumpuhan maka bisa di peroleh informasi sekaligus ditelusuri anggota dari kelompok Din Minimi,” kata Aryos Nivada secara tertulis kepada lintasatjeh.com, Jumat (22/5/2015).

Menurutnya, ketika aparat keamanan mengedepankan cara-cara yang sadis akan berefek kepada trauma dan mengganggu psikologis masyarakat Aceh. Kondisi tersebut tidak terlalu baik bagi suasana politik dan sosial yang masih belum terlalu jauh meningalkan konflik yang lalu.

Ia menjelaskan, semestinya Polisi (Polda Aceh) harus memiliki kemampuan khusus dan spesifik serta terukur untuk penangkapan kelompok Din Minimi. Model yang diterapkan tidak boleh sama dengan mekanisme umum yang sudah baku di internal kepolisian. Selain itu fokus pengamanan harus lebih di arahkan ke Wilayah Pase, namun tidak melupakan memberikan pengamanan di wilayah lainnya di Provinsi Aceh.

“Jika model penangannya keamanan tidak disesuaikan dalam konteks lokal Aceh, maka akan selalu situasi di Aceh kurang kondusif. Sebab di sini satu kematian atau tindakan saja bisa ditarik kemana-mana secara politik maupun sosial,” ungkap Penulis buku Wajah Politik dan Keamanan Aceh ini.

Oleh karena itu katanya, Polisi dan bersama TNI harus lebih mengoptimalkan fungsinya dalam memberikan pengamanan untuk masyarakat Aceh. Jangan sampai kondisi ketidakstabilan keamanan mengganggu aktivitas masyarakat mencari nafkah serta berinterkasi satu sama lainnya.

Ia berharap peran media juga jangan mempublikasikan gambar-gambar kematian pelaku hasil operasi atau penangkapan kelompok pengacau keamanan. Sebelum mempublikasi sebaiknya memikirkan dampak buruk traumatik jika warga melihat foto-foto kematian pelaku.

“Walaupun tujuannya untuk shock terapi bagi pelaku lainnya yang masih hidup, tetapi ini bukan langkah yang tetap. Apalagi kalau saudara mereka yang melihat pasti sangat sedih,” tutupnya.

Aryos menambahkan peran partisipasi element masyarakat sipil melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja institusi vertikal sangat diperlukan. Dengan terlibatnya masyarakat sipil penyimpangan yang dilakukan institusi vertikal terhadap kinerjanya dapat diminimalisir dan diperbaiki.[pin]
Komentar

Tampilkan

Terkini