![]() |
IST |
Hangatnya dunia politik
kita saat ini, mengusik kami dari 5 fakta untuk membuat sebuah artikel khusus
mengenai bagaimana cara memilih pemimpin yang baik. Harapan kami adalah,
memberikan wacana dan pemahaman kepada masyarakat agar tidak terjebak pada
euforia politik menjelang pemilihan kepala daerah yang akan dilaksanakan 2017
mendatang. Yang perlu kita garis bawahi yaitu tujuan kita. Bahwasanya tujuan
kita adalah memilih pemimpin bukan penguasa. Jadi kita mesti bijak dan penuh
pertimbangan ketika memutuskan memberikan suara.
Memilih seorang calon
pemimpin bukanlah seperti memilih kontestan di ajang pencarian bakat. Yang
artinya siapa yang paling populer dialah pemenangnya.
Mengutip artikel dari cak
nun bahwa:
“Setiap pilihan resikonya
adalah harus disertai kesanggupan untuk mengontrol sesuatu yang kita pilih. Di
situlah kelemahan kita sebagai bangsa Indonesia. Kita harus memilih pemimpin
tanpa sedikit pun ada kesanggupan untuk mengontrol pemimpin yang kita pilih
itu.
Bahkan lebih dari itu.
Bukan hanya tidak sanggup mengontrol, kita bahkan tidak punya pengetahuan yang
mencukupi sama sekali mengenai sesuatu yang kita pilih. Kita tidak tahu
sebenarnya calon kepala daerah ini kualitasnya bagaimana, hidupnya bagaimana,
istrinya berapa, akhlaknya bagaimana, kita tidak tahu sama sekali. Dan kalau
pun mereka tahu, mereka tak punya daya kontrol terhadap yang dipilihnya ini,
tapi mau tak mau harus memilih. Ini saya kira dilema kita bersama
se-Indonesia.” CN.
Okay, langsung saja ke
topik bahasan kita berikut:
Ini point pertama yang
harus masyarakat lakukan sebelum menentukan pilihan
“Kenali Sosok Calon Pemimpin”.
Kamu harus gali sebanyak mungkin informasi tentang calon yang akan kamu pilih.
Tujuannya adalah agar kita mengenal lebih dekat siapa calon pemimpin kita.
Media informasi sudah berkembang sedemikian pesatnya maka tidak ada alasan jika
para muda tidak mendapatkan informasi tentang calon pemimpinnya. Yang perlu
kamu perhatikan adalah obyektifitas sumber informasi dari media yang kamu baca
atau lihat. Mengapa? Karena bukan rahasia lagi jika beberapa media besar di
Indonesia adalah milik dari beberapa orang yang notabene adalah politikus atau
pengusaha yang dekat dengan lingkaran kekuasaan. Sedikit banyak pasti ada
muatan kepentingan dari sang pemilik. Karenanya, ketika para muda mencoba
menggali informasi tentang sosok calon pemimpin, hendaklah melakukan
perbandingan dari berbagai sumber.
Informasi apa saja yang
perlu kamu gali tentang sosok calon pemimpin ? Setidaknya ada empat point yang
harus kamu cari tahu yaitu: historinya, keluarganya, prestasinya dan visi dia
kedepannya. Dalam melakukan penilaian terhadap sosok tersebut, jangan pernah
terjebak pada penilaian media atau siapa pun. Misal, banyak media menulis bahwa
calon presiden ABCDE memiliki visi membela kepentingan rakyat. Usahakan jangan
ikut-ikutan mengamini penilaian tersebut. Mari kita belajar dari sejarah. Bukankah
hampir semua gubernur dan mantan mantan gubernur mengucapkan hal yang sama,
tapi, kenyataan yang terjadi seperti apa? Ini tidak lebih dari sebuah retorika
politik. Buatlah frame penilaian sendiri sesuai pengetahuan yang kamu pahami.
Seyogyanya, membela kepentingan rakyat bukanlah visi, tapi, merupakan kewajiban
dari seorang pemimpin.
Selanjutnya “Pemimpin
yang Amanah”. Mari kita telaah lebih jauh lagi. Jabatan, bagi seorang
pemimpin adalah Amanah. Amanah sendiri adalah istilah dalam Islam yang berarti
“Meletakkan sesuatu pada tempatnya yang pantas, tidak memberikan sebuah jabatan
kecuali kepada seseorang yang berhak, dan tidak menyerahkan suatu tugas kecuali
kepada seseorang yang selalu berusaha meningkatkan kemampuannya dengan tugas
yang diembannya.” Untuk mengetahui seseorang itu Amanah atau tidak, kamu dapat
menilainya dengan melihat track record dia selama ini. Seseorang yang amanah
pasti mampu mengemban semua tugas yang dipercayakan dan menyelesaikannya dengan
baik. Seseorang dikatakan tidak mampu memegang Amanah jika tugas yang
dipercayakan tidak mampu dia emban dan diselesaikan dengan baik. Apalagi jika
secara sengaja dia tinggalkan untuk tujuan berikutnya.
