-->








Erdogan "Sindir" Jokowi Soal Islamofobia dan Bendera "Israel" di Papua

02 Agustus, 2015, 16.34 WIB Last Updated 2015-08-02T09:34:49Z
JAKARTA Kabar Islamofobia di Indonesia ternyata dicermati Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Reaksi pembelaan Erdogan terhadap Muslimin Indonesia itu bahkan terpotret oleh Ustadz Azzam Mujahid Izzulhaq dalam ulasannya berikut yang Arrahmah kutip dari Piyungan Online, Sabtu (1/7/2015).

Jokowi berjalan di belakang Erdogan di antara Prajurit Istana Merdeka Menjangkitnya Islamofobia di Indonesia sebenarnya sudah sampai kabarnya ke seluruh pemimpin negara-negara di dunia. Ada yang senang, ada yang menyayangkan. Yang senang tentunya blok yang merasa diutungkan dengan merebaknya Islamofobia di Indonesia.

Mulai dari perlakuan yang tidak adil di hadapan hukum terkait dengan ‘terorisme’ yang hanya menyasar Islam, bacaan Al Quran versi Jawa, menghormati orang yang tidak berpuasa, dan lain sebagainya hingga kepada kejadian pelanggaran berat Hak Asasi Manusia dengan dibakarnya masjid di Tolikara dan merebaknya bendera Israel di Papua.

Salah satu yang ‘geram’ dengan wajah Indonesia, negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia, adalah Recep Tayyip Erdoğan. Presiden Turki yang sebelumnya menjabat sebagai Perdana Menteri Turki selama dua periode. Erdoğan sangat menyayangkan mengenai posisi Indonesia yang di bawa ke ‘arah sebelah kiri’ mengekor kepada bangsa yang mengkampanyekan Islamofobia.

Oleh sebab itu, di antara konten pidato kenegaraannya, Erdoğan ‘menyindir’ kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang memberikan panggung kepada para Islamofobis di Indonesia.

“Saya menekankan kepada seluruh umat Islam, mari kita memerangi Islamofobia, anti-imigran dan diskriminasi etnis,’ ungkap Erdoğan menyindir. Dalam komunikasi politik luar negeri antar negara, ajakan Erdoğan ini adalah tamparan keras. Tinggal apakah disadari oleh yang bersangkutan (Joko Widodo) atau tidak.

Mengenai maraknya bendera negara penjajah Palestina, Israel di Indonesia (khususnya di Papua), Erdoğan juga menanggapi: “Dunia Islam tidak akan pernah tenang selama masalah Palestina belum ditemukan solusinya. Perdamaian permanen baru akan terwujud jika disepakati merdekanya negara Palestina di batas wilayah tahun 1967, dan ibukotanya adalah Al Quds.”

Bahkan, sindiran terhadap tumpul dan tidak tegasnya organisasi negara-negara di Asia Tenggara, ASEAN, terhadap tragedi pelanggaran HAM dan genosida umat Islam di Rohingya, Myanmar, pun dilontarkan oleh Presiden Turki ini: “Perkenankan Turki menjadi anggota ASEAN,” ungkap Erdogan.[Arrahmah]
Komentar

Tampilkan

Terkini