IST |
JAKARTA
-
Kursi Ketua DPR Ade Komarudin digoyang kader muda Partai Golkar. Akom diminta
mundur lantaran pernyataannya dalam dorum KNPI versi Muhammad Rifai Darus tidak
sejalan dengan kebijakan partai.
Permintan itu disampaikan
Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Fahd El Fouz A Rafiq terus mendesak
Ade Komarudin (Akom) mundur dari jabatannya sebagai Ketua DPR RI. Rekomendasi
dan pandangan tersebut disampaikan kepada Sekjen Partai Golkar Idrus Marham.
Namun, Idrus dan Ketua
Umum Setya Novanto mengaku belum membicarakan persoalan tersebut secara
mendalam. “Ini partai demokratis, kalau ada pandangan ada isu ya serahkan ke
kita. Tapi sampai hari ini Setya Novanto dan saya belum bahas itu,” ujar Idrus,
Selasa (28/6).
Menurut Idrus, pencopotan
Akom karena pernyataannya itu akan sesuai mekanisme Partai Golkar. Namun, bukan
berarti tak terpilihnya Akom di musnalub kemarin akan membuat perpecahan
kembali.
“Kesemuanya berproses dan
ada mekanisme. Akom juga adalah kader Partai Golkar jadi jangan karena tidak
terpilih seperti itu. Munas kemarin adalah rekonsiliasi. Masa sih kalau ada
pandangan begitu langsung. Toh, nanti ada fakta yang ada,” kata dia
menjelaskan.
Permintaan Fahd tersebut
dipicu pernyataan Akom dalam forum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)
versi Muhammad Rifai Darus beberapa waktu lalu. Akom dianggap 'offside' terkait
pernyataannya yang dianggap memdeskreditkan KNPI versi Fahd yang notabenenya
pengurus Golkar sekaligus ketua AMPG.
Ketua Umum Soksi Ali
Wongso menyatakan Akom mutlak hukumnya sejalan dengan kebijakan dan posisi
Golkar. “Seorang Ketua DPR atau posisi apapun di DPR yang berasal dari Fraksi
Partai Golkar mutlak hukumnya sejalan dengan kebijakan dan posisi politik
Partai Golkar," kata Ali dalam keterangannya.
Sebagai Ketua DPR, kata
dia, Akom tak lepas dari keberadaannya selaku kader Golkar dan wajib.
"Atau harus mampu mengekpresikan dirinya sebagai politisi Golkar yang
konsisten pada koridor garis partainya,” ujar dia.
Menurut Ali Wongso, sikap
dan perilaku Akom sebagai Ketua DPR di KNPI tersebut adalah fatal, jika sampai
pernyataannya bertentangan dengan Ketum dan kebijakan Partai Golkar. “Jika Akom
secara sadar melakukan itu dan merasa dirinya benar maka berarti Akom
‘menantang’ dengan bertentangan pada garis partai. Maka secara tak langsung
sama artinya dengan Akom meminta ‘mundur’ jika dia berjiwa besar,” ucap Ali.[ROL]