-->

Ilmu Versus Lobi

21 Juli, 2016, 21.11 WIB Last Updated 2016-07-21T14:12:02Z
ACEH UTARA - Pernahkah kita diskusi disaat kita ditemani secangkir kopi? Aduh betapa nikmatnya, berapa banyak lulusan terbaik di perguruan tinggi terpikirkan? Sebenarnya kita tidak pernah ada konsep selama ini yang belum tuntas kita pahami dalam kehidupan pendidikan. Karena selama ini belum ada titik terang terhadap pemakaian istilah yang saya rasa masih sering keliru dalam menjalankan kehidupan kita sehari-hari.

Pasti kita semua masih penasaran konsep apa yang masih keliru? Hanya dua kata saja yang menjadi tanggungjawab kita bersama yakni peluang dan kesempatan. Ini sangat penting dijelaskan dalam sebuah konsep atau pengertiannya. Maka dalam rangka menjelaskan kedua konsep tersebut mari kita ambil salah satu contoh yang sekian banyak yang bisa kita jadi tauladan sehingga kita tahu peluang dengan kesempatan itu sama kah atau memiliki berbedaan tersendiri.

Tak ada tahun yang terlewatkan, setiap perguruan tinggi negeri maupun swasta di Indonesia menghasilkan ribuan sarjana berbeda latar belakangnya. Namun ironisnya dari sekian banyak lulusan, hanya berapa persen saja yang mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keilmuannya yang telah ditempuh di saat berada dibangku perkuliahannya. Bahkan pimpinan kampus bangga telah melahirkan sarjana ciptakan yang begitu dahsyatnya sarjana di negeri kesatuan.

Sebenarnya kita tidak pernah terpikirkan alasan dan faktor yang menjadi sebab, kenapa banyak lulusan sarjana di Indonesia menjadi sarjana penggangguran. Seorang lulus cumlaude dengan IPK yang tinggi tidak menjadi sebuah jaminan untuk mendapatkan sebuah pekerjaan sesuai dengan latar belakang ilmu yang dimiliki. Pada dasarnya setiap sarjana yang mendapatkan lulusan terbaik di kampus menjadi sebuah penghargaan yang istimewa bagi kampus serta orang tua, namun apa yang terjadi? Sangat berbeda dengan yang diharapkan.

Kendala yang dialami seorang sarjana mungkin bukan sebuah rahasia yang belum diketahui oleh khalayak umum, seorang sarjana harus mencari relasi serta jaringan baik didaerah maupun luar daerah. Selama ini sarjana dalam mencari kerja memilih perkerjaan harus mendapatkan perhasilan per-bulan, harus berkerja di pemerintahan. Sikap ego yang dimiliki yang dirasakan selama ini harus diubah segera.

Angka pengangguran di Indonesia tentunya tidak bisa diturunkan semudah membalik telapak tangan.  Sebenarnya untuk mengubah paradigma tersebut saat mudah apabila dari sistem pelaksanaannya disesuaikan dengan fungsi yang telah diatur juga sangat diperlukan upaya dan komitmen bersama semua pihak terkait. Jika pemerintah menggangap ini sebuah permasalahan serius yang harus ditangani bersama sehingga meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Pihak kampus juga harus berupaya mengintegrasikan program magang atau pelatihan dengan kurikulum perguruan tinggi serta mengembangkan program-program pendidikan dan pelatihan bagi lulusan perguruan tinggi. Kemudian membuat kerja sama yang berkelanjutan dengan perusahaan yang ada di wilayah kampus terutama untuk memberi peluang untuk perkerjaan sebagain putra daerah.

Mari kita sama-sama lihat yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Mahasiswa terbaik yang mendapat gelar cumlaude masih ada yang belum mendapatkan perkerjaan yang tidak sesuai dengan keilmuannya yang sejalan apa yang selama belajar di bangku kuliahnya. Apakah ini kita salahkan institut pendidikan yang telah membentuk sarjana ciptakan yang begitu banyak? Begitu aneh jikalau itu yang harus kita salahkan.

Kita melihat mahasiswa yang biasa saja yang bukan lulusan terbaik bisa memiliki pekerjaan. Mereka hanya memiliki kerabat serta keluarga menjadi nilai-nilai yang paling diutamakan dalam dunia pendidikan kita begitu dasyatnya moral yang terjadi pada era reformasi ini. Berarti kita sudah bisa mendefinisikan sendiri kemana mahasiswa cumlaude tergolong apakah peluang atau kesempatan yang belum dimiliki? Dan juga bisa mendefinisikan mahasiswa biasa saja yang sudah mendapatkan pekerjaan dengan ada kerabat atau relasi serta keluarga tergolong kemana ? Ini bisa kita gunakan konsep dan panduan yang telah kita pelajari selama ini.

Penulis : Samsuir (Alumni Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh-Lhokseumawe)
Komentar

Tampilkan

Terkini