Amanah mengharuskan
memilih seseorang yang paling pantas untuk mengemban sebuah jabatan. Jika kita
menyimpang darinya dan memilih orang lain karena pertimbangan hawa nafsu atau
suka, pertimbangan money politic dan kekerabatan maka kita (dengan
mengenyampingkan orang yang mampu dan pantas kemudian mengangkat orang yang
lemah) telah melakukan sebuah pengkhianatan yang besar.
Kemudian “Pemimpin
Yang Adil”. Kalau ngomongin soal adil di negeri ini mungkin agak
sedikit susah. Adil menjadi point wajib karena sebenarnya ini adalah prinsip
dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu. Bahasa yang paling mudah di mengerti
untuk definisi adil adalah tidak berat sebelah. Semua yang dipimpinnya haruslah
disayangi dan diperlakukan dengan baik sesuai yang sudah diamanahkan. Cakupan
adil pada tataran ini tidak hanya adil pada para pemilihnya tapi, juga adil
terhadap masyarakat yang tidak memilihnya. Terus bagaimana kita bisa menilai
calon pemimpin tersebut adil? Parameter yang paling mudah adalah dengan melihat
histori dan kondisi keluarga sang calon pemimpin. Seperti apa track record
kepemimpinan mereka sebelumnya? Bagaimana respons orang-orang yang pernah
merasakan kepemimpinannya? Jika sang calon pemimpin tersebut sama sekali baru
dan tidak pernah memimpin suatu organisasi atau masyarakat, setidaknya lihatlah
bagaimana kondisi keluarga dan penilaian orang-orang yang pernah dekat dengan
calon pemimpin tersebut. Jika calon pemimpin kamu adalah laki-laki maka akan
lebih mudah. Karena pada hakikatnya seorang laki-laki adalah pemimpin dalam
rumah tangga. Nah dari sanalah para muda bisa melakukan penilaian. Apakah
mereka adalah figur pemimpin keluarga yang baik? Jika dalam skala keluarga
mereka sudah acuh, cuek atau menjauh dari keluarga, jangan harap ketika diberi
amanah untuk memimpin dalam skala yang lebih besar mereka akan mampu mengemban
kepercayaan dengan baik.
Lihatlah “Pemimpin
Yang Bervisi”. Pemimpin yang bervisi adalah pemimpin yang mempunyai
pandangan jauh ke depan sehingga dapat membawa orang-orang yang dipimpinnya
kearah yang diinginkan sesuai dengan visinya. Mudahnya, Visi itu seperti sebuah
payung yang akan menaungi kemanapun kamu pergi. Seperti yang kita singgung
dalam point 1 bahwa kita harus bisa membedakan antara hak dan kewajiban. Antara
Visi dan Misi. Hal ini bertujuan agar kita mampu berpikir obyektif dan tidak
termakan oleh pidato kampanye para calon pemimpin yang suka mengobral janji. Berbicara
soal Visi, menarik sekali mengutip ucapan Noe (Vokalis Letto, anak dari Cak
Nun) yang mengatakan bahwa: “Pemimpin yang sebenarnya tidak berangkat dari
iklan-iklan yang membesarkan atau menawarkan dirinya. Pemimpin yang sebenarnya
berawal dari dia memang melakukan sesuatu. Orang-orang disekitarnya punya mimpi
yang sama tapi tidak mampu melakukannya. Dia menitipkan mimpi pada orang ini
(calon pemimpin) dan dia mendukung orang ini. Orang ini didukung oleh
sekitarnya bukan karena dia menawarkan diri tapi, karena dia bisa dititipi
mimpi oleh para pendukungnya.”
“Pertimbangan”. Setelah
kamu mendapatkan informasi dan pemahaman yang cukup dari empat point diatas,
coba kamu lakukan perbandingan diantara kandidat yang nantinya akan kamu pilih.
Langkah nomer lima ini juga penting agar masyarakat tidak terjebak pada
fanatisme sesaat seperti memilih ajang pencari bakat. Setidaknya
timbang-timbang sendiri agar kamu mendapatkan kriteria calon pemimpin yang
benar-benar dapat mewakili suara kamu. Atau kalau kita berbicara pahit, minimal
dari para calon pemimpin tersebut ada beberapa kriteria dari hasil penilaian
kamu yang dimiliki oleh para calon pemimpin itu. Jadi, anda
memilih siapa?
[Redaksi/Super Refreshing]