-->

Surat Terbuka Anak Adat Papua Terkait Kisruh Bakamla vs LN PKRI

07 Agustus, 2016, 13.29 WIB Last Updated 2016-08-07T06:34:16Z
IST
JAKARTA - Badan Keamanan Laut (Bakamla) diduga telah melakukan penyerobotan secara sepihak terhadap sejumlah ruangan di Gedung Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia (Gedung PKRI), Kamis, 16 Juni 2016.

Aksi tersebut telah mengetuk hati para putra bangsa yang ada di tanah air. Beberapa waktu lalu, warga Cijantung sangat menyesalkan atas kejadian tersebut

“Kami warga Cijantung sangat menyesalkan atas kejadian tersebut, maafkan kami Pak Ketua kalau memang itu dari oknum TNI. Mungkin mereka kurang faham dan sempit berpikir. Kami warga Cijantung tetap menjunjung tinggi kehormatan sebagai dasar. Kami warga Cijantung Insya Allah tetap solid, hormat kami untuk Ketua LN PKRI,” demikian disampaikan Ketum PPWI Wilson Lalengke, dikutip dari warga Cijantung.

Pernyataan sikap juga disampaikan YM. Andi Rustam, anggota Dewan Adat Nasional (DAN) mewakili Keluarga Besar Kerajaan Gowa-Tallo dan Toraja, menanggapi tindakan penyerobotan Gedung PKRI dan perusakan pintu-pintu ruangan di gedung LN PKRI, oleh oknum Bakamla beberapa waktu lalu.

Sementara dari tanah Papua, juga menyuarakan rasa keprihatinan masalah tersebut dengan mengirimkan Surat Terbuka untuk Presiden Jokowi.

Berikut petikan Surat Terbuka Anak Adat Papua, yang diterima redaksi, Minggu (7/8/2016):

Surat untuk Presiden RI dari Papua

-------------
Hal. Wibawa NKRI
       Yang terlupakan

Yth. Bp. Presiden RI

Ass Wr Wb
Syalom
Oom Swastiastu

Yang mulia Bp. Presiden,

Indonesia hebat dan luar biasa yg sedang menggapai kejayaannya di antara bangsa-bangsa dgn peradaban modern dimulai dari momentum pegangsaan timur 56 agustus 17 thn 45.

Moment pegangsaan terjadi karena kesepakatan para raja nusantara (dewan adat) bersepakat utk menjadi satu nusa,  bangsa,  dan bahasa 1928 yg titik nolnya dari 1908 perjuangan dimulai.

Gedung LN-PKRI saat ini menjadi saksi bisu dari wibawa NKRI di awal gerbang emas kemerdekaan Indonesia berdiri dgn megah menunjukkan  kemegahan seluruh raja-raja dan rakyat penjuru nusantara yg dihargai negara menempati gedung ini yg terlupakan saat ini. Indonesia ingin menjadi besar dan kuat, pastilah karena tdk melupakan sejarahnya.

Di Papua berbunyi "NKRI Harga Mati" sebaiknya jgn didengungkan karena hanya akan menjadi semboyan tanpa makna karena di depan mata Bapak Presiden gedung ini menjadi sasaran empuk penghancuran sejarah Indonesia sebagai negara bangsa yg bersatu "kesatuan" dari negara raja-raja nusantara yg menginginkan perbedaan etnis, ras, suku,  dan bahasa menjadi satu rakyat "re-publik".

Mari kembali kpd rakyat. Siapun saudara yg berusaha menguasai Gedung LN-PKRI dgn label kebesaran negara sekalipun, saudara sedang berusaha menghapus sejarah dari mata dan telinga rakyat, biarkan gedung ini menjadi saksi cinta tanah air dan wibawa negara yg akan diingat Presiden dan digenggam rakyat demi keutuhan NKRI.

Hamba menghaturkan hormat bagi yang mulia

Bp. Presiden.

Wassalam..

Kiranya Indonesia selalu diberkati.

Hormat saya,

Anak Adat Papua
[Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini