-->

Kontak 'Senjata' Merembet Hingga Kota Langsa

08 Juli, 2016, 17.19 WIB Last Updated 2016-07-08T10:29:44Z
LANGSA - Momen hari raya adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh anak-anak. Biasanya mereka akan mendapatkan uang hari raya dari orang tua, abang, kakak dan seluruh famili yang mereka kunjungi hari itu. Khusus untuk anak laki-laki, selain mendapatkan uang hari raya, ada yang kurang istimewa bagi mereka kalau belum juga dapat membeli senjata mainan yang berpeluru plastik. Padahal pada hakekatnya hari raya itu untuk bersilaturahmi, namun namanya juga anak-anak kalau hari raya mainannya ya senjata mainan.

Kalau tidak punya senjata mainan belum 'sah' hari rayanya. Atau mungkin sudah tradisi turun temurun setiap lebaran tiba, kalangan anak-anak pasti akan main perang-perangan. Sudah menjadi kebiasaan anak-anak di Aceh, setiap perayaan hari raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha selalu bermain perang-perangan. Anak-anak tersebut selalu membentuk satu kelompok dan berkumpul pada satu tempat untuk 'menyerang' kelompok lainnya.

Mereka 'berperang' di jalan raya layaknya pasukan GAM dan TNI/Polri dulu. Bahkan terkadang senjata mainan saat ini mirip dengan senjata beneran sampai-sampai peluru dari tembakan mainan dapat membuat cidera serius yang dialami si anak.

Biasanya menjelang siang hari, anak-anak itu akan jalan atau sekadar duduk-duduk berkelompok di suatu area, baik itu di kios-kios yang tutup sementara atau di depan meunasah, biasanya mereka akan menunggu "musuh" di tempat itu.

Memasuki lebaran hari ketiga di jalan A. Yani, Langsa tampak relatif lebih padat dari biasanya. Sekelompok anak-anak sedang berkumpul di depan kios kecil yang sedang tutup untuk menghabiskan waktu sambil memeriksa senjata mereka, raut wajah mereka yang terlihat serius memberi kesan sedang merencanakan sesuatu, namun entah rencana apa itu.

Kopa, salah satu diantara mereka yang memegang senjata jenis AK-47 sangat antusias mengawasi setiap kendaraan yang lewat, terutama yang membawa rombongan anak-anak karena memang rombongan tersebut yang ditunggu-tunggu untuk diserang.

Saat lebaran, anak-anak akan lebih suka bepergian dengan mobil terbuka atau becak mesin dan diantara mereka juga rata-rata sudah memiliki senjata mainan karena akan siap membela diri saat diserang. Selang beberapa menit, dari kejauhan sebuah becak mesin yang mengangkut sejumlah anak-anak terus bergerak mendekat. Mereka juga memegang senjata mainan.

Kopa ibarat panglima bagi kelompok tersebut dengan suara keras langsung memberikan aba-aba kepada rekan-rekannya dan mereka langsung mengokang senjata, sambil cari posisi untuk menyerang. Saat rombongan itu melintas di depannya, seketika trap..trap..trap…! mereka memuntahkan peluru plastik dari senjatanya ke arah anak-anak yang sedang menumpangi becak mesin. Kelompok anak-anak yang menumpangi becak mesin yang merasa diserang, sekilas merekapun membalas tembakan dengan senjata mainan di tangan, dari atas becak yang terus berjalan.

Mereka terus terlibat kontak senjata sekitar satu menit, kemudian berhenti seiring jarak becak sudah menjauh. Peperangan tersebut sepintas mirip dengan peperangan yang pernah terjadi dan meniru pola perang yang pernah melibatkan GAM dan TNI. Dimana pihak GAM yang kerap menunggu truk-truk TNI yang melintas di jalan raya, kemudian dengan mudah menyerang musuhnya.

Kegiatan perang-perangan ini sudah menjadi tradisi bagi anak-anak di Aceh. Seperti itulah yang terlihat dari suasana perang yang dilakukan sekelompok kecil anak-anak dalam menghabiskan liburan Idul Fitri di Aceh. Meski resiko yang dapat mencederai mata dari peluru, tapi tak menyurut niat mereka untuk adu nyali. Kontak 'senjata' sudah merembet hingga kota Langsa. Bagaimana di kita anda?[AD]
Komentar

Tampilkan

Terkini