-->

Pembunuhan Brutal di Jepang, 19 Orang Kaum Difabel Tewas

27 Juli, 2016, 18.59 WIB Last Updated 2016-07-27T11:59:43Z
IST
TOKYO - Di tengah banyaknya aksi teror oleh kelompok radikal di berbagai negara, pada Selasa (26/7) dini hari masyarakat Jepang dikejutkan dengan sebuah serangan yang dilakukan seorang pemuda Satoshi Uematsu, 26 tahun.

Satoshi menyerang rumah perawatan kaum difabel dengan keterbelakangan mental, Tsukui Yamayuri-En, di Kota Sagamihara, dekat Tokyo, Jepang. Dalam insiden tersebut, 19 orang tewas dan 25 orang mengalami luka-luka.

Dari 25 korban yang luka-luka itu 20 diantaranya dalam kondisi sangat kritis. Para korban tewas berusia mulai dari 19 tahun hingga 70 tahun dengan perincian 9 laki-laki dan 10 perempuan.

“Ini kejadian yang sangat memilukan dan mengejutkan, dimana banyak orang-orang tidak berdosa menjadi korban,” kata Sekretaris Kabinet, Yoshihide Suga.

Kota Sagamihara berada sekitar 40 kilometer di sebelah barat Kota Tokyo. Rumah perawatan kaum difabel dengan keterbelakangan mental, Tsukui Yamayuri-En, itu di berdiri di atas tanah selauas 3 hektar.

Kawasan ini merupakan merupakan fasilitas umum yang dibangun oleh pemerintah daerah Tokyo untuk merawat pasien-pasien cacat. Saat melancarkan aksinya, Satoshi Uematsu mengenakan kaos hitam dan celana panjang.

Tsukui Yamayuri-En biasanya terkunci pada malam hari, tetapi pelaku menerobos masuk dengan menghancurkan sebuah kaca.

Dia lalu mengeluarkan sebilah pisau dan menyerang para korban secara membabi-buta. Berdasarkan keterangan aparat kepolisian, pelaku meneriakkan kata- kata ‘saya ingin mengenyahkan orang-orang cacat di dunia ini’.

Muncul pula laporan yang menyebutkan, Satoshi Uematsu nekat menjalankan aksinya karena dipecat dari pekerjaannya di fasilitas perawatan Tsukui Yamayuri- En.

Namun sampai sekarang, kepolisian belum mau berkesimpulan dan akan menginvestigasi motif pelaku yang sebenarnya.

Ditahan Polisi

Saat ini, kepolisian kota Tokyo telah menahan Satoshi Uematsu. Dia menyerahkan diri ke kepolisian.

Sebelum melancarkan aksinya, Satoshi Uematsu menyerahkan sepucuk surat ke parlemen majelis rendah Jepang pada Februari lalu untuk menyerukan euthanasia bagi orang-orang berkebutuhan khusus.

Euthanasia adalah pembunuhan dalam segi medis yang disengaja, dengan aksi atau dengan penghilangan suatu hak pengobatan yang seharusnya didapatkan oleh pasien, agar pasien tersebut dapat meninggal secara wajar.

“Tujuan saya adalah pada kasus-kasus yang sangat sulit bagi orang-orang berkebutuhan khusus untuk tinggal di rumah dan beraktifitas sosial, mereka boleh melakukan euthanasia dengan persetujuan para malaikat yang mendampingi mereka,” demikian bunyi petikan surat yang dikirimkan Satoshi Uematsu.

Aparat kepolisian mengaku mendapatkan laporan mengenai penyerangan itu pada sekitar pukul 02.30 dari the Tsukui Yamayuri- en centre, tak lama setelah pelaku mendobrak masuk ke fasilitas tersebut.

Pelaku menyebut bahwa kaum difabel harus dimusnahkan. “Dokter telah mengonfirmasi bahwa ada 19 korban tewas,” ungkap pejabat di dinas pemadam kebakaran itu.

Pelaku lalu menyerahkan diri pada sekitar pukul 03.00 WIB dinihari, atau sekitar pukul 1.00 WIB dinihari. Di kantor polisi, dia langung mengakui perbuatannya.

Selama ini, Jepang dikenal memiliki tingkat kejahatan bersenjata yang sangat rendah. Serangan-serangan macam ini merupakan kasus langka di negara itu. Namun, bukan berarti kasus seperti ini tidak pernah terjadi.

Di tahun 2008, di Kota Tokyo, seorang lelaki membajak sebuah truk dan melakukan serangan di kerumunan orang di pusat perbelanjaan di Distrik Akihabara. Pelaku tewas ditikam pengguna jalan, setelah sebelumnya menewaskan tujuh orang dan melukai 10 lainnya.[Koran Jakarta]
Komentar

Tampilkan

Terkini