IST |
JAKARTA - Sebuah penelitian menyebut bahwa denyut nadi saat
istirahat bisa menunjukkan risiko kematian. Orang dengan tingkat denyut nadi
istirahat 80 bpm (beats per minute) memiliki 45 persen kemungkinan meninggal
pada 20 tahun ke depan dibandingkan mereka dengan tingkat denyut nadi istirahat
45 bpm.
Kebanyakan
orang memiliki denyut nadi istirahat antara 60 dan 100 bpm, tapi pada atlet
profesional berdenyut sekitar 40 bpm.
Peneliti
menemukan bahwa risiko kematian karena penyakit apapun meningkat sekitar sembilan
persen setiap peningkatan 10 bpm. Kemungkinan mengalami serangan jantung dan
stroke meningkat lagi sebanyak 8 persen.
"Hubungan
antara denyut nadi saat istirahat dengan risiko seluruh penyebab dari kematian
kardiovaskular tidak bergantung pada faktor risiko biasa dari penyakit
kardiovaskular. Hal ini menunjukkan bahwa denyut jantung istirahat adalah
prediktor dari kematian pada populasi umum," ujar dr Dongfeng Zhang dair
Medical College of Qingdao University, China, seperti dikutip dari Telegraph pada
Minggu (29/11/2015).
Untuk
menemukan hubungan antara denyut nadi dan kematian, peneliti menganalisis 46
penelitian yang melibatkan 1,2 juta orang yang diawasi selama 21 tahun. Lebih
dari setengahnya berusia di bawah 50 tahun. Selama itu, ditemukan 78.349
kematian termasuk 25.800 akibat masalah jantung.
Tim
peneliti menemukan bahwa ketika menyentuh 90 bpm, kemungkinan untuk mengalami
kematian dini hampir meningkat dua kali lipat. Peneliti menyebutkan mengukur
denyut nadi saat tertidur dan relaksasi memungkinkan hasil lebih akurat.
"Bukti
yang ada tidak dapat memastikan denyut nadi istirahat sebagai faktor risiko,
tapi tidak diragukan bahwa meningkatnya denyut nadi istirahat ditandai sebagai
tanda buruknya status kesehatan seseorang," tambah dr Zhang.
"Hasil
penelitian kami menyoroti bahwa orang harus lebih perhatian kepada denyut nadi
istirahat demi kesehatan, dan selalu melakukan aktivitas fisik untuk menurunkan
denyut nadi istirahat," imbuhnya.
Peneliti
mengatakan bahwa informasi tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan
algoritma yang bisa mengaitkan denyut nadi istirahat dan faktor risiko
kardiovaskular untuk membantu dokter menguji denyut nadi istirahat demi
keperluan kesehatan. [Detik]